Barang komoditas kini semakin meningkat di seluruh dunia akibat dari invasi Rusia ke Ukraina. Kenaikan harga berbagai barang ini merupakan inflasi yang meningkat dengan waktu paling cepat dalam beberapa dekade ini.
Rusia memang melakukan serangan ke Ukraina pada Kamis lalu dan menjadi paling di Eropa sejak Perang Dunia II. Akibat peristiwa ini, puluhan ribu orang juga akhirnya terpaksa harus meninggalkan rumah sementara pasukan Ukraina maju dalam pertempuran.
Dari invasi ini, para ekonom menyebut bahwa inflasi mungkin akan mencapai tingkatan yang lebih tinggi lagi. Kebutuhan pokok sendiri semakin mahal di berbagai belahan dunia akibat dari tertempuran ini.
Daftar Barang yang Melonjak
Beberapa barang dengan harga melonjak merupakan kebutuhan yang banyak digunakan sehari-hari sehingga dampak invasi ini cukup meresahkan orang di penjuru dunia. Berikut adalah berbagai kebutuhan yang mengalami inflasi di seluruh dunia.
1. Bahan Bakar
Bahan bakar secara global mengalami kenaikan harga di atas USD 105 tiap barel sejak Kamis (24/2). Amerika Serikat sendiri juga mengalami kenaikan dengan harga minyak yang sudah mendekati USD 100 tiap barel.
Bukan hanya itu saja, Amerika Serikat juga memprediksi rata-rata kenaikan dalam satu balon gas akan mencapai USD 3,53 dari harga sebelumnya USD 3,33 pada bulan lalu. Sementara itu gas alam yang digunakan untuk industri listrik maupun penghangat di rumah ikut melonjak.
Patokan gas di Eropa juga naik hingga 29% menjadi seharga 127,80 tiap megawatt jam. Bank of Amerika memberi perkiraan jika biaya energi rumah tangga Eropa akan naik hingga 650 euro di tahun ini dan pengeluaran rata-rata senilai 1.850 euro.
Belum lagi, semakin tinggi biaya energi maka akan meningkat juga biaya untuk perusahaan. Misalnya adalah bahan bakar untuk maskapai menjadi lebih mahal sehingga dapat memicu tarif untuk kendaraan udara semakin tinggi.
2. Bahan Pangan
Selama 10 tahun ini, bahan pangan secara global sudah berada pada level tertinggi, sementara konflik Rusia-Ukraina justru semakin memperburuk situasi. Apalagi kedua negara ini merupakan pengekspor bahan pangan ke seluruh dunia.
Rusia menjadi negara di dunia dengan ekspor gandum terbesar, sedangkan Ukraina merupakan ekspor gandum maupun jagung dengan signifikan. Keduanya juga menjadi pengekspor minyak nabati.
Sejak terjadinya invasi pada hari Kamis (24/2) lalu, harga gandum melonjak hingga tingkat tertinggi sejak 2012. Bukan hanya itu saja, jagung dan kedelai yang juga terdorong menjadi lebih tinggi.
Meski Mesir dan Turki menjadi negara utama dalam import gandum dari Rusia, namun bukan menjadi satu-satunya yang terpengaruh jika pengiriman bahan pangan tertunda. Negara-negara lainnya juga ikut merasakan dampak ini.
Michael Magdovitz sebagai analis komoditas Rabobank mengatakan bahawa Ukraina sampai saat ini masih perlu melakukan ekspor. Jumlahnya hingga mencapai 15 juta metrik ton jagung dan 5 hingga 6 juta metrik ton gandum di musim ini.
China yang menjadi salah satu konsumen gandum dan jagung pada akhirnya beralih ke Eropa dan Amerika dalam membeli bahan pangan. Sebab, jika konflik terus berlanjut, maka persediaan akan semakin terbatas.
Magdovitz menambahkan jika konflik berkepanjangan akan membuat jumlah kebutuhan jauh lebih tinggi. Menteri Pertanian AS juga mengungkapkan jika konsumen di Eropa jauh lebih rentan dibandingkan Amerika mengenai lonjakan harga pangan.
3. Logam
Investor semakin khawatir dengan adanya dampak invasi Rusia ke Ukraina serta mempertimbangkan sanksi terhadap pengaruh pasokan logam untuk berbagai produk konsumen. Hal itu membuat harganya yang semakin melonjak.
Menurut analis S&P Global Platts, Rusia menjadi produsen utama dari beberapa jenis logam, termasuk alumunium dan nikel. Bukan hanya itu saja, negara ini juga menjadi produsen dari tembaga yang substansial.
Sementara itu, sanksi ketat yang diterapkan terhadap perdagangan Rusia bisa membuat pasokan di pasar global semakin tertekan. Harga alumunium dari perusahaan Rusal dari Rusia juga akan meninggi jika sanksi sudah diberlakukan.
Bahkan meski produsen aluminium terbesar itu tidak mendapatkan sanksi, situasi akan diperburuk dengan harga energi baru yang melonjak. Hal ini dikarenakan logam-logam seperti alumunium digunakan untuk berbagai produk seluruh dunia, mulai kaleng hingga elektronik.
Dampak invasi Rusia ke Ukraina membuat banyak barang kebutuhan meningkat secara global. Hal tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap produsen saja, namun juga setiap orang yang harus meningkatkan pengeluaran.