Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dollar AS Melemah, Harga Emas Terangkat Naik

Dollar AS Melemah, Harga Emas Terangkat Naik

by Didimax Team

Pada perdagangan Sabtu sore (5/11) harga emas terpantau menguat cukup tajam. Harga emas berhasil bertengger di atas level psikologi 1.650 dollar AS yang dipicu oleh penurunan curam dollar AS akibat pelaku pasar rilis laporan ketenagakerjaan AS Oktober di luar ekspektasi.

Pada divisi Comex New York Exchange, kontrak harga emas berada paling aktif untuk pengiriman bulan Desember. Harga emas naik 45.70 dollar AS atau setara dengan 2.8 persen. Harga emas ditutup pada angka 1.676.60 dollar AS per ounce.

Kenaikan harga emas tersebut menjadi yang terbesar sejak 2 April 2020 dan naik 1.9 persen pada minggu ini. Sementara itu, untuk harga emas berjangka justru jatuh 19.10 dollar AS atau 1.6 persen menadi 1.630.90 dollar AS.

 

Dollar Jatuh Pasca Rilis Data Nonfarm Payroll

Sebelumnya harga emas berjangka sempat naik 0.3 dollar AS atau 0.02 persen menjadi 1.650.00 dollar AS. Sedangkan pada hari Selasa lalu, harga emas sempat terdongkrak 9.00 dollar AS atau setara 0.55 persen menjadi 1.649.70 dollar AS.

Selain emas, harga logam mulia lainnya juga menunjukkan peningkatan. Perak untuk pengiriman Desember naik sebesar 1.35 dollar AS atau setara 6.97 persen. Sedangkan platinum untuk pengiriman Januari juga naik 36.4 dollar AS atau 3.94 persen dan ditutup pada angka 960.50 dollar AS per ounce.

Rilis data nonfarm payroll Amerika Serikat pada Jumat (4/11) kemarin membuat dollar AS langsung anjlok. Hal ini disebabkan karena laporan penggajian nonfarm payroll AS untuk bulan Oktober menunjukkan ekonomi terbesar dunia sehingga menciptakan lebih banyak pekerjaan baru.

Di sisi lain, rilis data ini juga menunjukkan adanya tanda perlambatan dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi serta inflasi upah lebih rendah. Indeks dollar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, terpantau anjlok 1.9 persen sehingga menjadi 110.77.

Departemen tenaga kerja Amerika Serikat melaporkan bahwa angka nonfarm payroll AS melonjak ke angka 261.000 pada bulan Oktober. Data pekerjaan yang positif ini membuat dollar AS mundur dan mendorong harga emas meroket.

Meski begitu, bias untuk harga emas masih berada di sisi negative. Hal ini karena The Fed masih akan terus menaikkan suku bunga meskipun dalam kecepatan yang lebih lambat. 

Sebelumnya, dollar AS terus berapa di posisi puncak sejak awal pekan lalu pasca Jerome Powell memutuskan untuk menaikkan kembali suku bunga bank sentral Amerika Serikat sebesar 75 basis poin sebagai langkah untuk mengurangi laju inflasi.

Rupiah Masih Tertekan Hawkish The Fed

Nilai tukar rupiah sejak awal pekan lalu selalu menunjukkan pelemahan. Terakhir rupiah ditutup melemah 48 poin pada level Rp15.647. Angka ini menunjukkan pelemahan yang lebih parah setelah sebelumnya Rupiah juga melemah 50 poin di level Rp15.695.

Nilai tukar rupiah pada transaksi antarbank di Jakarta pada sore kemarin menunjukkan masih adanya pelemahan. Kondisi ini terjadi imbas dari sikap bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang lebih hawkish.

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati berpendapat mengenai pelemahan Rupiah terhadap Dollar AS yang terjadi pada beberapa hari ini. Dia menjelaskan bahwa pelemahan Rupiah tidak lepas dari agresifitas Bank Sentral Amerika Serikat.

The Fed menaikkan kembali suku bunga acuan 75 basis poin hingga menjadi 3.75-4 persen seperti yang telah diperkirakan pelaku pasar sebelumnya. Jerome Powell, Ketua The Fed juga mengisyaratkan bahwa suku bunga AS kemungkinkan masih akan naik lebih jauh dari yang sudah diperkirakan.

Tren depresiasi nilai tukar negara berkembang masing terdorong oleh menguatnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Hal ini mengakibatkan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara, khususnya Amerika Serikat.

Selain imbas dari The Fed yang lebih hawkish, pelemahan rupiah juga disebabkan faktor internal. Terjadinya deflasi pada bulan Oktober lalu ternyata semakin membebani rupiah serta ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Indonesia yang semakin rendah.

Meski harga emas cenderung naik, akan tetapi masih condong ke arah negative. Hal ini membuat peluang harga emas turun kembali masih cukup besar sehingga pelaku pasar harus bijak dalam memilih strategi yang tepat.