Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Sampai Akhir Tahun, Optimis Nilai Tukar Rupiah Tak Lebih Rp15.000

Sampai Akhir Tahun, Optimis Nilai Tukar Rupiah Tak Lebih Rp15.000

by Didimax Team

Perekonomian global yang tidak menentu membuat mata uang sejumlah negara mengalami perlemahan. Begitu pula dengan Rupiah yang menunjukkan tren negatif. Bahkan, angkanya sempat menyentuh level Rp14.860,-. Sesuatu hal yang cukup mengkhawatirkan bagi perekonomian Indonesia yang terancam resesi.

Banyak prediksi bermunculan mengenai perekonomian negeri ini kedepan mengenai pertumbuhan yang minus. Kebijakan PSBB di sejumlah daerah dan peningkatan kasus corona adalah pemicu utama. Hampir semua sektor tidak sanggup beroperasi. Sentimen negatif bermunculan. Membuat Rupiah tidak lagi diinginkan investor.

Seperti pada kuartal I tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 2,87%. Tidak berjalannya roda perekonomian dalam negeri menjadi faktor utama. Apalagi, barang import seperti minyak mentah masih menjadi kendala utama. Penggunaan Dollar yang tidak terkendali menjadi perhatian mengapa rupiah tergerus.

Tetapi, sentimen negatif ini seakan ter patahkan dengan pernyataan Menteri Keuangan dan Gubernur Bi. Mereka optimis perlemahan Rupiah tidak akan melampaui krisis moneter yang pernah terjadi tahun 1998. Prediksi mereka, Rupiah akan menyentuh angka Rp15.000 atau bahkan di bawahnya.

 

Stimulus Kebijakan yang Dinilai Tepat

Sejak Rupiah melemah dari Rp12.000,- hingga naik ke level Rp15.000 beberapa waktu lalu. Pemerintah sudah melakukan berbagai macam kebijakan dengan pemberian stimulus. Kebijakan ini dinilai tepat oleh beberapa ekonom. Terbukti dengan penguatan Rupiah terhadap nilai tukar terhadap Dollar AS hingga di angka Rp13.900.

Stimulus pemerintah yang sangat terasa adalah penangan bidang kesehatan. Mulai dari peralatan rapid test hingga pemberian intensif kepada petugas kesehatan. Fokus Indonesia untuk memerangi virus ini dinilai positif oleh pelaku pasar. Hal ini berpengaruh pada iklim bisnis yang kondusif.

Walaupun, penanganan tidak sebaik Taiwan atau Myanmar. Namun, potensi Indonesia yang begitu besar tetap menjadi alasan kuat investor bersedia menanamkan modalnya disini. Pengaruh ini juga disertai dengan berbagai perusahaan besar yang memilih untuk cabut dari India dan China yang masih menerapkan lock down.

Stimulus selanjutnya yang dianggap berhasil adalah menekan laju inflasi pada bulan Ramadhan dan juga lebaran. Dengan pemberian bantuan tunai langsung yang akan dilanjutkan hingga Desember. Serta memberikan keringanan pembayaran listrik sampai bulan september untuk warga kurang mampu.

Kebijakan ini memicu masyarakat bisa membeli kebutuhan pokok dan kesehatan yang menjadi komoditi Indonesia. Begitu pula dengan adanya bantuan kartu prakerja bagi para pekerja yang di PHK. Walau melambat, setidaknya roda ekonomi ditengah masyarakat tetap berjalan. Sehingga, kebutuhan akan Rupiah masih tetap tinggi.

Perhatian Pemerintah Dengan Membentuk Lembaga Satuan Tugas Ekonomi

Optimisme lain Gubernur Bank Indonesia ditengah tergerusnya rupiah yang mendekati level Rp15.000 adalah perhatian pemerintah. Beberapa hari lalu, presiden Joko Widodo telah mengumumkan membentuk Satuan Tugas Ekonomi yang berfungsi untuk percepatan perbaikan perekonomian.

Semua kementerian perekonomian bersatu dalam satuan tugas ini. Mereka dibentuk untuk menyehatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia agar tidak masuk ke jurang resesi. Karena, perlemahan rupiah akan sangat terasa bila resesi dialami Indonesia. Iklim usaha menjadi tidak kondusif, dan PHK semakin bertambah.

Langkah-langkah konkret sudah mulai dilaksanakan. Dampaknya cukup bagus dengan laju penguatan Rupiah. Walau masih di angka 0,30 sampai 0,50. Dibandingkan, dengan beberapa mata uang negara asia yang penguatannya dibawah Indonesia. Berbeda dengan Yen atau Dollar Singapura yang menjadi safe haven Investor.

Ancaman Resesi yang Mungkin Tidak Akan Terjadi

Walau kasus corona masih terus meningkat. Namun, beberapa sektor sudah mulai dibuka. Bahkan, sektor pariwisata yang menjadi penyumbang deviden terbesar juga sudah dibuka. Terutama Bali yang akan membuka diri mulai september. Dengan menggeliatnya dunia wisata diharapkan mampu membuat rupiah semakin menguat.

Apalagi, beberapa fakta menyebutkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia mulai membaik. Hal itu ditunjukkan dengan indeks PMI Manufaktur Indonesia mencapai 40. Artinya sudah melebihi Indeks PMI Manufaktur terendah sebuah negara. Hal ini merupakan sebuah indikator bahwa perekonomian sudah membaik.

Selanjutnya, dengan dibukanya kembali perusahaan dan juga restoran yang menekan laju PHK. Dengan konsep new normal yang digaungkan pemerintah. Perlahan, dunia bisnis mulai menunjukkan titik terang. Target pertumbuhan ekonomi mencapai 3% sampai 5% di akhir kuartal ke III tahun 2020 bukan tidak mungkin akan terwujud.

Walaupun, tidak bisa dipungkiri bahwa perekonomian Indonesia di kuartal ke II menjadi yang terparah. Prediksi para ekonom minus 3% sampai plus 1%. Dengan kebijakan dan kondisi yang ada. Tidak salah gaung optimisme Gubernur BI, bila rupiah tidak akan menyentuh angka Rp15.000 sampai akhir tahun nanti.

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama