Latar Belakang: Mengapa GBP/USD Begitu Diperhatikan
Pasangan GBP/USD telah lama menjadi salah satu pasangan mata uang paling likuid dan paling diperdagangkan di dunia. Nilainya sangat sensitif terhadap dinamika kebijakan moneter, kondisi ekonomi di Inggris dan AS, serta aliran modal global. Pada tahun 2025, GBP/USD sempat menunjukkan kekuatan signifikan setelah melewati periode volatilitas, terutama pascagempa politik dan ekonomi di Inggris selama tahun-tahun sebelumnya. loadstonegroup.com+2Investing.com Indonesia+2
Namun demikian, kekuatan ini tidak berarti menjamin tren bullish berkelanjutan — dan di sinilah pandangan Morgan Stanley menjadi penting sebagai acuan banyak pelaku pasar global.
Pandangan Terbaru Morgan Stanley terhadap GBP/USD
Dari Bullish ke Waspada — Penarikan Dukungan
Belakangan ini, Morgan Stanley mengambil sikap lebih hati-hati terhadap pound sterling. Baru-baru ini, mereka menutup rekomendasi bullish mereka terhadap GBP, dengan alasan bahwa pound kemungkinan telah melewati katalis positif jangka pendek terakhirnya. Markets+1
Dengan demikian, bank investasi ini tidak lagi menilai GBP sebagai mata uang dengan potensi kenaikan tinggi jangka pendek, melainkan sebagai instrumen dengan upside yang terbatas — menandakan bahwa sekarang mungkin adalah saat untuk mewaspadai atau mengevaluasi ulang eksposur terhadap GBP/USD. Markets
Outlook 2026: Satu Tahun Roller-Coaster
Dalam perkiraan mereka, Morgan Stanley memperkirakan bahwa pada paruh pertama 2026, GBP/USD bisa naik ke sekitar 1.36, terutama jika dolar AS melemah (akibat expectasi penurunan suku bunga AS) dan investor masih melihat carry trade sebagai menarik. Exchangerates+1
Namun selepas itu — menjelang akhir tahun — mereka memperkirakan GBP/USD akan melemah kembali, mungkin turun ke kisaran 1.29. Exchangerates+1
Penurunan ini, menurut mereka, akan dipicu oleh faktor-faktor sebagai berikut:
-
Kebijakan moneter di negara Inggris: mereka memperkirakan suku bunga (Bank Rate) akan diturunkan dari level saat ini menuju sekitar 2.75%, seiring dengan melemahnya inflasi dan pasar tenaga kerja yang menunjukkan tanda-tanda pelonggaran. Exchangerates+2Investing.com+2
-
“Carry advantage” pound — yaitu keuntungan dari perbedaan suku bunga antara Inggris dan AS yang sebelumnya mendukung pound — akan tergerus. Saat carry tidak lagi menarik, daya tarik GBP sebagai mata uang safe-carry trade bisa menurun. Investing.com+1
-
Pound dipandang semakin rentan terhadap aliran modal besar karena, menurut Morgan Stanley, pound “diperdagangkan seperti mata uang yang kurang likuid,” membuatnya sensitif terhadap perubahan sentimen global. Bloomberg+1
Dengan kata lain — potensi rebound untuk GBP/USD memang ada, tetapi durasinya diyakini terbatas, dan ada risiko penurunan signifikan dalam jangka menengah.
Faktor-Faktor Fundamental & Makro yang Mempengaruhi Prediksi Morgan Stanley
1. Kebijakan Moneter: Perubahan Suku Bunga di Inggris dan AS
Salah satu faktor penentu utama adalah kebijakan suku bunga. Di Inggris, jika inflasi terus mereda dan pasar tenaga kerja menunjukkan kelemahan, maka Bank of England (BoE) kemungkinan akan mengurangi suku bunga — sebuah skenario yang dapat melemahkan pound. Morgan Stanley mengantisipasi suku bunga Inggris turun ke sekitar 2.75%. Exchangerates+1
Di sisi lain, di AS, ekspektasi penurunan suku bunga (oleh Federal Reserve / The Fed) dapat melemahkan USD, terutama jika imbal hasil obligasi AS turun. Hal ini bercampur dengan ekspektasi bahwa suku bunga AS akan turun lebih awal di 2026, sehingga menciptakan jendela untuk rebound GBP/USD. Exchangerates+1
Namun rebound ini diperkirakan bersifat sementara — ketika pasar mulai memperhitungkan potensi pemotongan suku bunga Inggris, pound bisa segera kehilangan daya tarik carry trade.
2. Carry Trade dan Aliran Modal Internasional
Selama 2025, salah satu alasan utama GBP tetap kuat adalah karena carry trade: investor mengambil kredit dalam mata uang dengan suku bunga rendah, mengkonversi ke pound, dan menaruh dana di instrumen Inggris yang menawarkan yield lebih tinggi. Kerangka kerja “Sterling Scowl” dari Morgan Stanley menunjukkan bahwa kombinasi carry dan volatilitas membuat pound tetap menarik, bahkan ketika ada keraguan tentang sikap BoE. Investing.com+1
Namun pada 2026, bank ini memperkirakan bahwa keuntungan dari carry akan menyusut — baik karena penurunan suku bunga Inggris, maupun membaiknya kondisi global yang membuat aliran modal lebih terkait pada risiko daripada yield.
3. Likuiditas, Risiko Capital Flow dan Vulnerabilitas Pound
Morgan Stanley juga memperingatkan bahwa pound sekarang “diperdagangkan seperti mata uang yang kurang likuid,” yang berarti bahwa pergerakan besar dalam aliran modal global — misalnya akibat sentimen risiko global, ekspektasi suku bunga AS, atau dinamika geopolitik — bisa memiliki dampak besar terhadap GBP/USD. Bloomberg+1
Ketergantungan pada aliran modal besar membuat pound rentan terhadap “risk off / risk on” secara global—setiap kekhawatiran tentang ekonomi global, ekspektasi suku bunga AS, atau kondisi makro bisa memicu pelarian dari pound, menyebabkan depresiasi.
4. Prospek Ekonomi Inggris
Meski banyak perhatian tertuju pada suku bunga dan carry trade, faktor pertumbuhan ekonomi Inggris tetap menjadi variabel kunci. Jika pertumbuhan Inggris tetap solid — misalnya lewat peningkatan produktivitas, investasi, atau perbaikan kondisi pasar tenaga kerja — pound bisa mendapatkan suport tambahan, bahkan jika suku bunga turun. Morgan Stanley menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Inggris dan potensi gains produktivitas (termasuk dari adopsi teknologi, AI, dsb.) bisa menjadi katalis positif jika risiko fiskal dan moneter mereda. Investing.com+1
Namun, jika disinflasi, tekanan pasar tenaga kerja, dan potensi pemotongan suku bunga BoE terjadi bersamaan — seperti yang diproyeksikan — maka bahkan pertumbuhan moderat mungkin tidak cukup untuk menopang sterling.
Implikasi bagi Trader dan Investor: Peluang & Risiko
Bagi trader forex maupun investor yang mempertimbangkan eksposur ke GBP/USD, pandangan Morgan Stanley memiliki sejumlah implikasi praktis:
-
Peluang jangka pendek: Jika ekspektasi terhadap penurunan suku bunga di AS benar — dan dolar melemah — maka GBP/USD berpeluang naik menuju 1.36. Ini bisa menarik bagi trader jangka pendek atau swing trader yang mencari rebound cepat.
-
Risiko jangka menengah: Karena Morgan Stanley memperkirakan GBP/USD bisa kembali turun ke sekitar 1.29 menjelang akhir 2026, membuka posisi long jangka panjang pada pound bisa berisiko — terutama tanpa hedging atau strategi manajemen risiko.
-
Sensitivitas terhadap suku bunga dan aliran modal global: Trader perlu memantau keputusan kebijakan moneter BoE dan The Fed, data inflasi dan tenaga kerja Inggris & AS, serta sentimen global (misalnya risk appetite, geopolitik, aliran modal). Perubahan dalam variabel ini bisa menyebabkan fluktuasi tajam.
-
Carry trade mungkin sudah tidak lagi menarik: Dengan suku bunga Inggris yang diproyeksikan turun, strategi carry trade (pinjam murah, invest di GBP yield) bisa kehilangan daya tarik. Trader yang mengandalkan carry sebaiknya berhati-hati.
Kesimpulan: Pound di Persimpangan — Waspada, Tapi Masih Ada Peluang
Analisis Morgan Stanley menunjukkan bahwa kekuatan pound terhadap dolar selama 2025 — didorong oleh carry trade, ekspektasi pelemahan dolar, dan stabilitas relatif di Inggris — mungkin telah mencapai puncaknya. Meskipun ada potensi rebound jangka pendek di awal 2026 ke level ~1.36, outlook jangka menengah menunjukkan bahwa GBP/USD bisa berada di bawah tekanan, turun menuju kisaran ~1.29.
Pound kini terseok di persimpangan: dari satu sisi, peluang rebound jika dolar melemah; dari sisi lain risiko penurunan tanda-tanda bahwa kelebihan yield dan carry dari Inggris semakin pudar, dan pound makin tergantung pada aliran modal serta sentimen pasar global.
Bagi pelaku pasar — baik trader harian, swing trader, maupun investor jangka menengah — sekarang bukan waktunya untuk nyaman. Stabilitas bisa rapuh, dan dinamika pasar atau kebijakan moneter bisa dengan cepat menggeser arah.
Jika Anda tertarik memahami lebih dalam strategi trading berdasarkan skenario seperti ini — cara membaca data makro, timing entry/exit, manajemen risiko, serta mempersiapkan diri untuk perubahan arah pasar — program edukasi trading di didimax.co.id bisa menjadi panduan yang tepat. Di situ, Anda bisa mempelajari dasar-dasar analisis fundamental dan teknikal, serta bagaimana merancang strategi yang adaptif terhadap berbagai skenario seperti yang diproyeksikan Morgan Stanley.
Bergabung dalam program tersebut memberi Anda kesempatan untuk memperkuat pemahaman, meningkatkan kemampuan analisis, dan membuat keputusan trading lebih terinformasi — bukan berdasarkan emosi semata. Jangan biarkan perubahan pasar mengejutkan Anda; siapkan diri dengan pengetahuan dan strategi solid.