Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Analisis Historis: Respon GBP/JPY terhadap Inflasi Inggris Sejak 2000

Analisis Historis: Respon GBP/JPY terhadap Inflasi Inggris Sejak 2000

by Lia Nurullita

Analisis Historis: Respon GBP/JPY terhadap Inflasi Inggris Sejak 2000

Dalam dunia trading forex, salah satu pasangan mata uang yang paling menarik perhatian trader adalah GBP/JPY (Pound Sterling terhadap Yen Jepang). Pasangan ini terkenal karena volatilitasnya yang tinggi, yang sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor makroekonomi, termasuk inflasi. Inflasi adalah salah satu indikator ekonomi utama yang mempengaruhi kebijakan moneter, dan kebijakan moneter sendiri memiliki dampak yang signifikan terhadap nilai tukar mata uang. Artikel ini akan mengulas bagaimana GBP/JPY merespons inflasi Inggris sejak tahun 2000, serta faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi dinamika ini.

Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Tukar GBP/JPY

Inflasi adalah peningkatan umum dalam harga barang dan jasa yang diukur dengan indeks harga konsumen (CPI). Ketika inflasi meningkat, biasanya bank sentral akan menanggapi dengan mengubah kebijakan moneter, seperti menaikkan suku bunga untuk menahan laju inflasi. Sebaliknya, jika inflasi rendah atau negatif (deflasi), bank sentral mungkin akan menurunkan suku bunga untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Kebijakan moneter ini, pada gilirannya, akan mempengaruhi nilai tukar mata uang.

Untuk GBP/JPY, kedua mata uang tersebut dipengaruhi oleh kebijakan moneter dari Bank of England (BoE) dan Bank of Japan (BoJ). Inflasi Inggris menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi kebijakan BoE, yang pada akhirnya akan berdampak pada nilai tukar GBP terhadap mata uang lainnya, termasuk JPY. Jepang, di sisi lain, memiliki kebijakan moneter yang lebih longgar, dengan tingkat inflasi yang relatif rendah, yang seringkali membuat Yen Jepang lebih menarik bagi investor mencari aset yang lebih aman.

Periode 2000-2008: Sebelum Krisis Keuangan Global

Sebelum krisis keuangan global 2008, Inggris mengalami periode inflasi yang relatif moderat. Inflasi Inggris selama tahun-tahun ini bervariasi, tetapi umumnya berada di sekitar target Bank of England, yaitu 2%. Pada periode ini, nilai tukar GBP/JPY bergerak relatif stabil dengan sedikit volatilitas, meskipun ada beberapa perubahan tajam yang dipicu oleh faktor-faktor eksternal, seperti fluktuasi harga komoditas dan ketegangan geopolitik.

Pada tahun 2005, inflasi Inggris mulai meningkat sedikit, dengan laju inflasi mencapai lebih dari 3%. Sebagai respons terhadap tekanan inflasi, Bank of England mulai menaikkan suku bunga. Langkah ini mengarah pada apresiasi nilai GBP terhadap Yen, karena suku bunga yang lebih tinggi di Inggris menarik lebih banyak investasi. Namun, meskipun inflasi meningkat, kebijakan moneter Inggris tetap cukup hati-hati, yang mengarah pada pergerakan GBP/JPY yang relatif stabil dalam rentang waktu ini.

Namun, menjelang krisis keuangan global 2008, tekanan inflasi global mulai meningkat, dipicu oleh lonjakan harga minyak dan komoditas lainnya. Inflasi di Inggris meningkat tajam pada tahun 2008, meskipun Bank of England merespons dengan menurunkan suku bunga untuk meredakan dampak krisis. Pada saat yang sama, BoJ di Jepang mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar. Hal ini menyebabkan nilai GBP/JPY mengalami fluktuasi yang cukup besar, dengan GBP terdepresiasi terhadap JPY karena ketidakpastian ekonomi global dan respons BoE yang lebih agresif terhadap krisis.

Periode 2009-2015: Pasca Krisis Keuangan Global

Setelah krisis keuangan 2008, kedua bank sentral utama, BoE dan BoJ, terpaksa mengambil langkah-langkah luar biasa untuk mendukung perekonomian masing-masing. Di Inggris, meskipun inflasi sempat melonjak tajam selama krisis, BoE berfokus pada pelonggaran moneter dan suku bunga rendah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Suku bunga yang rendah, dipadukan dengan kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE), memengaruhi daya tarik GBP bagi investor.

Inflasi Inggris pada tahun-tahun setelah krisis tetap rendah, dan di beberapa titik, bahkan di bawah target BoE. Meskipun demikian, BoE terus mempertahankan kebijakan moneter yang longgar, yang membatasi potensi apresiasi GBP. Di sisi lain, Jepang juga memperkenalkan kebijakan pelonggaran kuantitatif yang sangat agresif, sehingga suku bunga JPY tetap sangat rendah. Meskipun inflasi Jepang juga rendah, kebijakan BoJ yang sangat akomodatif membuat Yen tetap relatif lemah dibandingkan dengan mata uang lain, termasuk GBP.

Pada periode ini, GBP/JPY cenderung bergerak dalam rentang yang lebih sempit, dengan fluktuasi yang lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal daripada perubahan langsung dalam inflasi Inggris atau kebijakan moneter Jepang. Sebagai contoh, ketegangan geopolitik, seperti krisis utang Eropa, dan ketidakpastian terkait Brexit mulai memengaruhi nilai tukar GBP/JPY lebih signifikan daripada faktor inflasi itu sendiri.

Periode 2016-2020: Brexit dan Dampaknya Terhadap GBP/JPY

Salah satu peristiwa paling signifikan yang mempengaruhi nilai tukar GBP/JPY pada dekade ini adalah referendum Brexit pada 2016, yang mengarah pada keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa. Meskipun inflasi Inggris pada tahun 2016 relatif moderat, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh Brexit menyebabkan volatilitas yang besar dalam pasar forex, termasuk dalam pasangan GBP/JPY. Nilai GBP jatuh tajam terhadap banyak mata uang, termasuk Yen, meskipun BoE merespons dengan pelonggaran lebih lanjut.

Pada tahun 2017-2018, meskipun inflasi Inggris sedikit meningkat, ketegangan seputar proses negosiasi Brexit lebih dominan dalam pergerakan GBP/JPY. Meskipun inflasi tidak menunjukkan lonjakan signifikan, fluktuasi nilai tukar GBP/JPY lebih banyak dipengaruhi oleh persepsi pasar terhadap kemungkinan kesepakatan atau kegagalan Brexit.

Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 mempengaruhi ekonomi global dan Inggris secara drastis. Inflasi Inggris mengalami penurunan tajam, sementara Bank of England meluncurkan langkah-langkah stimulus besar-besaran untuk mendukung ekonomi. Ketidakpastian global dan ketegangan terkait Brexit membuat GBP/JPY tetap volatile, meskipun pengaruh langsung inflasi menjadi kurang signifikan dibandingkan dengan faktor-faktor lain, seperti kebijakan moneter dan respons terhadap pandemi.

Periode 2021-2025: Pemulihan Ekonomi dan Dampak Inflasi

Memasuki tahun 2021 dan seterusnya, inflasi Inggris mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan, dipicu oleh pemulihan ekonomi pasca-pandemi dan gangguan rantai pasokan global. Bank of England, yang sebelumnya telah menjaga suku bunga pada level rendah, mulai mengubah arah kebijakan moneter mereka, menaikkan suku bunga untuk meredakan inflasi yang meningkat.

Sementara itu, Jepang tetap mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar, dengan suku bunga yang rendah dan pelonggaran kuantitatif untuk mendukung perekonomiannya. Sebagai hasilnya, GBP/JPY kembali menunjukkan volatilitas yang cukup besar, dengan nilai GBP menguat terhadap Yen seiring dengan ekspektasi pasar bahwa BoE akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga untuk menanggulangi inflasi. Namun, dampak inflasi Inggris terhadap GBP/JPY tidak selalu linier, karena sentimen pasar juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kebijakan moneter BoJ, kondisi pasar global, dan perkembangan Brexit.

Kesimpulan

Sejak tahun 2000, respons GBP/JPY terhadap inflasi Inggris telah dipengaruhi oleh berbagai faktor makroekonomi, terutama kebijakan moneter dari Bank of England dan Bank of Japan. Inflasi yang lebih tinggi di Inggris sering kali menyebabkan Bank of England menaikkan suku bunga, yang pada gilirannya mengarah pada apresiasi GBP terhadap Yen. Namun, volatilitas GBP/JPY juga dipengaruhi oleh banyak faktor lain, seperti kebijakan moneter BoJ, ketidakpastian global, dan peristiwa-peristiwa besar seperti Brexit dan pandemi COVID-19.

Bagi para trader, memahami bagaimana inflasi dan kebijakan moneter dapat mempengaruhi pasangan mata uang seperti GBP/JPY sangat penting untuk mengembangkan strategi trading yang efektif. Oleh karena itu, pelatihan yang tepat dan pemahaman mendalam tentang pasar dapat sangat membantu dalam membuat keputusan trading yang lebih cerdas dan menguntungkan.

Jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut tentang strategi trading dan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai pasar forex, bergabunglah dengan program edukasi trading yang disediakan oleh Didimax. Program ini dirancang untuk memberikan pengetahuan yang komprehensif mengenai analisis pasar, manajemen risiko, dan teknik trading yang efektif, yang dapat membantu Anda meraih kesuksesan dalam trading.

Dengan mengikuti program edukasi trading Didimax, Anda akan mendapatkan akses ke berbagai materi pembelajaran, webinar, dan analisis pasar terkini. Dapatkan panduan langsung dari para ahli trading yang berpengalaman, dan tingkatkan keterampilan Anda dalam memahami dinamika pasar, termasuk bagaimana faktor-faktor makroekonomi seperti inflasi dapat mempengaruhi keputusan trading Anda. Jangan lewatkan kesempatan untuk bergabung dengan komunitas trader profesional dan belajar untuk meraih keuntungan yang maksimal. Kunjungi www.didimax.co.id untuk mulai belajar dan mengembangkan karir trading Anda!