Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Apakah Emas Selalu Naik Saat Market Panik? Tidak Selalu!

Apakah Emas Selalu Naik Saat Market Panik? Tidak Selalu!

by rizki

Apakah Emas Selalu Naik Saat Market Panik? Tidak Selalu!

Emas selama ini dikenal sebagai aset safe haven, atau tempat berlindung ketika badai ekonomi datang. Banyak investor menganggap emas sebagai penyelamat ketika pasar keuangan mengalami gejolak. Setiap kali terjadi ketidakpastian global, seperti krisis keuangan, perang, atau pandemi, harga emas sering kali melonjak tinggi karena investor mencari aset yang dianggap lebih stabil. Namun, apakah emas selalu naik saat market panik? Jawabannya: tidak selalu.

Keyakinan bahwa emas akan selalu naik dalam situasi panik sebenarnya terlalu disederhanakan. Meskipun ada banyak kasus di mana emas mengalami kenaikan signifikan selama ketidakstabilan pasar, tidak sedikit pula kejadian di mana emas justru bergerak sebaliknya—bahkan turun cukup tajam. Untuk memahami alasan di balik pergerakan emas yang tidak selalu konsisten saat terjadi panic market, kita perlu melihat lebih dalam pada faktor-faktor fundamental yang memengaruhi harga emas dan bagaimana pasar bekerja.

Mengapa Emas Dianggap Safe Haven?

Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami mengapa emas disebut sebagai safe haven. Istilah ini merujuk pada aset yang cenderung mempertahankan nilainya atau bahkan meningkat ketika aset berisiko lain seperti saham mengalami penurunan.

Sejak zaman dahulu, emas telah dianggap sebagai bentuk penyimpanan nilai yang relatif stabil. Tidak terpengaruh oleh inflasi secara langsung, emas tidak bisa dicetak seperti mata uang fiat. Selain itu, emas juga memiliki permintaan yang konstan di industri, perhiasan, dan cadangan bank sentral. Faktor-faktor ini menjadikan emas sebagai alternatif menarik saat mata uang melemah atau saat kepercayaan terhadap sistem keuangan terguncang.

Contoh Emas Naik Saat Market Panik

Contoh paling ikonik dari peran emas sebagai safe haven terjadi pada krisis keuangan 2008. Ketika pasar saham global runtuh, harga emas mulai naik secara signifikan. Para investor menjual aset berisiko dan beralih ke emas, menyebabkan lonjakan permintaan dan kenaikan harga.

Begitu pula saat pandemi COVID-19 mulai merebak pada awal 2020, harga emas sempat melonjak ke rekor tertinggi sepanjang masa di atas $2.000 per troy ounce pada Agustus 2020. Ini terjadi di tengah ketidakpastian global, suku bunga rendah, dan stimulus besar-besaran dari bank sentral, terutama The Fed.

Kedua kejadian ini memperkuat persepsi bahwa emas adalah tempat berlindung yang aman di masa krisis. Namun, ada sisi lain dari cerita ini.

Ketika Emas Justru Turun Saat Panik Melanda

Meski sering dianggap "aman", kenyataannya emas tidak selalu menunjukkan performa positif saat terjadi gejolak pasar. Contohnya terjadi pada Maret 2020, tepat saat awal pandemi COVID-19 mulai memicu kepanikan global. Alih-alih naik, harga emas turun tajam dalam waktu singkat.

Apa penyebabnya? Ketika pasar saham rontok, banyak investor dan institusi besar terpaksa menjual emas mereka untuk memenuhi margin call atau menambah likuiditas. Ini menyebabkan tekanan jual pada emas, membuat harganya turun drastis. Jadi meskipun kondisi global mengindikasikan ketidakpastian, reaksi pasar tidak selalu membuat harga emas naik.

Situasi serupa terjadi pula pada krisis likuiditas lainnya, termasuk krisis utang Eropa dan gejolak taper tantrum 2013. Dalam banyak kasus, keinginan untuk memegang uang tunai—terutama dolar AS—lebih dominan daripada keinginan memegang emas.

Faktor yang Memengaruhi Harga Emas

Untuk memahami mengapa emas tidak selalu naik saat market panik, kita harus memahami faktor-faktor yang memengaruhi harga emas:

  1. Nilai Dolar AS
    Emas dan dolar memiliki hubungan yang cukup erat, sering kali berlawanan arah. Saat dolar menguat, emas cenderung melemah karena harga emas dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli mata uang lain. Jika kepanikan menyebabkan pelarian ke dolar AS, maka harga emas bisa turun.

  2. Suku Bunga dan Kebijakan Moneter
    Emas tidak memberikan bunga atau dividen. Ketika suku bunga naik, emas menjadi kurang menarik dibandingkan obligasi atau instrumen lain yang memberikan imbal hasil. Saat The Fed menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi atau menjaga stabilitas, harga emas bisa melemah, meskipun ada ketidakpastian pasar.

  3. Likuiditas dan Margin Call
    Dalam situasi ekstrem, seperti krisis keuangan, investor bisa menjual emas untuk memenuhi kebutuhan margin atau kebutuhan likuiditas lainnya. Hal ini bisa menyebabkan harga emas turun meskipun sentimen pasar negatif.

  4. Permintaan Fisik dan Spekulatif
    Harga emas juga dipengaruhi oleh permintaan dari sektor industri, perhiasan, serta permintaan spekulatif di pasar derivatif. Perubahan di salah satu sektor ini bisa memengaruhi harga emas secara signifikan.

Narasi yang Terlalu Sederhana Bisa Menyesatkan

Sering kali, investor ritel terjebak dalam narasi yang terlalu menyederhanakan hubungan antara panic market dan harga emas. Padahal, kenyataannya sangat kompleks. Menganggap emas pasti naik saat market panik bisa membuat investor salah langkah, apalagi jika mereka membuka posisi besar tanpa manajemen risiko yang tepat.

Sebagai contoh, trader yang membeli emas pada Maret 2020 dengan ekspektasi bahwa krisis pandemi akan langsung mendorong harga emas naik bisa mengalami kerugian besar dalam waktu singkat karena koreksi tajam yang terjadi. Butuh waktu beberapa bulan sebelum harga emas pulih dan melanjutkan reli.

Ini menunjukkan pentingnya analisis menyeluruh dan pemahaman yang matang terhadap dinamika pasar, bukan sekadar mengikuti sentimen umum atau asumsi historis.

Emas Sebagai Diversifikasi, Bukan Solusi Tunggal

Alih-alih menganggap emas sebagai penyelamat utama, lebih bijak melihat emas sebagai salah satu komponen dalam portofolio yang terdiversifikasi. Emas memang bisa menjadi pelindung nilai dalam jangka panjang, namun bukan berarti ia bebas risiko atau selalu untung dalam jangka pendek.

Investor cerdas memahami bahwa tidak ada aset yang selalu naik dalam segala kondisi. Bahkan safe haven seperti emas pun bisa mengalami volatilitas yang tinggi tergantung pada kondisi pasar global, geopolitik, dan kebijakan moneter.

Strategi yang Tepat Saat Market Panik

Saat pasar mengalami kepanikan, strategi yang rasional dan terukur jauh lebih penting daripada mengikuti emosi atau asumsi. Beberapa hal yang bisa dilakukan:

  • Tetap tenang dan tidak terburu-buru mengambil keputusan investasi.

  • Gunakan analisis teknikal dan fundamental secara bersamaan untuk memahami potensi pergerakan harga.

  • Jangan menaruh seluruh portofolio pada satu aset saja, termasuk emas.

  • Gunakan stop-loss dan manajemen risiko dalam setiap transaksi.

Investor yang disiplin dan memiliki pemahaman yang baik tentang berbagai instrumen, termasuk emas, akan lebih siap menghadapi berbagai skenario market—baik itu bullish, bearish, maupun panic market.


Investasi yang cerdas dimulai dari edukasi yang tepat. Di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian, memiliki pengetahuan mendalam tentang cara kerja market, termasuk perilaku emas, akan membantu Anda mengambil keputusan yang lebih bijak. Jangan terjebak dalam asumsi lama—pelajari lebih dalam, analisis lebih luas, dan kelola risiko dengan cerdas.

Jika Anda ingin belajar lebih banyak tentang strategi trading emas, forex, maupun instrumen lainnya dalam kondisi pasar sesulit apa pun, ikuti program edukasi gratis dari Didimax. Di www.didimax.co.id, Anda bisa mendapatkan akses ke pembelajaran trading langsung dari mentor berpengalaman, webinar, serta fasilitas demo account untuk latihan. Jangan lewatkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan Anda dalam membaca pasar secara profesional!

Kunjungi www.didimax.co.id sekarang juga dan mulai perjalanan Anda menjadi trader yang cerdas dan siap menghadapi segala kondisi pasar. Edukasi adalah investasi awal yang tidak pernah rugi!