Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Asia FX Muted as Strong US Payrolls Dent Rate Cut Bets; Dollar Trims Weekly Losses

Asia FX Muted as Strong US Payrolls Dent Rate Cut Bets; Dollar Trims Weekly Losses

by Iqbal

Asia FX Muted as Strong US Payrolls Dent Rate Cut Bets; Dollar Trims Weekly Losses

Pasar valuta asing Asia mengalami pergerakan yang relatif tenang pada akhir pekan ini, setelah laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat (US Non-Farm Payrolls/NFP) yang lebih kuat dari perkiraan mengurangi spekulasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dalam waktu dekat. Dolar AS, yang sempat berada dalam tekanan selama beberapa hari terakhir, berhasil memangkas sebagian kerugian mingguan berkat laporan data tenaga kerja yang menunjukkan kekuatan ekonomi terbesar dunia itu masih cukup solid.

Laporan NFP yang dirilis pada Jumat malam menunjukkan bahwa ekonomi AS menambahkan sebanyak 206.000 pekerjaan pada bulan Juni 2025, jauh di atas ekspektasi pasar yang memperkirakan hanya sekitar 190.000 pekerjaan baru. Meskipun tingkat pengangguran sedikit meningkat menjadi 4,1%, para analis melihat data ini sebagai sinyal bahwa pasar tenaga kerja tetap resilien. Ini kemudian meredam ekspektasi pemangkasan suku bunga dalam jangka pendek, yang selama ini menjadi pendorong utama pelemahan dolar dalam beberapa minggu terakhir.

Dampak Langsung ke Pasar Asia

Mata uang Asia seperti yen Jepang, yuan Tiongkok, rupee India, serta won Korea Selatan bergerak cenderung sideways dalam sesi perdagangan Asia pada hari Senin pagi. Yen, misalnya, hanya sedikit menguat di level 160-an terhadap dolar AS setelah sebelumnya sempat menembus level psikologis 161. Sementara itu, yuan berada di kisaran 7,29 per dolar, dengan sentimen dari Tiongkok yang belum mendukung penguatan lebih lanjut karena data ekonomi domestik yang masih lemah.

Rupee India dan baht Thailand juga menunjukkan pergerakan terbatas, di tengah ketidakpastian global mengenai arah suku bunga. Investor di pasar negara berkembang cenderung berhati-hati karena penguatan dolar dapat menyebabkan arus modal keluar dan menekan nilai tukar lokal. Bank sentral di kawasan Asia pun tetap waspada terhadap volatilitas nilai tukar yang bisa berdampak pada stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi domestik.

Kebijakan The Fed dan Proyeksi Suku Bunga

Pasar keuangan global sebelumnya menaruh harapan bahwa Federal Reserve akan mulai menurunkan suku bunga pada kuartal ketiga tahun ini. Namun, data pekerjaan yang kuat membuat investor mempertanyakan kembali narasi tersebut. Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik sebagai respons terhadap data NFP, mencerminkan penyesuaian ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter.

Para pelaku pasar kini memperkirakan hanya satu kali pemangkasan suku bunga pada tahun 2025, kemungkinan besar pada bulan November, dengan peluang sekitar 60%. Sebelum data NFP dirilis, proyeksi pasar bahkan mencapai dua kali pemangkasan tahun ini. Hal ini mengindikasikan bahwa keputusan The Fed akan sangat bergantung pada data-data ekonomi yang akan datang, terutama inflasi dan pasar tenaga kerja.

Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam pernyataan terbarunya menegaskan bahwa bank sentral tidak akan menurunkan suku bunga kecuali terdapat bukti konkret bahwa inflasi bergerak turun secara berkelanjutan menuju target 2%. Oleh karena itu, laporan inflasi konsumen (CPI) yang akan dirilis minggu ini menjadi perhatian utama pasar.

Dolar AS dan Reaksi Pasar Global

Dolar AS yang sebelumnya mengalami tekanan akibat melemahnya ekspektasi suku bunga berhasil rebound tipis setelah laporan NFP. Indeks dolar (DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama dunia, naik ke level 105,20 setelah sebelumnya sempat turun ke bawah 104,80. Meskipun secara mingguan dolar masih mencatat pelemahan, penguatan pada akhir pekan menandai adanya support fundamental dari sektor tenaga kerja.

Euro melemah terhadap dolar hingga ke level 1,0810, sementara pound sterling juga turun ke kisaran 1,2740. Mata uang-mata uang ini sebelumnya sempat naik cukup tajam karena ekspektasi bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan lebih dulu dibandingkan ECB atau BoE. Namun, data terbaru mengubah dinamika tersebut.

Sementara itu, emas dan aset safe haven lainnya juga mengalami tekanan karena imbal hasil obligasi AS meningkat, membuat daya tarik logam mulia sebagai penyimpan nilai menjadi berkurang. Harga emas turun sekitar 0,6% ke kisaran USD 2.320 per troy ounce, menandai penurunan mingguan kedua berturut-turut.

Sentimen Investor di Asia Tetap Wait and See

Investor di Asia, terutama yang bermain di pasar valuta asing, masih menerapkan pendekatan wait and see menyusul sinyal yang saling bertentangan dari data ekonomi global. Di satu sisi, ekspektasi pemangkasan suku bunga di AS mulai pudar, yang seharusnya mendukung penguatan dolar. Namun di sisi lain, kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global dan tensi geopolitik membuat investor tetap mencari aset lindung nilai dan menjaga posisi mereka dalam mata uang lokal.

Bank sentral di Asia seperti Bank of Japan (BoJ), People’s Bank of China (PBOC), dan Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap menjaga stabilitas moneter dan intervensi di pasar valas bila diperlukan. Stabilitas nilai tukar sangat penting bagi kawasan ini, terutama bagi negara-negara yang mengandalkan impor dalam skala besar.

Outlook Mingguan dan Fokus Pasar

Minggu ini, perhatian investor akan tertuju pada data inflasi AS (CPI dan PPI), pidato pejabat The Fed, serta laporan ekonomi dari Tiongkok dan Jepang. Setiap sinyal pelemahan inflasi bisa menghidupkan kembali harapan pemangkasan suku bunga dan memberikan tekanan tambahan pada dolar AS. Namun, apabila data kembali menunjukkan ketahanan ekonomi, dolar bisa kembali menguat dan menekan mata uang Asia lebih lanjut.

Sementara itu, pasar Asia juga akan memantau perkembangan di pasar komoditas, terutama minyak dan logam industri, yang dapat mempengaruhi neraca perdagangan dan nilai tukar. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta kebijakan Tiongkok terhadap ekspor bahan baku strategis juga menjadi perhatian tersendiri bagi investor global.

Di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut, strategi manajemen risiko dan pemahaman yang kuat terhadap dinamika pasar menjadi sangat krusial bagi para trader.

Jika Anda ingin memahami lebih dalam mengenai bagaimana dampak data ekonomi global seperti NFP terhadap pergerakan mata uang Asia dan bagaimana Anda bisa memanfaatkan peluang trading yang muncul dari situasi ini, saatnya Anda bergabung bersama Didimax. Melalui program edukasi trading di Didimax, Anda akan mendapatkan bimbingan langsung dari mentor-mentor profesional serta akses informasi pasar yang komprehensif.

Dengan bergabung di www.didimax.co.id, Anda tidak hanya mempelajari teknik trading, tetapi juga memahami strategi menghadapi pasar yang penuh tantangan. Jangan biarkan volatilitas pasar membuat Anda bingung — tingkatkan skill Anda dan jadilah trader yang cerdas bersama Didimax!