Bagaimana Dolar AS Bertahan Saat Dunia di Ambang Perang

Dalam sejarah panjang perekonomian global, tidak ada mata uang yang memiliki dominasi sebesar Dolar Amerika Serikat (USD). Di tengah ketegangan geopolitik, eskalasi konflik bersenjata, hingga ancaman perang dunia, dolar AS tetap berdiri kokoh sebagai simbol kekuatan dan stabilitas finansial. Pertanyaannya, bagaimana mungkin mata uang dari satu negara bisa begitu tahan banting saat dunia berada di ambang kehancuran?
Jawabannya melibatkan campuran kompleks dari kekuatan ekonomi, dominasi politik, struktur sistem keuangan global, dan kepercayaan pasar yang telah dibangun selama puluhan tahun. Saat dunia dikejutkan oleh invasi, sanksi ekonomi, perlombaan senjata, atau embargo energi, alih-alih menjauh dari risiko, para investor justru berbondong-bondong menuju dolar AS sebagai safe haven.
Dominasi Dolar dalam Perdagangan dan Cadangan Devisa
Salah satu alasan utama mengapa dolar AS tetap kuat adalah karena posisinya sebagai mata uang cadangan utama dunia. Data dari Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan bahwa lebih dari 58% cadangan devisa global disimpan dalam bentuk dolar AS. Dalam perdagangan internasional, lebih dari 80% transaksi menggunakan dolar sebagai mata uang penyelesaian, termasuk dalam sektor-sektor strategis seperti energi, bahan mentah, dan komoditas lainnya.
Bahkan ketika konflik pecah di wilayah Timur Tengah, Asia Timur, atau Eropa Timur, perdagangan minyak dan gas tetap dijalankan dalam denominasi dolar. Ini menciptakan permintaan konstan terhadap USD, yang memberi daya tahan terhadap tekanan eksternal. Negara-negara yang menghadapi ketegangan geopolitik sering kali memperkuat cadangan dolarnya untuk berjaga-jaga terhadap gejolak pasar, memperkuat dominasi dolar lebih jauh.
Kepercayaan terhadap Ekonomi dan Stabilitas Politik AS
Meskipun Amerika Serikat tidak lepas dari krisis domestik, dari resesi hingga polarisasi politik, sistem pemerintahannya masih dianggap stabil dibandingkan banyak negara lain. AS memiliki institusi demokrasi yang kuat, sistem hukum yang dapat diandalkan, dan infrastruktur pasar keuangan yang dalam dan likuid. Ini semua menciptakan rasa aman bagi investor global.
Saat ketidakpastian meningkat—baik karena potensi perang antar negara, krisis nuklir, atau terorisme global—investor lebih memilih menempatkan dana mereka di instrumen yang berbasis dolar, seperti obligasi pemerintah AS (US Treasury). Treasury dianggap sebagai aset paling aman di dunia karena dijamin oleh pemerintah AS yang memiliki reputasi tidak pernah gagal bayar utang. Ini menjadikan dolar sebagai mata uang “pelarian” utama di saat krisis.
Peran The Fed dan Kebijakan Moneter AS
Federal Reserve (The Fed) memainkan peran besar dalam menjaga kekuatan dolar, terutama melalui kebijakan suku bunga dan pengendalian inflasi. Saat ancaman perang meningkat, The Fed sering kali menyesuaikan suku bunga untuk menjaga stabilitas ekonomi dan meredam kepanikan pasar. Kenaikan suku bunga membuat aset dalam dolar lebih menarik karena imbal hasil yang lebih tinggi, menarik masuknya modal asing ke AS dan memperkuat dolar.
Lebih jauh lagi, koordinasi kebijakan antara The Fed dan Departemen Keuangan AS memastikan bahwa respon ekonomi terhadap krisis bersifat cepat dan terukur. Ketika banyak negara berjuang mengendalikan inflasi atau menjaga nilai tukarnya, AS relatif lebih mampu memberikan kepastian melalui pendekatan moneter yang transparan dan kredibel.
Ketergantungan Dunia terhadap Sistem Keuangan AS
Salah satu keunggulan tak kasat mata dari dolar AS adalah sistem pembayaran dan keuangan global yang sangat bergantung pada infrastruktur milik Amerika. SWIFT, sistem pesan antar bank yang digunakan untuk menyelesaikan transaksi internasional, banyak dijalankan dalam format yang mendukung transaksi berbasis dolar. Hal ini membuat negara-negara yang ingin berpartisipasi dalam ekonomi global harus berhubungan dengan sistem perbankan AS.
Ketika konflik muncul, sanksi ekonomi yang dikenakan AS kepada negara lawan—seperti Rusia, Iran, atau Korea Utara—semakin mempertegas dominasi dolar. Negara-negara yang terkena sanksi justru semakin terisolasi dari sistem global, sementara negara-negara lain makin terdorong untuk memperkuat hubungan finansial dengan AS demi kelangsungan ekonomi mereka. Dalam konteks ini, kekuatan dolar bukan hanya ekonomi, tetapi juga senjata geopolitik.
Psikologi Pasar dan Persepsi Global
Investor adalah makhluk yang sangat dipengaruhi oleh persepsi dan emosi. Saat media global membanjiri berita tentang eskalasi militer, blokade laut, peluncuran rudal, atau kebocoran senjata biologis, ketakutan akan ketidakpastian mendominasi pasar. Di saat seperti itu, aksi yang paling umum adalah "flight to safety"—lari ke instrumen paling aman yang tersedia, dan dalam hal ini, dolar AS adalah pilihan utamanya.
Kepercayaan ini bukan hanya rasional, tetapi sudah terbentuk selama dekade. Dolar AS telah membuktikan diri selama Perang Dunia, Krisis Keuangan 2008, Pandemi COVID-19, dan konflik besar lainnya. Dalam setiap situasi genting tersebut, alih-alih runtuh, dolar malah menguat. Ini menciptakan pola pikir kolektif bahwa "apa pun yang terjadi, dolar akan tetap berdiri."
Upaya Dedolarisasi: Ancaman atau Sekadar Wacana?
Beberapa negara seperti Rusia, Tiongkok, dan Iran telah mengampanyekan dedolarisasi, yakni mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dalam perdagangan internasional. Mereka berupaya mendorong penggunaan mata uang lokal atau yuan sebagai alternatif. Namun kenyataannya, sistem global terlalu dalam tertanam pada struktur berbasis dolar untuk berubah dalam waktu dekat.
Upaya dedolarisasi seringkali terhambat oleh kurangnya kepercayaan internasional terhadap mata uang alternatif, keterbatasan infrastruktur keuangan, serta keterlibatan politik yang rumit. Bahkan dalam upaya penggunaan yuan dalam perdagangan minyak antara Tiongkok dan Arab Saudi, banyak pihak tetap menyimpan cadangan dalam bentuk dolar sebagai jaminan likuiditas.
Dolar dalam Dunia Multikrisis
Dunia saat ini tidak hanya menghadapi ancaman perang antar negara, tetapi juga krisis iklim, ketegangan ekonomi, migrasi massal, dan ketimpangan sosial. Di tengah kompleksitas ini, satu hal yang tetap menjadi jangkar adalah eksistensi dolar sebagai mata uang global. Keandalannya memberikan stabilitas bagi sistem keuangan internasional, dan kemampuannya menyerap tekanan menjadikannya tiang penyangga utama.
Meskipun masa depan tidak bisa diprediksi dan dunia bisa saja berubah secara drastis, dalam waktu dekat dolar AS tetap menjadi jangkar utama sistem moneter global. Dalam setiap episode gejolak, dari yang berskala regional hingga global, USD tetap menjadi benteng terakhir yang dipercaya oleh bank sentral, institusi keuangan, dan individu di seluruh dunia.
Ketika dunia berada di ambang perang, logika ekonomi global justru mendorong para pelaku pasar untuk mengkonsolidasikan kekuatan pada satu titik yang dianggap paling aman—dan titik itu adalah dolar AS.
Jika Anda ingin memahami lebih dalam bagaimana pergerakan dolar AS bisa menjadi sinyal penting dalam menentukan arah pasar global, maka pelajari strategi dan analisis trading adalah langkah bijak. Di tengah ketidakpastian geopolitik, memiliki kemampuan membaca pergerakan mata uang adalah keunggulan kompetitif yang akan melindungi dan bahkan mengembangkan aset Anda.
Ikuti program edukasi trading di www.didimax.co.id dan dapatkan bimbingan langsung dari mentor profesional, akses ke analisa harian, serta wawasan strategis yang membantu Anda meraih peluang dari pergerakan pasar. Dalam dunia yang bergejolak, pengetahuan adalah perlindungan terbaik Anda.