
Bank Sentral Global Perlahan Kurangi Akumulasi Emas dalam Cadangan
Selama lebih dari satu dekade terakhir, emas telah memainkan peran penting dalam strategi cadangan devisa berbagai bank sentral di seluruh dunia. Emas dianggap sebagai aset lindung nilai (hedging) terhadap inflasi, volatilitas mata uang, hingga gejolak geopolitik. Namun, tren yang mulai terlihat sejak paruh kedua tahun 2024 menunjukkan bahwa beberapa bank sentral global kini perlahan mengurangi akumulasi emas dalam cadangan mereka. Pergeseran ini menjadi perhatian penting bagi pelaku pasar, analis ekonomi, dan investor logam mulia di seluruh dunia.
Fenomena pengurangan akumulasi emas ini tidak serta merta menandakan bahwa emas kehilangan daya tariknya sebagai aset cadangan. Sebaliknya, keputusan ini lebih mencerminkan perubahan strategi diversifikasi dan kebijakan moneter di tengah kondisi ekonomi global yang berubah cepat. Bank-bank sentral kini dihadapkan pada tekanan suku bunga tinggi, ketidakpastian fiskal, serta kebutuhan likuiditas jangka pendek yang memaksa mereka melakukan rebalancing portofolio cadangan mereka.
Tren Akumulasi Emas yang Melambat
Menurut data yang dirilis oleh World Gold Council (WGC) pada kuartal kedua 2025, tingkat pembelian emas oleh bank sentral turun hampir 25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meskipun masih terdapat negara-negara yang terus membeli emas seperti Tiongkok, India, dan Kazakhstan, sebagian besar negara maju seperti Kanada, Jerman, dan Inggris menunjukkan tren netral bahkan menjual sebagian dari cadangan emas mereka.
Negara-negara emerging market yang sebelumnya menjadi pembeli besar emas kini juga memperlambat akumulasinya. Faktor seperti stabilisasi nilai tukar, penguatan dolar AS, serta kebutuhan untuk mempertahankan likuiditas cadangan dalam bentuk mata uang asing turut mendorong keputusan ini. Misalnya, bank sentral Turki yang sempat menjadi pembeli besar emas dalam beberapa tahun terakhir kini mengurangi akumulasi demi menstabilkan lira dan menjaga neraca transaksi berjalan.
Alasan Strategis di Balik Penurunan Akumulasi
Ada sejumlah alasan strategis yang mendasari keputusan bank sentral global untuk mengurangi pembelian emas. Pertama, suku bunga global yang lebih tinggi meningkatkan opportunity cost dari memegang emas, yang secara inheren tidak memberikan bunga atau hasil imbal. Ketika obligasi pemerintah menawarkan imbal hasil lebih tinggi, banyak bank sentral lebih memilih aset tersebut untuk mendukung likuiditas dan stabilitas cadangan mereka.
Kedua, tekanan fiskal dan kebutuhan pembiayaan domestik juga menjadi faktor signifikan. Beberapa negara, terutama yang terdampak pandemi dan masih dalam tahap pemulihan, memilih mengalokasikan cadangan devisa untuk kebutuhan impor, subsidi energi, atau intervensi pasar valuta asing. Dalam situasi tersebut, emas—yang sifatnya tidak likuid untuk kebutuhan jangka pendek—kurang menjadi prioritas.
Ketiga, peningkatan penggunaan sistem pembayaran digital lintas negara dan penguatan peran mata uang utama seperti dolar AS dan yuan Tiongkok juga mengubah preferensi aset cadangan. Negara-negara yang menjalin hubungan perdagangan dominan dengan Tiongkok, misalnya, cenderung meningkatkan cadangan dalam bentuk yuan ketimbang emas.
Dampak Terhadap Pasar Emas Global
Penurunan pembelian emas oleh bank sentral secara agregat memberikan dampak psikologis bagi pasar. Investor melihat langkah ini sebagai sinyal bahwa permintaan institusional terhadap emas bisa mengalami stagnasi dalam jangka menengah. Hal ini berkontribusi pada pelemahan harga emas sejak awal 2025, meskipun harga tetap didukung oleh permintaan ritel dan sektor industri.
Namun demikian, pasar tidak serta merta mengalami tekanan besar. Ini karena faktor geopolitik global masih cukup kuat untuk menjaga permintaan terhadap emas, termasuk konflik di Timur Tengah, ketegangan Laut Cina Selatan, dan ketidakpastian pemilu di beberapa negara besar. Para analis memperkirakan bahwa penurunan permintaan oleh bank sentral bisa diimbangi oleh kenaikan permintaan dari investor swasta dan institusi keuangan yang mencari perlindungan terhadap risiko pasar saham dan obligasi.
Perspektif Regional: Asia Masih Dominan
Meskipun tren global menunjukkan penurunan, kawasan Asia masih mencatatkan pembelian emas yang relatif stabil. Bank sentral Tiongkok terus menambah emas ke dalam cadangannya sebagai bagian dari strategi de-dolarisasi dan untuk memperkuat yuan sebagai mata uang internasional. India, meskipun melambat, tetap mempertahankan posisi net buyer dalam rangka menjaga ketahanan terhadap fluktuasi dolar.
Negara-negara di ASEAN seperti Indonesia dan Malaysia juga belum menunjukkan tanda-tanda pelepasan emas dalam jumlah signifikan. Bahkan, Bank Indonesia dalam beberapa pernyataannya menegaskan bahwa emas masih menjadi komponen penting dalam manajemen risiko cadangan devisa nasional.
Apakah Ini Akhir dari Emas sebagai Aset Strategis?
Meskipun akumulasi oleh bank sentral mengalami penurunan, bukan berarti emas kehilangan tempatnya dalam portofolio cadangan devisa global. Sebaliknya, emas tetap dipandang sebagai aset "safe haven" yang memiliki peran strategis dalam menjaga kestabilan nilai kekayaan negara. Penurunan ini lebih bersifat sementara dan didorong oleh dinamika makroekonomi jangka pendek yang memaksa bank sentral untuk lebih fleksibel dalam manajemen cadangan.
Banyak analis percaya bahwa emas akan tetap menjadi bagian integral dari strategi cadangan bank sentral, terutama saat terjadi krisis global atau gejolak keuangan besar. Dalam kondisi seperti itu, emas sering menjadi satu-satunya aset yang tidak terpengaruh oleh keputusan bank sentral besar, sehingga memberikan perlindungan nyata terhadap ketidakpastian.
Ke depan, ketika suku bunga mulai turun dan tekanan fiskal mereda, bank sentral bisa kembali melanjutkan akumulasi emas sebagai bagian dari strategi jangka panjang. Dengan kata lain, fase penurunan ini bukanlah akhir dari hubungan jangka panjang antara bank sentral dan emas, tetapi lebih sebagai fase jeda yang mencerminkan kebutuhan adaptasi terhadap kondisi global yang dinamis.
Jika Anda tertarik memahami lebih dalam bagaimana tren cadangan devisa bank sentral memengaruhi harga emas dan pasar keuangan global, maka edukasi yang mendalam tentang analisis fundamental dan teknikal menjadi sangat penting. Didimax sebagai broker lokal terpercaya menyediakan program edukasi trading gratis yang dirancang khusus untuk membantu Anda memahami dinamika pasar secara menyeluruh dan memanfaatkan peluang yang ada.
Bergabunglah bersama ribuan trader lainnya di www.didimax.co.id dan pelajari strategi terbaik dalam trading emas, forex, dan komoditas lainnya. Dengan bimbingan mentor berpengalaman dan akses ke materi edukasi lengkap, Anda dapat mengembangkan keahlian trading yang siap menghadapi berbagai tantangan pasar global.