Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Bank Sentral Jepang Ubah Kebijakan Moneter, Yen Bergejolak

Bank Sentral Jepang Ubah Kebijakan Moneter, Yen Bergejolak

by Iqbal

Selama beberapa dekade terakhir, Bank Sentral Jepang (BoJ) dikenal sebagai institusi yang sangat konservatif dalam menetapkan kebijakan moneter. Dengan tingkat suku bunga yang hampir selalu berada di zona negatif atau mendekati nol, BoJ berfokus menjaga stabilitas ekonomi di tengah tantangan deflasi yang membelenggu Jepang sejak era 1990-an. Namun, memasuki tahun 2025, BoJ mulai mengejutkan pasar global dengan mengubah arah kebijakan moneternya secara signifikan. Langkah ini bukan hanya menggetarkan pasar keuangan domestik, tetapi juga memicu volatilitas tinggi pada mata uang yen di pasar global.

Sejarah Panjang Kebijakan Moneter Ultra Longgar

Jepang selama ini dikenal dengan kebijakan moneter ultra longgar. Sejak meledaknya gelembung ekonomi Jepang di awal 1990-an, perekonomian Negeri Sakura terperosok dalam stagnasi berkepanjangan. Deflasi menjadi momok yang sulit diatasi, memaksa Bank Sentral Jepang mengambil kebijakan ekstrem demi mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sejak 2013, di bawah kepemimpinan Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda, program pelonggaran moneter skala besar atau quantitative and qualitative easing (QQE) diluncurkan. Melalui pembelian besar-besaran obligasi pemerintah, BoJ membanjiri pasar dengan likuiditas. Suku bunga dipangkas hingga negatif, bahkan mencapai -0,1% pada 2016. Kebijakan ini diharapkan mampu memicu belanja masyarakat dan investasi korporasi.

Namun, efektivitas kebijakan tersebut dalam memicu inflasi sesuai target 2% sangat minim. Perlambatan ekonomi global, penuaan populasi, hingga kebiasaan masyarakat Jepang menabung ketimbang belanja, membuat kebijakan moneter ultra longgar seakan kehilangan taji.

Perubahan Drastis di Tengah Tekanan Global

Memasuki dekade baru, Bank Sentral Jepang menghadapi tantangan baru yang lebih kompleks. Inflasi global yang melonjak akibat pandemi, disrupsi rantai pasok, serta ketegangan geopolitik global mendorong kenaikan harga-harga komoditas secara signifikan. Tekanan inflasi yang sebelumnya sulit dijumpai di Jepang, kini mulai merangkak naik.

Pada awal 2024, inflasi konsumen Jepang tercatat mencapai 3,5%, jauh melampaui target 2% BoJ. Situasi ini menempatkan Bank Sentral Jepang di persimpangan jalan. Menahan suku bunga rendah berisiko memicu pelemahan yen yang semakin dalam, memperburuk daya beli masyarakat. Di sisi lain, menaikkan suku bunga berisiko menekan pemulihan ekonomi yang belum sepenuhnya solid.

Akhirnya, pada awal 2025, Bank Sentral Jepang mengumumkan perubahan kebijakan moneternya secara bertahap. Untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade, BoJ menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,25%. Keputusan ini menjadi sinyal jelas bahwa era suku bunga nol atau negatif di Jepang telah berakhir.

Yen Bergejolak di Pasar Forex

Pasar keuangan merespons perubahan kebijakan ini dengan volatilitas tinggi, terutama di pasar mata uang. Yen Jepang yang sempat melemah hingga di atas 150 yen per dolar AS pada tahun sebelumnya, tiba-tiba menguat tajam. Para pelaku pasar yang selama ini melakukan carry trade – meminjam yen murah untuk diinvestasikan di aset berimbal hasil lebih tinggi – terpaksa melakukan unwinding secara besar-besaran.

Penguatan yen yang tiba-tiba ini memicu kepanikan di kalangan eksportir Jepang yang selama ini diuntungkan oleh yen yang lemah. Saham-saham eksportir utama seperti Toyota, Sony, hingga Panasonic mengalami tekanan jual signifikan di bursa Tokyo.

Namun, di sisi lain, penguatan yen juga memberikan manfaat bagi perusahaan-perusahaan yang bergantung pada impor bahan baku, mengingat harga barang impor menjadi lebih murah dalam denominasi yen. Perubahan kebijakan moneter ini menjadi pedang bermata dua bagi perekonomian Jepang, menciptakan pemenang dan pecundang baru di dunia bisnis.

Dampak bagi Investor dan Trader

Bagi investor global, perubahan kebijakan Bank Sentral Jepang ini menciptakan peluang sekaligus risiko baru. Pasar obligasi Jepang (JGB) yang selama ini menawarkan imbal hasil sangat rendah, mulai menunjukkan kenaikan yield. Investor asing yang sebelumnya menghindari obligasi Jepang mulai melirik kembali aset tersebut, mencari diversifikasi di tengah gejolak pasar global lainnya.

Di pasar forex, yen kembali menjadi mata uang yang menarik untuk diperdagangkan. Sebelumnya, yen lebih banyak diposisikan sebagai mata uang funding dalam carry trade, namun kini yen mulai dilihat sebagai aset safe haven kembali, terutama di tengah ketidakpastian global yang meningkat.

Perubahan ini membuat para trader forex harus mengubah strategi mereka secara signifikan. Pola pergerakan yen yang sebelumnya relatif stabil dalam tren pelemahan panjang, kini berubah menjadi volatil dengan fluktuasi harian yang tajam. Momentum trading menjadi kunci bagi trader yang ingin memanfaatkan peluang dari volatilitas tinggi ini.

Proyeksi dan Tantangan ke Depan

Meski BoJ telah memulai normalisasi kebijakan moneternya, perjalanan ke depan tidak akan mulus. Perekonomian Jepang masih dihadapkan pada berbagai tantangan struktural, mulai dari populasi yang menua, produktivitas yang stagnan, hingga ketergantungan yang tinggi pada ekspor.

Selain itu, ketidakpastian global, mulai dari ketegangan geopolitik di Asia Timur, perlambatan ekonomi China, hingga dinamika kebijakan moneter Amerika Serikat dan Eropa, akan terus memengaruhi arah kebijakan BoJ ke depan.

Banyak ekonom memperkirakan bahwa BoJ akan melakukan normalisasi kebijakan secara sangat bertahap. Kenaikan suku bunga akan dilakukan dengan hati-hati, mengingat risiko resesi masih membayangi ekonomi Jepang. Dalam skenario optimistis, inflasi dapat stabil di kisaran 2%, memungkinkan BoJ mempertahankan suku bunga positif tanpa mengganggu pemulihan ekonomi.

Namun, dalam skenario pesimistis, jika inflasi global kembali melonjak atau ketegangan geopolitik meningkat, BoJ mungkin terpaksa menaikkan suku bunga lebih cepat, memicu gejolak pasar yang lebih besar.

Kesimpulan

Perubahan kebijakan moneter Bank Sentral Jepang menjadi momen bersejarah bagi perekonomian global. Setelah bertahun-tahun mempertahankan kebijakan ultra longgar, BoJ akhirnya mulai mengikuti jejak bank sentral global lainnya dalam menormalisasi kebijakan. Dampaknya bukan hanya dirasakan di pasar domestik, tetapi juga di seluruh dunia, mengingat peran yen sebagai salah satu mata uang utama di pasar keuangan internasional.

Bagi trader forex, perubahan kebijakan ini membuka peluang besar sekaligus tantangan baru. Volatilitas yen yang meningkat memberikan potensi profit lebih tinggi, tetapi juga memerlukan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor fundamental yang memengaruhi pergerakan yen. Dalam situasi seperti ini, edukasi dan pemahaman mendalam tentang analisis fundamental dan teknikal menjadi kunci sukses dalam trading forex.

Di tengah gejolak pasar yang semakin dinamis, penting bagi trader pemula maupun berpengalaman untuk terus memperbarui pengetahuan dan strategi mereka. Jika Anda ingin memahami lebih dalam tentang cara membaca kebijakan bank sentral, menganalisis dampaknya terhadap pasar forex, serta mengembangkan strategi trading yang efektif, bergabunglah dalam program edukasi trading di www.didimax.co.id.

Didimax sebagai broker forex terpercaya di Indonesia menyediakan beragam program edukasi lengkap mulai dari kelas dasar hingga kelas lanjutan, didukung oleh mentor profesional yang siap membimbing Anda memahami dinamika pasar global termasuk dampak kebijakan Bank Sentral Jepang. Jangan lewatkan kesempatan belajar langsung dari para ahli dan tingkatkan potensi profit trading Anda bersama Didimax!