Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Berani Trading Saat News? Waspadai Risiko Tersembunyinya!

Berani Trading Saat News? Waspadai Risiko Tersembunyinya!

by Lia Nurullita

Berani Trading Saat News? Waspadai Risiko Tersembunyinya!

Trading saat news atau rilis berita ekonomi besar sering dianggap sebagai ujian keberanian sejati bagi trader.
Bagaimana tidak? Dalam hitungan detik, harga bisa melonjak puluhan hingga ratusan pips — menciptakan peluang profit besar, namun juga risiko kerugian yang sama besarnya.

Di balik gemerlap potensi cuan cepat itu, tersembunyi risiko-risiko halus namun mematikan yang sering tidak disadari oleh trader, terutama pemula. Banyak trader baru terjun ke dunia news trading hanya karena tergiur cerita sukses orang lain, tanpa memahami bahwa pasar di momen news bukanlah arena yang sama dengan kondisi normal.

Artikel ini akan membahas secara mendalam berbagai risiko tersembunyi saat trading news, mengapa banyak trader gagal menanganinya, dan bagaimana cara Anda melindungi diri agar tidak menjadi korban volatilitas.


1. Risiko Volatilitas Ekstrem

Rilis berita besar seperti Non-Farm Payroll (NFP), keputusan suku bunga (FOMC), atau data inflasi (CPI) dapat mengubah arah pasar secara drastis. Dalam situasi ini, harga bisa bergerak 100–300 pips dalam beberapa menit.

Masalahnya, pergerakan sebesar ini bukan hanya menciptakan peluang — tapi juga ketidakpastian ekstrem.
Candle panjang bisa menembus banyak level support dan resistance sekaligus, membuat analisis teknikal konvensional menjadi tidak relevan untuk sementara waktu.

Bahkan trader berpengalaman pun sulit memprediksi arah awal gerakan karena:

  • Pasar bisa naik dulu, lalu turun tajam (whipsaw).

  • Reaksi pertama sering kali bersifat emosional, bukan rasional.

  • Arah sebenarnya baru terlihat beberapa menit kemudian.

Dengan kata lain, jika Anda tidak siap menghadapi pergerakan liar tersebut, Anda bisa kehilangan kontrol hanya dalam hitungan detik.


2. Risiko Spread dan Slippage

Ini adalah risiko paling sering diabaikan trader.
Saat news keluar, spread (selisih antara harga jual dan beli) bisa melebar 3–5 kali lipat dari normal. Misalnya, pasangan EURUSD yang biasanya memiliki spread 1 pip bisa melonjak menjadi 10 pips atau lebih.

Apa dampaknya?

  • Order Anda bisa tereksekusi jauh di atas atau di bawah harga yang Anda klik.

  • Stop loss bisa tersentuh lebih cepat dari seharusnya.

  • Profit yang seharusnya besar bisa tergerus oleh perbedaan harga eksekusi.

Fenomena ini disebut slippage, dan tidak bisa dihindari sepenuhnya — bahkan dengan broker terbaik sekalipun.
Trader yang tidak sadar akan hal ini sering terkejut melihat posisi mereka langsung minus besar begitu dibuka.


3. Risiko False Breakout

Salah satu jebakan paling mematikan saat news adalah false breakout — situasi di mana harga terlihat menembus level penting, tapi kemudian berbalik tajam.

Contohnya, pada rilis data inflasi AS, harga GBPUSD naik tajam menembus resistance utama. Banyak trader mengira ini adalah sinyal breakout kuat, lalu membuka posisi buy. Beberapa menit kemudian, harga tiba-tiba berbalik turun ratusan pips, meninggalkan jejak kerugian besar.

Ini terjadi karena:

  • Market maker memanfaatkan momentum untuk “menyapu stop loss” trader retail.

  • Pelaku besar sudah masuk posisi jauh sebelum news dan menggunakan lonjakan awal untuk keluar dari pasar.

False breakout inilah yang membuat banyak trader merasa “dikhianati” oleh pasar, padahal mereka hanya tidak sabar menunggu konfirmasi arah sebenarnya.


4. Risiko Emosi dan Overconfidence

Banyak trader mengira bahwa trading saat news hanyalah soal kecepatan dan analisis fundamental. Padahal, faktor psikologis jauh lebih berpengaruh.

Saat melihat pergerakan harga yang cepat dan profit ratusan dolar dalam beberapa detik, otak manusia melepaskan hormon dopamin — menciptakan sensasi euforia dan rasa percaya diri berlebihan.
Masalahnya, euforia ini bisa mendorong trader untuk:

  • Masuk posisi baru tanpa analisis.

  • Meningkatkan lot terlalu besar.

  • Tidak menutup posisi saat sudah cukup profit.

Sebaliknya, ketika pasar berbalik arah, rasa panik muncul. Trader menutup posisi dengan kerugian besar atau bahkan menggandakan posisi (martingale) dengan harapan harga kembali.
Siklus ini berulang hingga akhirnya akun trading habis.

Trading saat news bukan hanya ujian kemampuan teknikal, tapi juga ujian kontrol diri. Trader yang tidak disiplin dan mudah terbawa emosi hampir pasti akan kalah.


5. Risiko Teknologi dan Koneksi

Mungkin terdengar sepele, tapi di saat volatilitas tinggi, koneksi internet dan stabilitas platform trading bisa menjadi faktor penentu.
Bayangkan Anda sudah siap entry, tapi platform mengalami lag atau freeze tepat saat harga bergerak ratusan pips.

Masalah lain yang sering terjadi:

  • Order tertunda karena server overload.

  • Platform tidak menampilkan harga terbaru (price delay).

  • Eksekusi order ditolak karena volatilitas terlalu tinggi.

Inilah alasan mengapa trader profesional selalu memastikan:

  • Menggunakan koneksi internet stabil (lebih baik kabel daripada Wi-Fi).

  • Menggunakan VPS trading untuk eksekusi cepat.

  • Tidak menggunakan terlalu banyak indikator berat yang memperlambat platform.

Dalam news trading, sepersekian detik bisa menjadi perbedaan antara profit dan loss besar.


6. Risiko Salah Menafsirkan Data

Tidak semua berita berdampak sesuai logika ekonomi.
Contohnya, jika data pengangguran AS turun, seharusnya USD menguat. Tapi kadang justru melemah karena pasar sudah “price in” — artinya data positif itu sudah diantisipasi sejak sebelumnya.

Inilah jebakan yang membuat banyak trader salah arah meski sudah membaca hasil data dengan benar.
Pasar bukan hanya bereaksi terhadap angka aktual, tapi juga terhadap ekspektasi dan konteks ekonomi secara keseluruhan.

Contoh lain: ketika inflasi tinggi, trader mengira bank sentral pasti menaikkan suku bunga. Namun jika dalam konferensi pers bank sentral mengindikasikan pelonggaran ke depan, pasar justru merespons negatif.

Jadi, memahami konteks lebih penting daripada sekadar tahu angka.


7. Risiko Tanpa Manajemen Risiko

Semua risiko di atas bisa jadi tidak berbahaya jika Anda punya sistem manajemen risiko yang solid. Sayangnya, banyak trader justru mengabaikan hal ini. Mereka trading saat news dengan seluruh modal, berharap bisa “double” akun dalam satu malam.

Padahal, prinsip utama trading adalah bertahan, bukan menang besar sekali.
Aturan dasar yang seharusnya tidak dilanggar:

  • Risiko maksimal per transaksi tidak lebih dari 2% modal.

  • Gunakan stop loss wajib.

  • Hindari averaging dan martingale.

  • Tetap gunakan take profit realistis.

Trader profesional tahu kapan harus berhenti. Trader pemula sering tidak tahu kapan harus menyerah.


Kesimpulan: Waspadai yang Tidak Terlihat

Trading saat news memang menggoda — volatilitas tinggi, peluang besar, dan potensi profit cepat. Tapi di balik itu, ada risiko tersembunyi yang jauh lebih dalam daripada sekadar loss biasa.

Volatilitas ekstrem, spread melebar, false breakout, emosi tidak stabil, hingga faktor teknis bisa menjadikan momen news sebagai ladang kerugian massal bagi mereka yang tidak siap.

Keberanian saja tidak cukup. Anda perlu pengetahuan, persiapan, dan disiplin.
Tanpa itu, trading saat news lebih mirip seperti bertaruh di tengah badai ketidakpastian.


Dalam dunia trading, ilmu adalah perisai terbaik dari risiko.
Jika Anda ingin belajar bagaimana menghadapi news dengan strategi yang terukur, memahami perilaku pasar, serta mengelola risiko dengan efektif, Didimax siap membantu Anda.

Melalui program edukasi trading Didimax, Anda akan belajar langsung dari para mentor profesional yang berpengalaman dalam menghadapi situasi pasar paling ekstrem.
Kunjungi www.didimax.co.id dan temukan kelas, webinar, serta pelatihan interaktif yang membahas strategi menghadapi news, manajemen risiko, dan psikologi trading.

Jangan biarkan keberanian tanpa ilmu membuat Anda kalah di pasar.
Dengan edukasi yang benar dari Didimax, Anda bisa mengubah ketegangan saat news menjadi peluang profit yang cerdas dan terkendali.