Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Contoh Penerapan Korelasi Intermarket pada Analisis Teknikal Forex

Contoh Penerapan Korelasi Intermarket pada Analisis Teknikal Forex

by Rizka

Contoh Penerapan Korelasi Intermarket pada Analisis Teknikal Forex

Dalam dunia trading forex, banyak trader pemula hanya berfokus pada satu jenis analisis, seperti analisis teknikal murni atau analisis fundamental saja. Namun, ada satu pendekatan yang sering diabaikan, padahal memiliki kekuatan besar untuk meningkatkan akurasi prediksi harga, yaitu korelasi intermarket. Korelasi intermarket adalah studi tentang hubungan antara berbagai pasar keuangan, seperti pasar forex, saham, obligasi, dan komoditas. Dengan memahami bagaimana pasar-pasar ini saling memengaruhi, seorang trader dapat mengambil keputusan trading yang lebih matang dan terukur.

Penerapan korelasi intermarket dalam analisis teknikal forex tidak hanya membantu melihat gambaran besar pergerakan harga, tetapi juga memberikan konfirmasi tambahan terhadap sinyal yang muncul dari indikator teknikal. Misalnya, jika analisis teknikal pada chart EUR/USD memberikan sinyal bullish, tetapi korelasi intermarket menunjukkan bahwa pasar saham Eropa sedang mengalami tekanan, maka trader perlu berhati-hati dan mempertimbangkan kembali posisinya.


1. Menghubungkan Pergerakan Emas dan Nilai Tukar

Salah satu contoh nyata penerapan korelasi intermarket adalah hubungan antara harga emas (XAU/USD) dan mata uang seperti AUD/USD. Australia adalah salah satu eksportir emas terbesar di dunia, sehingga harga emas cenderung memiliki korelasi positif dengan nilai tukar dolar Australia. Artinya, ketika harga emas naik, AUD/USD sering kali ikut menguat.

Dalam praktik analisis teknikal, seorang trader yang melihat pola bullish pada grafik XAU/USD dapat mengantisipasi potensi kenaikan pada AUD/USD. Misalnya, jika harga emas membentuk pola ascending triangle yang menandakan potensi breakout, trader bisa melihat chart AUD/USD untuk mencari konfirmasi seperti support kuat atau sinyal dari indikator RSI yang keluar dari area oversold.


2. Korelasi Minyak dan USD/CAD

Korelasi lain yang sering digunakan dalam analisis teknikal forex adalah hubungan antara harga minyak mentah (Crude Oil) dan USD/CAD. Kanada adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia, sehingga penguatan harga minyak biasanya berdampak positif terhadap nilai tukar CAD. Akibatnya, USD/CAD cenderung bergerak berlawanan arah dengan harga minyak.

Misalnya, ketika harga minyak menunjukkan pola inverse head and shoulders yang menandakan potensi kenaikan, trader bisa memperhatikan apakah USD/CAD berada di dekat resistance penting. Jika analisis teknikal USD/CAD menunjukkan potensi reversal bearish, maka sinyal tersebut menjadi semakin kuat berkat konfirmasi dari korelasi intermarket dengan minyak.


3. Indeks Saham dan Sentimen Risiko

Pasar saham global, khususnya indeks seperti S&P 500, Dow Jones, atau Nikkei 225, sering digunakan sebagai indikator sentimen risiko (risk sentiment) dalam forex. Ketika pasar saham global naik, trader cenderung mengambil risiko lebih besar, sehingga mata uang dengan imbal hasil tinggi seperti AUD, NZD, atau mata uang emerging market menguat. Sebaliknya, ketika pasar saham jatuh, mata uang safe haven seperti USD dan JPY biasanya menguat.

Dalam analisis teknikal, hal ini bisa dimanfaatkan untuk mengonfirmasi pergerakan harga. Contohnya, jika indeks S&P 500 sedang membentuk pola bullish flag, sementara grafik AUD/JPY juga menunjukkan sinyal bullish dari indikator Moving Average, trader bisa menganggap bahwa peluang kenaikan AUD/JPY semakin besar karena didukung oleh sentimen risiko positif.


4. Obligasi dan USD/JPY

Pasar obligasi, khususnya yield obligasi pemerintah AS, memiliki korelasi kuat dengan pasangan mata uang seperti USD/JPY. Ketika yield obligasi AS naik, dolar AS cenderung menguat terhadap yen Jepang, dan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh arus modal yang mengalir mengikuti tingkat imbal hasil yang lebih tinggi.

Seorang trader dapat memanfaatkan korelasi ini dalam analisis teknikal dengan mengamati pola pada grafik yield obligasi AS. Misalnya, jika yield membentuk pola cup and handle yang menandakan potensi kenaikan, sementara USD/JPY juga menunjukkan sinyal bullish pada indikator MACD, maka kemungkinan besar USD/JPY akan terus menguat.


5. Menggunakan Multi-Chart untuk Konfirmasi

Penerapan korelasi intermarket secara teknikal sering dilakukan dengan menggunakan multi-chart analysis. Trader membuka beberapa chart sekaligus, misalnya chart EUR/USD, harga emas, dan indeks dolar AS (DXY). Dengan memantau ketiga grafik ini secara bersamaan, trader bisa menemukan hubungan yang menguatkan sinyal trading.

Sebagai contoh, jika DXY menunjukkan tren turun yang jelas dengan serangkaian lower highs dan lower lows, sedangkan EUR/USD sedang berada di dekat resistance penting dan indikator stochastic menunjukkan golden cross, maka peluang breakout bullish EUR/USD semakin tinggi. Korelasi terkonfirmasi: pelemahan dolar AS (DXY turun) mendukung penguatan EUR/USD.


6. Studi Kasus: Korelasi Emas, AUD/USD, dan USD/CHF

Mari kita lihat studi kasus sederhana. Pada suatu periode, harga emas bergerak naik dari $1.800 menjadi $1.850 per troy ounce. Pada saat yang sama, AUD/USD membentuk pola bullish engulfing di area support, sedangkan USD/CHF mulai menembus support kunci ke bawah. Dari sudut pandang korelasi intermarket:

  • Emas naik → mendukung penguatan AUD (AUD/USD naik).

  • Emas naik → melemahkan USD (USD/CHF turun).

Dengan data ini, trader bisa membuka posisi buy pada AUD/USD dan posisi sell pada USD/CHF, memanfaatkan dua peluang sekaligus yang saling mengonfirmasi.


7. Keuntungan dan Tantangan

Keuntungan utama dari penerapan korelasi intermarket dalam analisis teknikal forex adalah meningkatnya probabilitas sinyal yang valid. Korelasi dapat menjadi filter tambahan untuk menghindari false signal. Namun, tantangannya adalah korelasi tidak selalu bersifat statis. Faktor ekonomi global, kebijakan bank sentral, atau krisis geopolitik dapat mengubah arah korelasi secara sementara.

Oleh karena itu, penting bagi trader untuk:

  1. Memantau data ekonomi dan berita global yang dapat memengaruhi korelasi.

  2. Mengombinasikan analisis teknikal murni dengan pemahaman intermarket.

  3. Menggunakan timeframe yang sesuai dengan strategi trading (day trading, swing trading, atau position trading).


Memahami dan menerapkan korelasi intermarket dalam analisis teknikal forex adalah langkah strategis untuk menjadi trader yang lebih adaptif. Dengan menggabungkan pengetahuan hubungan antar pasar dan sinyal teknikal, peluang profit bisa meningkat, sementara risiko dapat lebih terkontrol.

Jika Anda ingin lebih memahami penerapan korelasi intermarket secara praktis, termasuk cara membaca multi-chart, mengidentifikasi pola teknikal yang didukung korelasi, hingga strategi manajemen risiko yang tepat, bergabunglah dalam program edukasi trading bersama Didimax. Kami menyediakan pembelajaran yang terstruktur, mulai dari dasar hingga strategi lanjutan, serta pendampingan langsung dari trader profesional yang berpengalaman.

Di Didimax, Anda tidak hanya akan belajar teori, tetapi juga praktik langsung di pasar. Dapatkan bimbingan, analisis harian, dan fasilitas trading eksklusif untuk membantu Anda mencapai target finansial. Kunjungi sekarang www.didimax.co.id dan mulailah perjalanan trading Anda dengan pengetahuan yang lebih kuat dan strategi yang lebih tajam.