
Kebijakan fiskal Amerika Serikat selalu menjadi salah satu faktor fundamental yang memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai tukar Dolar AS (USD). Di semester pertama tahun 2025, kombinasi kebijakan fiskal ekspansif dan kebijakan moneter yang terus menyesuaikan diri dengan kondisi ekonomi global telah membentuk dinamika baru bagi USD. Kebijakan fiskal yang dijalankan pemerintahan AS di paruh pertama 2025 mencerminkan respons terhadap berbagai tantangan, termasuk perlambatan ekonomi global, ketidakpastian geopolitik, serta upaya menjaga daya saing ekonomi domestik.
Kebijakan Fiskal AS di Awal 2025: Fokus pada Stimulus Sektoral
Di awal tahun 2025, pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden yang baru melanjutkan strategi fiskal ekspansif dengan fokus utama pada peningkatan belanja infrastruktur hijau, subsidi industri teknologi tinggi, serta dukungan bagi UMKM dan sektor properti. Anggaran belanja pemerintah federal meningkat sekitar 6,2% dibandingkan semester pertama tahun 2024, menunjukkan bahwa pemerintah AS masih mengandalkan stimulus fiskal sebagai motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan pemotongan pajak bagi sektor industri energi terbarukan dan teknologi kecerdasan buatan (AI) juga ikut diimplementasikan di awal tahun ini. Dengan harapan mendorong investasi jangka panjang, kebijakan ini memperkuat arus modal masuk ke sektor-sektor strategis. Namun, konsekuensi dari kebijakan fiskal ekspansif ini adalah meningkatnya defisit anggaran, yang diperkirakan menembus 6,8% dari PDB di semester pertama 2025.
Defisit Anggaran dan Pengaruhnya Terhadap Yield Obligasi AS
Meningkatnya defisit anggaran memaksa Departemen Keuangan AS menerbitkan lebih banyak surat utang negara (US Treasury). Akibatnya, yield obligasi AS bertenor 10 tahun sempat menyentuh level 4,75% pada akhir kuartal pertama 2025, tertinggi sejak awal 2024. Peningkatan imbal hasil ini memberikan daya tarik bagi investor global untuk menempatkan dana mereka di aset berdenominasi USD, termasuk obligasi dan instrumen lainnya.
Namun, di sisi lain, peningkatan penerbitan obligasi dalam jumlah besar juga memicu kekhawatiran mengenai keberlanjutan fiskal AS dalam jangka panjang. Beberapa lembaga pemeringkat global, seperti Fitch dan Moody’s, memberikan outlook negatif terhadap rating utang AS, menyoroti tekanan fiskal yang makin membesar akibat kombinasi belanja pemerintah yang tinggi dan penerimaan pajak yang belum sepenuhnya pulih.
Pengaruh Kebijakan Pajak dan Insentif Investasi Terhadap USD
Selain meningkatkan belanja, pemerintah AS juga menerapkan reformasi pajak untuk mendorong investasi domestik. Tarif pajak korporasi diturunkan dari 21% menjadi 19% khusus untuk perusahaan yang berinvestasi di sektor prioritas, seperti manufaktur semikonduktor dan energi terbarukan. Insentif ini berhasil menarik minat perusahaan multinasional untuk memperluas operasinya di AS, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan terhadap USD.
Namun, pemotongan pajak ini berdampak pada melemahnya penerimaan pajak pemerintah di awal tahun, sehingga menambah tekanan pada defisit anggaran. Meskipun demikian, dampak jangka pendeknya terhadap USD cenderung positif karena arus modal masuk ke AS meningkat, baik melalui Foreign Direct Investment (FDI) maupun aliran portofolio.
Dinamika Pasar Tenaga Kerja dan Inflasi
Kebijakan fiskal ekspansif juga didukung oleh kondisi pasar tenaga kerja yang relatif kuat di semester pertama 2025. Tingkat pengangguran bertahan di kisaran 3,7%, mencerminkan ketahanan ekonomi AS di tengah perlambatan global. Upah pekerja juga terus meningkat sekitar 4,2% secara tahunan, memberikan dorongan pada daya beli masyarakat.
Namun, peningkatan upah dan belanja pemerintah yang tinggi berkontribusi pada tekanan inflasi yang lebih kuat. Inflasi inti (Core PCE) di AS naik ke level 3,6% pada Mei 2025, jauh di atas target inflasi Federal Reserve sebesar 2%. Tekanan inflasi yang berasal dari kebijakan fiskal ini memaksa The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi, meski ekonomi menunjukkan tanda-tanda perlambatan.
Respons The Fed dan Reaksi Pasar Valas
Federal Reserve AS menghadapi dilema antara menjaga stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Di semester pertama 2025, The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25% - 5,50%, mencerminkan kebijakan moneter ketat yang masih dipertahankan guna meredam tekanan inflasi akibat stimulus fiskal.
Kombinasi kebijakan fiskal ekspansif dan suku bunga tinggi menciptakan daya tarik ganda bagi USD di pasar global. Di satu sisi, imbal hasil tinggi dari instrumen berdenominasi USD menarik investor global. Di sisi lain, fundamental ekonomi yang ditopang oleh belanja pemerintah memberikan persepsi bahwa ekonomi AS masih cukup tangguh, mendorong penguatan USD terhadap mata uang utama lainnya seperti Euro, Yen, dan Poundsterling.
Reaksi Pasar Global dan Arus Modal
Dampak kebijakan fiskal AS terhadap USD juga dipengaruhi oleh dinamika ekonomi global. Di tengah ketidakpastian ekonomi China dan Eropa yang menghadapi tantangan resesi teknis, AS muncul sebagai salah satu tujuan utama investasi global. Arus modal yang masuk ke pasar obligasi, ekuitas, dan properti di AS mendorong penguatan USD sepanjang semester pertama 2025.
Namun, di sisi lain, penguatan USD memberikan tantangan bagi ekonomi negara-negara berkembang yang memiliki utang berdenominasi USD. Tekanan nilai tukar di negara emerging market meningkat, terutama di Asia Tenggara dan Amerika Latin, yang pada gilirannya mendorong beberapa bank sentral regional menaikkan suku bunga guna menjaga stabilitas mata uangnya.
Prospek USD di Semester Kedua 2025

Menjelang semester kedua 2025, prospek USD akan sangat bergantung pada arah kebijakan fiskal AS selanjutnya. Jika pemerintah AS melanjutkan stimulus fiskal tanpa diimbangi dengan peningkatan penerimaan pajak yang signifikan, maka risiko fiskal jangka panjang dapat menggerus kepercayaan investor, yang berpotensi menekan USD.
Namun, jika pemerintah berhasil menyeimbangkan stimulus dengan reformasi perpajakan yang efektif serta menjaga defisit anggaran di level moderat, USD berpeluang tetap kuat didukung oleh fundamental ekonomi yang kokoh dan daya tarik aset berbasis USD. Dalam konteks global, ketidakpastian geopolitik dan prospek pemulihan ekonomi global yang masih rapuh juga berpotensi mendukung posisi USD sebagai aset safe haven.
Menghadapi dinamika pasar keuangan global yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal AS, penting bagi para trader dan investor Indonesia untuk memahami bagaimana kebijakan tersebut berdampak pada pergerakan USD dan mata uang lainnya. Pemahaman yang mendalam terhadap faktor fundamental global akan membantu Anda mengambil keputusan trading yang lebih tepat dan mengoptimalkan peluang profit di pasar forex.
Untuk membantu Anda memahami lebih dalam tentang analisis fundamental, strategi trading, dan manajemen risiko di pasar forex, Didimax menyediakan program edukasi trading gratis yang bisa diikuti secara online maupun offline. Kunjungi www.didimax.co.id dan bergabunglah bersama ribuan trader Indonesia lainnya untuk mendapatkan bimbingan langsung dari mentor profesional dan berpengalaman di industri trading forex.