Bank sentral memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga stabilitas ekonomi suatu negara, termasuk Indonesia. Salah satu instrumen utama yang digunakan oleh Bank Indonesia adalah kebijakan suku bunga acuan. Kenaikan suku bunga ini sering kali dilakukan untuk mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai tukar rupiah, serta menjaga kestabilan sistem keuangan nasional. Namun, kebijakan ini juga membawa berbagai dampak terhadap perekonomian Indonesia, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
1. Pengaruh terhadap Inflasi

Salah satu alasan utama kenaikan suku bunga oleh bank sentral adalah untuk mengendalikan inflasi. Ketika suku bunga naik, biaya pinjaman meningkat, sehingga masyarakat dan bisnis cenderung mengurangi konsumsi dan investasi mereka. Akibatnya, permintaan agregat menurun, yang pada akhirnya dapat membantu menekan laju inflasi. Namun, jika suku bunga terlalu tinggi dan berlangsung dalam waktu lama, hal ini bisa menyebabkan perlambatan ekonomi yang berlebihan.
Sebagai contoh, pada tahun 2022, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan secara bertahap untuk mengatasi tekanan inflasi akibat kenaikan harga energi dan bahan pangan global. Langkah ini berhasil menekan laju inflasi, tetapi juga berdampak pada daya beli masyarakat yang melemah akibat meningkatnya biaya pinjaman.
2. Dampak terhadap Sektor Perbankan
Kenaikan suku bunga acuan juga berdampak signifikan pada sektor perbankan. Dengan suku bunga yang lebih tinggi, bank akan menaikkan suku bunga pinjaman mereka, yang pada gilirannya membuat pinjaman menjadi lebih mahal bagi nasabah. Hal ini dapat mengurangi permintaan kredit dari sektor rumah tangga maupun korporasi.
Di sisi lain, bank juga dapat memperoleh keuntungan dari peningkatan suku bunga karena mereka bisa menetapkan bunga deposito yang lebih tinggi untuk menarik dana dari masyarakat. Hal ini bisa meningkatkan likuiditas perbankan, tetapi dalam jangka panjang, pertumbuhan kredit yang melambat dapat menghambat ekspansi bisnis dan investasi.
3. Dampak terhadap Nilai Tukar Rupiah
Salah satu manfaat dari kenaikan suku bunga adalah memperkuat nilai tukar rupiah. Ketika suku bunga naik, investasi dalam aset berdenominasi rupiah menjadi lebih menarik bagi investor asing karena imbal hasil yang lebih tinggi. Hal ini dapat meningkatkan arus modal masuk ke Indonesia dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Namun, dampak ini tidak selalu bertahan lama, terutama jika faktor eksternal seperti ketidakpastian ekonomi global atau kebijakan moneter di negara lain juga mengalami perubahan. Sebagai contoh, jika Federal Reserve (bank sentral Amerika Serikat) juga menaikkan suku bunga, investor global mungkin lebih tertarik untuk menempatkan dana mereka di aset berbasis dolar AS yang dianggap lebih aman.
4. Pengaruh terhadap Dunia Usaha
Bagi dunia usaha, kenaikan suku bunga dapat menjadi tantangan besar, terutama bagi perusahaan yang bergantung pada pinjaman untuk ekspansi bisnis mereka. Biaya pinjaman yang lebih tinggi bisa mengurangi margin keuntungan dan memperlambat pertumbuhan usaha. Industri yang sangat bergantung pada pembiayaan, seperti properti dan manufaktur, biasanya menjadi yang paling terdampak.
Sebagai contoh, industri properti di Indonesia sering kali mengalami perlambatan ketika suku bunga naik. Masyarakat cenderung menunda pembelian rumah karena kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi lebih mahal. Akibatnya, penjualan properti menurun dan dapat berdampak pada sektor-sektor terkait seperti konstruksi dan bahan bangunan.
5. Dampak terhadap Konsumsi Masyarakat
Kenaikan suku bunga juga mempengaruhi konsumsi masyarakat. Dengan suku bunga yang lebih tinggi, cicilan pinjaman, termasuk kartu kredit dan kredit kendaraan bermotor, menjadi lebih mahal. Hal ini dapat mengurangi daya beli masyarakat dan berdampak pada sektor ritel serta konsumsi domestik secara keseluruhan.
Di sisi lain, bagi masyarakat yang memiliki tabungan, kenaikan suku bunga bisa menjadi keuntungan karena bunga deposito dan instrumen investasi berbasis bunga lainnya akan meningkat. Namun, hal ini tidak selalu mampu mengimbangi efek negatif dari berkurangnya konsumsi akibat kenaikan suku bunga kredit.
6. Dampak terhadap Investasi dan Pasar Modal
Pasar modal juga merasakan dampak dari kebijakan suku bunga bank sentral. Ketika suku bunga naik, investor cenderung mengalihkan investasinya dari aset berisiko seperti saham ke instrumen yang lebih aman seperti obligasi dan deposito. Akibatnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa mengalami tekanan karena likuiditas di pasar saham berkurang.
Selain itu, investor asing yang sebelumnya menanamkan modal di pasar saham Indonesia mungkin akan menarik dananya jika mereka menemukan instrumen yang lebih menarik di negara lain dengan risiko yang lebih rendah. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga sering kali diikuti dengan volatilitas yang tinggi di pasar modal.
Kesimpulan
Kenaikan suku bunga bank sentral memiliki dampak yang kompleks terhadap ekonomi Indonesia. Meskipun dapat membantu mengendalikan inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah, kebijakan ini juga berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi, mengurangi konsumsi masyarakat, serta menekan sektor bisnis dan investasi. Oleh karena itu, kebijakan suku bunga harus diterapkan dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan keseimbangan antara stabilitas ekonomi dan pertumbuhan jangka panjang.