Dampak Ketidakpastian Timur Tengah terhadap Pair Mayor di Forex

Ketidakpastian geopolitik yang berasal dari kawasan Timur Tengah telah lama menjadi salah satu pemicu utama volatilitas di pasar keuangan global. Kawasan ini tidak hanya kaya akan sumber daya energi, terutama minyak, tetapi juga memiliki sejarah konflik yang kompleks dan berlarut-larut. Ketika ketegangan meningkat, para investor global cenderung bereaksi cepat, memindahkan modal dari aset berisiko ke aset yang dianggap lebih aman. Hal ini berdampak besar terhadap pasar forex, khususnya pada pair mayor seperti EUR/USD, GBP/USD, USD/JPY, dan USD/CHF.
Pasar forex, sebagai pasar finansial paling likuid di dunia, sangat sensitif terhadap sentimen dan berita geopolitik. Ketika muncul ancaman konflik atau eskalasi ketegangan di Timur Tengah—seperti konflik antara Israel dan Palestina, perang di Suriah, atau potensi konfrontasi antara Iran dan negara-negara Barat—trader dan institusi keuangan biasanya langsung mencari perlindungan dengan mengalihkan portofolio mereka. Ini yang kemudian menyebabkan lonjakan permintaan pada mata uang safe haven seperti yen Jepang (JPY) dan franc Swiss (CHF), serta berdampak pada fluktuasi dolar AS (USD), yang memiliki peran ganda sebagai mata uang cadangan dunia dan aset safe haven.
Peran Timur Tengah dalam Stabilitas Ekonomi Global
Timur Tengah memainkan peran krusial dalam perekonomian global, terutama sebagai pemasok utama energi dunia. Negara-negara seperti Arab Saudi, Iran, Irak, dan Uni Emirat Arab adalah eksportir minyak mentah yang signifikan. Ketika ketegangan meningkat di kawasan ini, kekhawatiran terhadap gangguan pasokan minyak global menjadi hal yang lumrah, dan harga minyak pun melonjak. Harga energi yang tinggi dapat memperburuk inflasi di negara-negara maju, mendorong bank sentral untuk mengambil kebijakan moneter yang lebih agresif.
Sebagai contoh, ketika harga minyak melonjak akibat konflik di Selat Hormuz—jalur pengiriman minyak vital yang dilewati oleh seperlima minyak dunia—dampaknya langsung terasa pada penguatan USD terhadap mata uang negara pengimpor minyak seperti Jepang dan Uni Eropa. USD menjadi lebih menarik karena permintaan atas dolar untuk transaksi energi meningkat. Namun, di saat bersamaan, gejolak geopolitik membuat para investor global cenderung menghindari aset berisiko, mendorong permintaan terhadap JPY dan CHF.
Dampak terhadap Pair Mayor
USD/JPY
Yen Jepang secara historis dikenal sebagai mata uang safe haven. Dalam kondisi krisis global atau ketidakpastian geopolitik, permintaan terhadap JPY meningkat. Ketika ketegangan meningkat di Timur Tengah, para trader seringkali melakukan "flight to safety" dengan menjual USD dan membeli JPY. Akibatnya, pair USD/JPY cenderung melemah dalam jangka pendek.
Namun, dinamika ini bisa berubah tergantung pada bagaimana Bank of Japan (BoJ) dan Federal Reserve (The Fed) bereaksi terhadap kondisi global. Jika The Fed tetap hawkish sementara BoJ mempertahankan suku bunga negatif, USD/JPY bisa tetap kuat dalam jangka menengah-panjang, meskipun ketegangan geopolitik meningkat.
USD/CHF
Franc Swiss juga dipandang sebagai mata uang safe haven. Ketika gejolak meningkat, franc cenderung menguat terhadap dolar AS. Namun, Swiss National Bank (SNB) cukup aktif dalam menjaga nilai tukar franc agar tidak terlalu kuat, mengingat Swiss sangat bergantung pada ekspor. Intervensi SNB bisa meredam penguatan CHF berlebih, meskipun ketegangan Timur Tengah mendukung sentimen safe haven.
Pada saat krisis geopolitik, pergerakan USD/CHF sering kali mencerminkan dinamika permintaan safe haven versus intervensi bank sentral. Trader yang jeli harus memperhatikan tidak hanya berita dari Timur Tengah, tetapi juga kebijakan SNB dan The Fed secara bersamaan.
EUR/USD
Euro merupakan mata uang utama kedua di dunia setelah dolar AS. Ketidakpastian di Timur Tengah berdampak secara tidak langsung terhadap EUR/USD. Kenaikan harga minyak akibat ketegangan di kawasan tersebut bisa memperburuk inflasi di zona euro, terutama karena banyak negara Eropa adalah pengimpor energi. Jika ECB (European Central Bank) merespons dengan menaikkan suku bunga lebih lanjut, maka euro bisa menguat terhadap dolar.
Namun demikian, karena dolar AS sering kali diuntungkan dalam situasi ketidakpastian global sebagai cadangan devisa dunia, maka EUR/USD justru cenderung melemah saat eskalasi geopolitik terjadi, kecuali jika terdapat faktor fundamental lain yang memperkuat euro.
GBP/USD
Poundsterling juga terpengaruh oleh dinamika Timur Tengah, meskipun dampaknya tidak sekuat terhadap pair lain seperti USD/JPY atau USD/CHF. Inggris sebagai negara pengimpor energi rentan terhadap lonjakan harga minyak dan gas. Selain itu, ketidakpastian global bisa memperburuk sentimen risiko terhadap aset-aset berbasis pound.
GBP/USD bisa mengalami tekanan ketika investor global menghindari aset berisiko dan lebih memilih USD. Namun, keputusan kebijakan Bank of England (BoE), kondisi inflasi domestik, dan dinamika politik Inggris juga menjadi penentu utama arah pergerakan pair ini.
Faktor Tambahan yang Perlu Diperhatikan
Selain aspek geopolitik itu sendiri, trader forex juga harus memperhatikan:
-
Data Ekonomi Global
Ketegangan di Timur Tengah sering kali mengganggu kestabilan pasar energi. Hal ini berimbas pada laporan data ekonomi seperti CPI (Consumer Price Index), PPI (Producer Price Index), dan GDP dari negara-negara utama. Data-data ini kemudian berdampak terhadap ekspektasi pasar terhadap suku bunga.
-
Pernyataan Bank Sentral
Ketika ketegangan geopolitik memanas, para pembuat kebijakan moneter akan merespons untuk menjaga stabilitas ekonomi. Pernyataan hawkish atau dovish dari bank sentral seperti The Fed, ECB, BoJ, atau SNB bisa mengubah sentimen pasar secara drastis.
-
Volatilitas Pasar dan Likuiditas
Dalam kondisi krisis, volatilitas pasar meningkat dan likuiditas bisa menurun. Spread bid-ask bisa melebar, dan pergerakan harga menjadi lebih liar. Trader perlu menyesuaikan strategi dan money management agar tidak terjebak dalam fluktuasi pasar yang ekstrem.
Strategi Menghadapi Gejolak Geopolitik
Menghadapi ketidakpastian seperti yang terjadi di Timur Tengah, para trader forex harus mempersiapkan diri dengan strategi yang matang:
-
Gunakan analisa multi-timeframe untuk melihat gambaran jangka panjang dan jangka pendek.
-
Pahami korelasi antar pair, terutama yang berkaitan dengan komoditas energi.
-
Manfaatkan stop loss dan take profit secara disiplin untuk mengelola risiko.
-
Ikuti berita dan kalender ekonomi secara rutin agar tidak tertinggal informasi penting yang bisa memicu lonjakan volatilitas.
Ketidakpastian Timur Tengah akan selalu menjadi bagian dari lanskap geopolitik global yang mempengaruhi forex. Dengan pemahaman yang tepat dan kesiapan strategi, trader dapat menjadikan volatilitas ini sebagai peluang, bukan ancaman.
Jika Anda serius ingin memahami bagaimana ketegangan geopolitik seperti konflik Timur Tengah mempengaruhi pasar forex, maka Anda membutuhkan bimbingan dari mentor yang berpengalaman. Di Didimax, Anda bisa belajar langsung dari para trader profesional yang akan membimbing Anda dari dasar hingga mampu membaca kondisi market secara global.
Bergabunglah bersama ribuan trader lainnya yang telah sukses melalui program edukasi gratis dari www.didimax.co.id. Dapatkan akses ke kelas trading harian, webinar, serta analisa pasar terbaru untuk membantu Anda membuat keputusan trading yang cerdas di tengah dinamika pasar yang tak menentu.