
Industri hiburan global sedang berada dalam fase transisi besar-besaran, dan The Walt Disney Company menjadi salah satu pemain utama yang tengah berjuang menyesuaikan diri dengan dinamika baru ini. Di tengah meningkatnya persaingan dalam industri layanan streaming, Disney baru-baru ini mengumumkan langkah-langkah besar untuk merestrukturisasi organisasinya. Tujuan utama dari restrukturisasi ini adalah untuk memperkuat daya saing perusahaan, terutama di sektor streaming yang kini menjadi ujung tombak konsumsi media di seluruh dunia.
Meningkatnya Persaingan di Dunia Streaming
Dalam beberapa tahun terakhir, platform streaming seperti Netflix, Amazon Prime Video, dan pendatang baru seperti Apple TV+ dan Max dari Warner Bros. Discovery telah menjadi kekuatan dominan dalam dunia hiburan. Disney, melalui platform Disney+, Hulu, dan ESPN+, telah mencoba mengambil bagian dari pasar ini dengan berbagai strategi konten dan akuisisi.
Namun, persaingan semakin ketat. Netflix tetap menjadi pemimpin pasar dengan lebih dari 250 juta pelanggan global, sementara Disney+ yang diluncurkan pada akhir 2019 telah berhasil menarik lebih dari 150 juta pelanggan dalam waktu singkat, namun mengalami perlambatan pertumbuhan dalam beberapa kuartal terakhir. Di sisi lain, biaya operasional yang terus meningkat dan tekanan investor untuk menunjukkan profitabilitas jangka panjang mendorong Disney untuk mengambil langkah strategis.
Strategi Restrukturisasi Disney
Bob Iger, CEO Disney yang kembali menjabat setelah kepergian Bob Chapek, memimpin langsung inisiatif restrukturisasi ini. Dalam pernyataan resmi, Iger menjelaskan bahwa restrukturisasi ini akan mengembalikan fokus Disney ke kekuatan kreatif dan memungkinkan unit bisnis untuk memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam pengambilan keputusan.
Beberapa poin utama dari restrukturisasi ini meliputi:
-
Penggabungan dan Pemangkasan Divisi
Disney menggabungkan beberapa unit bisnis dan mengurangi jumlah pimpinan senior. Tiga pilar utama dalam struktur baru adalah Disney Entertainment (mengelola konten film, televisi, dan streaming), ESPN (fokus pada konten olahraga), dan Disney Parks, Experiences and Products. Ini diharapkan dapat menyederhanakan alur kerja dan meningkatkan efisiensi.
-
Pemangkasan Tenaga Kerja
Sebagai bagian dari efisiensi biaya, Disney mengumumkan pemutusan hubungan kerja terhadap sekitar 7.000 karyawan, atau sekitar 3% dari total tenaga kerja global. Langkah ini mendapat reaksi beragam dari analis dan publik, namun dianggap perlu untuk mencapai penghematan biaya operasional sekitar $5,5 miliar.
-
Fokus pada Profitabilitas Streaming
Salah satu fokus utama adalah bagaimana membuat unit streaming menjadi bisnis yang menguntungkan. Disney+ telah mengalami pertumbuhan pesat dalam jumlah pelanggan, namun kerugian operasional dari segmen ini mencapai lebih dari $1 miliar dalam beberapa kuartal terakhir. Disney berencana mengurangi ketergantungan pada konten orisinal yang mahal dan mengevaluasi kembali strategi harga dan bundling dengan Hulu dan ESPN+.
-
Reorientasi Strategi Konten
Salah satu kritik terhadap Disney adalah terlalu banyak memproduksi konten berbasis franchise besar seperti Marvel dan Star Wars, yang justru mulai menunjukkan kejenuhan di pasar. Restrukturisasi ini juga membuka jalan bagi diversifikasi portofolio konten agar bisa menarik lebih banyak segmen audiens.
Tantangan Internal dan Eksternal
Meskipun restrukturisasi ini menjanjikan efisiensi dan arah baru, Disney tetap menghadapi sejumlah tantangan besar. Salah satunya adalah tekanan politik, khususnya di negara bagian Florida, tempat Disney memiliki taman bermain utama, Walt Disney World. Konflik dengan pemerintah negara bagian yang dipimpin oleh Gubernur Ron DeSantis menambah ketidakpastian dalam urusan regulasi dan perpajakan.
Di sisi lain, perubahan perilaku konsumen juga menjadi tantangan utama. Konsumen kini lebih selektif terhadap langganan streaming yang mereka pilih, terutama di tengah kondisi ekonomi global yang menekan daya beli. Model bisnis berbasis iklan (AVOD) mulai menjadi alternatif bagi layanan streaming berbayar (SVOD), dan Disney sedang menjajaki hal ini dengan versi Disney+ yang lebih murah namun disisipi iklan.
Disney dan Masa Depan Layanan Streaming
Meski menghadapi banyak tantangan, Disney tidak kehilangan pijakan dalam industri hiburan global. Merek-merek ikonik yang dimiliki perusahaan ini, seperti Marvel, Pixar, Lucasfilm, dan National Geographic, tetap menjadi aset besar. Namun, keberhasilan jangka panjang akan sangat tergantung pada seberapa cepat dan efektif Disney bisa beradaptasi dengan realitas baru.
Dalam laporan keuangan terakhir, Disney menunjukkan perbaikan kecil dalam margin keuntungan dari segmen streaming, namun jalan menuju profitabilitas masih panjang. Investor kini tidak hanya menuntut pertumbuhan pengguna, tapi juga keberlanjutan dan monetisasi yang sehat.
Beberapa langkah strategis lain yang sedang dijajaki meliputi kemungkinan akuisisi penuh atas Hulu — yang saat ini masih sebagian dimiliki oleh Comcast — serta memperluas pasar internasional, terutama di Asia dan Amerika Latin, di mana pertumbuhan pelanggan streaming masih potensial.
Restrukturisasi Bukan Akhir, Tapi Awal Baru
Langkah restrukturisasi ini bukan sekadar pemangkasan biaya atau perombakan struktur, tapi mencerminkan perubahan mendalam dalam cara Disney beroperasi. Dalam jangka pendek, mungkin ada gangguan, baik secara internal maupun eksternal. Namun, dalam jangka panjang, restrukturisasi ini diharapkan memberikan Disney pijakan yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan industri streaming yang terus berubah.
Bob Iger sendiri menyatakan bahwa fokus utama adalah memberdayakan para kreator dan mengembalikan kepercayaan kepada tim kreatif untuk membuat konten yang orisinal, inovatif, dan relevan. “Kami percaya bahwa cerita yang bagus akan selalu menemukan audiensnya. Dan tugas kami adalah menciptakan ekosistem yang memungkinkan cerita-cerita itu berkembang,” ujarnya.
Dalam konteks ini, Disney ingin menunjukkan bahwa meskipun mereka adalah raksasa global, mereka tidak kebal terhadap perubahan. Justru karena itulah, restrukturisasi menjadi bentuk komitmen untuk tetap relevan, adaptif, dan mendengarkan kebutuhan pasar.
Dalam dunia yang berubah dengan cepat seperti industri hiburan dan teknologi, kemampuan untuk beradaptasi dan memahami dinamika pasar sangatlah krusial. Begitu pula dalam dunia trading dan investasi. Anda yang ingin mengambil langkah strategis untuk masa depan keuangan Anda, sudah saatnya membekali diri dengan pemahaman yang mendalam dan keterampilan yang tepat.
Bergabunglah dalam program edukasi trading di www.didimax.co.id — tempat di mana Anda bisa belajar langsung dari para mentor berpengalaman, memahami pergerakan pasar, dan membangun strategi trading yang efektif. Jangan lewatkan kesempatan untuk meningkatkan literasi finansial Anda dan meraih potensi keuntungan dari pasar yang terus berkembang.