
Dolar AS Diperdagangkan seperti Aset Berisiko? Ini Peringatan Goldman Sachs
Dalam lanskap keuangan global yang semakin kompleks, peran dolar Amerika Serikat (USD) sebagai mata uang cadangan dunia telah menjadi topik utama diskusi para ekonom dan analis keuangan. Namun, laporan terbaru dari Goldman Sachs mengejutkan banyak pihak dengan mengemukakan bahwa dolar AS kini diperdagangkan seperti aset berisiko—sebuah pergeseran besar dari peran tradisionalnya sebagai "safe haven" atau tempat berlindung aman bagi investor saat gejolak pasar melanda.
Goldman Sachs memperingatkan bahwa dinamika pasar saat ini menunjukkan kecenderungan yang tidak biasa: dolar kehilangan karakteristiknya sebagai mata uang defensif dan justru mulai menunjukkan perilaku yang serupa dengan aset berisiko seperti saham atau mata uang pasar berkembang. Hal ini menjadi perhatian besar bagi investor global, termasuk para trader forex yang selama ini mengandalkan kekuatan dan kestabilan dolar dalam strategi mereka.
Dolar AS: Dulu Safe Haven, Kini Berisiko?
Secara historis, dolar AS dikenal sebagai tempat berlindung saat terjadi ketidakpastian pasar. Ketika terjadi krisis global—mulai dari krisis keuangan 2008, pandemi COVID-19, hingga konflik geopolitik—dolar selalu mengalami penguatan karena permintaan tinggi dari investor yang mencari keamanan. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa respons pasar terhadap risiko kini berubah. Dalam beberapa bulan terakhir, dolar justru melemah di tengah ketegangan geopolitik dan kekhawatiran resesi global.
Menurut analisis Goldman Sachs, pola pergerakan dolar tidak lagi berkorelasi negatif dengan aset berisiko seperti indeks saham. Sebaliknya, dolar kini ikut melemah ketika pasar saham jatuh, sesuatu yang dulunya hampir tidak pernah terjadi. Hal ini menandakan bahwa dolar kini lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor spekulatif dan pergeseran sentimen pasar daripada oleh fundamental ekonomi makro.
Penyebab Perubahan Perilaku Dolar
Beberapa faktor utama diyakini menjadi penyebab perubahan karakteristik dolar di pasar global:
-
Kebijakan Suku Bunga The Fed
The Federal Reserve (bank sentral AS) memainkan peran besar dalam menentukan arah dolar. Kenaikan suku bunga yang agresif dalam dua tahun terakhir untuk meredam inflasi telah memberikan dorongan awal bagi dolar. Namun, saat ekspektasi pasar mulai bergeser ke arah pelonggaran kebijakan moneter, dolar kehilangan daya tariknya. Ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada akhir tahun membuat investor keluar dari dolar dan beralih ke aset yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.
-
Defisit Anggaran dan Utang Pemerintah AS
AS saat ini menghadapi defisit anggaran yang membengkak dan tingkat utang nasional yang tinggi. Situasi fiskal ini menjadi kekhawatiran investor dan menimbulkan pertanyaan besar tentang kredibilitas jangka panjang dolar. Dengan pemerintah AS terus meningkatkan belanja dan menghadapi hambatan politik untuk penghematan, investor mulai mempertanyakan apakah dolar masih seaman yang dulu.
-
Meningkatnya Daya Tarik Mata Uang Lain
Kenaikan suku bunga oleh bank sentral di negara-negara lain, seperti ECB (Bank Sentral Eropa) dan BOE (Bank Sentral Inggris), membuat mata uang seperti euro dan pound menjadi alternatif yang menarik. Selain itu, stabilitas ekonomi di beberapa negara Asia dan peningkatan ketegangan geopolitik mendorong diversifikasi portofolio ke mata uang lain, melemahkan dominasi dolar di pasar global.
-
Tren De-Dollarisasi
Banyak negara berkembang, termasuk Tiongkok dan Rusia, mempercepat langkah-langkah de-dolarisasi dalam perdagangan internasional. Negara-negara ini semakin sering menggunakan mata uang lokal dalam transaksi bilateral. Tren ini, meski perlahan, mengikis posisi dolar sebagai mata uang cadangan utama dunia.
Dampaknya terhadap Trader Forex
Bagi para trader forex, perubahan ini merupakan sinyal penting bahwa pasar sedang bertransformasi. Jika sebelumnya dolar dianggap sebagai tempat aman, maka kini diperlukan pendekatan baru dalam menyusun strategi trading. Ketergantungan pada USD sebagai indikator arah pasar bisa menyesatkan jika trader tidak menyadari bahwa dolar kini mulai bertindak lebih seperti euro atau yen dalam situasi pasar risk-on (berisiko tinggi).
Trader yang cerdas harus mulai mempertimbangkan faktor-faktor teknikal dan fundamental baru saat menganalisis pasangan mata uang yang melibatkan dolar. Volatilitas yang meningkat, ketidakpastian kebijakan The Fed, dan tekanan geopolitik bisa menjadi peluang maupun risiko tergantung pada pendekatan trading yang digunakan.
Peringatan Goldman Sachs: Waspadai Ilusi Ketahanan Dolar
Dalam laporannya, Goldman Sachs tidak hanya memaparkan gejala perubahan perilaku dolar, tetapi juga memberikan peringatan bahwa investor sebaiknya tidak lagi menganggap dolar sebagai mata uang defensif tanpa mempertimbangkan konteks makroekonomi yang sedang terjadi. Menurut mereka, pasar masih belum sepenuhnya menyadari bahwa likuiditas dolar bisa mengering dengan cepat saat terjadi guncangan global, terutama bila pasar mulai kehilangan kepercayaan terhadap kebijakan fiskal dan moneter AS.
Perubahan narasi ini penting karena jika trader masih berasumsi bahwa dolar akan menguat saat terjadi krisis, maka strategi yang diterapkan bisa justru menjadi bumerang. Oleh karena itu, Goldman Sachs menyarankan agar para pelaku pasar mulai menyesuaikan portofolio mereka dan berhati-hati terhadap ekspektasi yang tidak realistis terhadap kekuatan dolar.
Arah Selanjutnya: Apa yang Harus Dilakukan Trader?
Menghadapi realitas baru ini, ada beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan oleh trader forex untuk tetap bisa meraih peluang, bahkan di tengah ketidakpastian:
-
Diversifikasi Eksposur Mata Uang: Jangan hanya fokus pada pasangan USD. Coba eksplorasi pasangan seperti EUR/JPY, GBP/CHF, atau AUD/NZD yang bisa menawarkan peluang menarik di tengah fluktuasi dolar.
-
Gunakan Indikator Sentimen dan Korelasi: Pantau hubungan antara indeks saham, obligasi AS, dan pergerakan dolar untuk mengidentifikasi pola baru dalam respons pasar.
-
Update Rutin dengan Kalender Ekonomi: Perhatikan rilis data penting seperti CPI, NFP, dan keputusan FOMC yang dapat memicu perubahan signifikan pada dolar.
-
Manajemen Risiko Ketat: Dalam situasi penuh ketidakpastian, penting untuk menjaga ukuran lot, stop loss, dan take profit dengan lebih disiplin.
Dunia forex berubah cepat, dan hanya trader yang adaptif yang akan bertahan dan berkembang. Jangan hanya terpaku pada strategi lama, karena pasar kini menuntut pemahaman lebih dalam dan analisis yang lebih cerdas terhadap dinamika makro.
Jika Anda ingin belajar bagaimana membaca dinamika pasar terbaru, memahami perubahan perilaku dolar, serta menerapkan strategi trading yang sesuai dengan kondisi saat ini, maka Anda bisa mengikuti program edukasi gratis dari Didimax. Didimax menyediakan pembelajaran langsung bersama mentor berpengalaman, yang akan membimbing Anda dari dasar hingga mahir dalam membaca arah pasar, khususnya di tengah perubahan besar seperti yang terjadi pada dolar saat ini.
Jangan sampai ketinggalan peluang hanya karena tidak memahami arah baru pasar. Yuk, tingkatkan kemampuan trading Anda sekarang juga bersama Didimax. Kunjungi www.didimax.co.id dan bergabung dengan ribuan trader lain yang sudah lebih dulu sukses berkat edukasi berkualitas dan bimbingan profesional.