Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Dolar AS vs Mata Uang Komoditas: Siapa yang Kuat di Tengah Konflik Iran-Israel?

Dolar AS vs Mata Uang Komoditas: Siapa yang Kuat di Tengah Konflik Iran-Israel?

by Iqbal

Dolar AS vs Mata Uang Komoditas: Siapa yang Kuat di Tengah Konflik Iran-Israel?

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya antara Iran dan Israel, kembali menciptakan gelombang ketidakpastian di pasar global. Dalam situasi semacam ini, pasar keuangan cenderung beralih ke aset-aset yang dianggap lebih aman atau memiliki nilai lindung yang kuat terhadap volatilitas. Salah satu pertarungan menarik yang terjadi di pasar forex adalah antara Dolar Amerika Serikat (USD) dan mata uang komoditas seperti Dolar Australia (AUD), Dolar Kanada (CAD), dan Dolar Selandia Baru (NZD). Pertanyaannya kini, siapa yang lebih kuat di tengah situasi geopolitik yang memanas?

Konflik Iran-Israel: Dampak Sistemik terhadap Sentimen Risiko

Konflik antara Iran dan Israel bukan sekadar ketegangan bilateral. Mengingat peran strategis kedua negara di kawasan yang kaya akan minyak dan gas, ketegangan ini berdampak luas pada harga energi global, jalur pasokan, dan stabilitas ekonomi global. Iran sebagai salah satu negara produsen minyak utama di dunia memiliki pengaruh langsung terhadap suplai global. Setiap gangguan dari Iran atau ancaman terhadap Selat Hormuz—jalur penting perdagangan minyak dunia—secara otomatis memicu lonjakan harga minyak.

Situasi ini memicu dua reaksi utama di pasar: pertama, lonjakan harga komoditas seperti minyak dan gas, yang biasanya menguntungkan mata uang komoditas; dan kedua, peningkatan permintaan terhadap safe haven seperti Dolar AS, emas, dan obligasi pemerintah AS. Dengan kata lain, pasar menghadapi dilema antara potensi keuntungan dari reli komoditas dan kebutuhan akan stabilitas finansial.

Dolar AS: Kembali Jadi Raja Safe Haven?

Dolar AS telah lama dikenal sebagai mata uang utama dunia dalam situasi krisis. Statusnya sebagai cadangan devisa global dan hubungan eratnya dengan sistem keuangan internasional menjadikan USD pilihan utama dalam waktu gejolak. Sejak pecahnya ketegangan antara Iran dan Israel, Dolar menunjukkan penguatan konsisten terhadap hampir semua mata uang utama.

Investor global kembali memborong obligasi pemerintah AS, mendorong permintaan Dolar naik. Ditambah lagi, ekspektasi bahwa The Federal Reserve mungkin akan tetap hawkish karena tekanan inflasi akibat kenaikan harga energi membuat yield Treasury tetap menarik. Ini adalah kombinasi yang sempurna bagi penguatan USD, bahkan ketika indeks-indeks saham global terguncang.

Namun, penguatan Dolar tidak tanpa risiko. Jika konflik terus membesar dan ekonomi global melambat secara signifikan, permintaan ekspor AS bisa terpukul. Selain itu, ketegangan politik internal di Washington, utang pemerintah yang terus membengkak, dan defisit anggaran tetap menjadi faktor penyeimbang kekuatan Dolar.

Mata Uang Komoditas: Potensi yang Tidak Boleh Diremehkan

Sementara Dolar AS mendominasi sebagai safe haven, mata uang komoditas juga menunjukkan kekuatannya, terutama karena tingginya harga komoditas yang terkait langsung dengan konflik Iran-Israel. Dolar Kanada (CAD), misalnya, mendapat dukungan dari reli harga minyak mentah, mengingat Kanada merupakan salah satu eksportir minyak terbesar dunia. Begitu juga dengan Dolar Australia (AUD) dan Dolar Selandia Baru (NZD), yang mendapat dorongan dari harga logam dan hasil bumi lainnya.

Namun demikian, kekuatan mata uang komoditas sangat bergantung pada permintaan global dan arah kebijakan moneter domestik. Jika bank sentral negara-negara ini tetap dovish karena kekhawatiran pertumbuhan, sementara The Fed tetap agresif, maka selisih suku bunga dapat menekan nilai mata uang komoditas. Selain itu, ketergantungan terhadap China sebagai mitra dagang utama juga membuat AUD dan NZD rentan jika ekonomi Negeri Tirai Bambu melambat akibat ketidakpastian global.

Perbandingan Kinerja: Data yang Bicara

Jika melihat data kinerja mata uang sejak awal konflik meletus, Dolar AS menunjukkan penguatan rata-rata 2–3% terhadap mata uang utama. Sementara itu, CAD tetap cukup stabil terhadap USD karena kenaikan harga minyak, meskipun masih di bawah tekanan akibat suku bunga Bank of Canada yang stagnan. AUD dan NZD menunjukkan volatilitas lebih tinggi, naik turun tergantung sentimen pasar harian dan laporan data ekonomi dari Asia-Pasifik.

Pasar memperlihatkan bahwa meski mata uang komoditas mendapat keuntungan dari harga ekspor yang naik, kekuatan itu bersifat selektif dan cenderung jangka pendek, tergantung bagaimana pasar memandang risiko makroekonomi global. Sebaliknya, Dolar AS terus diburu dalam kondisi apa pun yang melibatkan eskalasi ketegangan geopolitik.

Perspektif Jangka Pendek vs Jangka Panjang

Dalam jangka pendek, penguatan USD cenderung lebih solid karena investor lebih memilih keamanan dan likuiditas tinggi. Permintaan untuk Dolar sebagai aset likuid, instrumen perdagangan global, dan safe haven belum tergantikan. Dalam konteks konflik Iran-Israel, selama ketidakpastian masih tinggi, Dolar akan tetap diuntungkan.

Namun dalam jangka menengah hingga panjang, jika konflik mendorong harga komoditas tetap tinggi dan permintaan dari negara-negara berkembang tetap terjaga, maka mata uang komoditas memiliki peluang menguat secara bertahap, terutama jika bank sentral masing-masing menunjukkan respons yang tepat melalui kebijakan moneternya.

Siapa yang Lebih Kuat?

Menjawab pertanyaan “siapa yang lebih kuat” antara Dolar AS dan mata uang komoditas memang tidak sesederhana membandingkan nilai tukar secara kasat mata. Kekuatan Dolar bersifat struktural dan didukung oleh posisi uniknya dalam sistem keuangan global. Namun, mata uang komoditas memiliki daya tahan sendiri ketika harga ekspor mereka meningkat dan neraca perdagangan mereka membaik.

Untuk saat ini, dengan mempertimbangkan eskalasi konflik yang masih berlangsung dan respons pasar terhadap risiko geopolitik, Dolar AS berada di posisi lebih unggul. Namun bukan berarti mata uang komoditas sepenuhnya terpinggirkan—justru ini menjadi peluang bagi trader untuk memanfaatkan volatilitas pasar dengan strategi yang cermat dan disiplin.


Di tengah dinamika global seperti konflik Iran-Israel, penting bagi para trader dan investor untuk tidak hanya mengikuti tren tetapi memahami faktor fundamental yang menggerakkan pasar. Untuk itu, Anda bisa memperkuat pemahaman Anda tentang analisis teknikal, fundamental, dan strategi manajemen risiko bersama para mentor berpengalaman di www.didimax.co.id. Program edukasi ini dirancang bagi pemula maupun profesional yang ingin memperdalam wawasan serta mengasah kemampuan trading mereka di pasar forex yang dinamis.

Jangan biarkan ketidakpastian global menjadi penghalang untuk mencapai tujuan finansial Anda. Segera bergabung dalam program edukasi trading dari Didimax dan nikmati pembelajaran interaktif yang disesuaikan dengan kondisi pasar terkini. Manfaatkan kesempatan ini untuk menjadi trader yang cerdas, analitis, dan siap menghadapi tantangan pasar global.