Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Dovish vs Hawkish: Trump Pilih Mana untuk Masa Depan The Fed?

Dovish vs Hawkish: Trump Pilih Mana untuk Masa Depan The Fed?

by rizki

Dovish vs Hawkish: Trump Pilih Mana untuk Masa Depan The Fed?

Dalam dunia keuangan global, sedikit isu yang mampu mengguncang pasar seperti arah kebijakan moneter Amerika Serikat. The Federal Reserve, sebagai bank sentral paling berpengaruh di dunia, menjadi pusat perhatian setiap kali dinamika politik di Washington berubah. Sejak Donald Trump kembali menegaskan pengaruhnya dalam penentuan kebijakan ekonomi AS, perdebatan kembali memanas: apakah Trump akan memilih pendekatan dovish atau hawkish untuk masa depan The Fed?

Pertanyaan ini bukan sekadar akademik. Pilihan ini bisa menggerakkan triliunan dolar, mengubah arah arus modal internasional, memengaruhi kekuatan dolar AS, dan bahkan menentukan stabilitas ekonomi negara-negara berkembang. Pergerakan indeks saham, yield obligasi, harga emas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar pun berpotensi terdampak secara langsung.

Artikel ini akan membahas secara panjang lebar apa yang dimaksud dengan dovish dan hawkish, bagaimana sejarah Trump berhubungan dengan The Fed, sinyal politik yang mulai terlihat, dan apa yang kemungkinan besar akan terjadi terhadap kebijakan moneter AS dalam waktu dekat.


Memahami Istilah Dovish dan Hawkish dalam Kebijakan Moneter

Sebelum melihat pilihan Trump, kita perlu memahami istilah yang sering digunakan dalam wacana moneter:

Dovish

Kebijakan dovish menekankan:

  • Suku bunga rendah

  • Dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi

  • Pelonggaran likuiditas

  • Pengurangan biaya pinjaman

Pendekatan ini biasanya diambil ketika ekonomi melambat, tingkat pengangguran tinggi, atau inflasi berada dalam batas terkendali. Investor umumnya melihat dovish sebagai katalis yang melemahkan dolar AS tetapi mengangkat pasar saham dan komoditas seperti emas.

Hawkish

Sebaliknya, kebijakan hawkish menekankan:

  • Suku bunga lebih tinggi

  • Kontrol ketat terhadap inflasi

  • Pengetatan likuiditas

  • Penekanan pada stabilitas ekonomi jangka panjang

Pendekatan hawkish sering memperkuat dolar AS, menekan pasar saham, tetapi menjaga kredibilitas kebijakan moneter.

Kedua pendekatan ini mewakili dua kutub yang selalu berhadapan: mendukung pertumbuhan versus menjaga inflasi tetap rendah.


Jejak Trump: Tegangan dengan The Fed Bukan Hal Baru

Donald Trump memiliki sejarah panjang dalam mengkritik The Fed, terutama ketika ia merasa kebijakan mereka menghambat pertumbuhan ekonomi atau melemahkan posisinya sebagai Presiden.

1. Kritik terhadap Jerome Powell

Walaupun Trump sendiri yang mengangkat Jerome Powell sebagai Ketua The Fed, tidak butuh waktu lama sampai Trump menunjukkan ketidakpuasannya. Trump berulang kali menuduh Powell “tidak tahu apa yang dia lakukan” karena menaikkan suku bunga terlalu cepat.

Baginya, suku bunga tinggi:

  • Menghambat investasi

  • Melemahkan ekonomi domestik

  • Mengganggu upaya memperkuat pasar tenaga kerja

Trump bahkan pernah menyatakan bahwa Powell “lebih buruk dari China” dalam hal kebijakan ekonomi—sebuah kritik tajam yang sangat jarang disampaikan seorang presiden kepada bank sentralnya.

2. Keinginan terhadap Suku Bunga Rendah

Trump sering menyebut bahwa AS seharusnya mengikuti jejak Eropa dengan kebijakan suku bunga mendekati nol. Alasannya jelas: ia ingin dolar lebih lemah untuk mendorong ekspor, sekaligus memastikan pertumbuhan ekonomi tetap agresif.

3. Keinginan Mengintervensi Kebijakan Moneter

Salah satu karakteristik Trump adalah kecenderungannya untuk mendobrak aturan yang dianggap “tradisional”. Trump beberapa kali menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap independensi The Fed dan mencoba memengaruhi keputusan mereka.

Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa jika ia kembali punya kekuasaan besar terhadap Fed, maka kebijakan moneter akan lebih politis ketimbang teknokratis.


Trump dan Dovish: Kecenderungan yang Mulai Kembali Terlihat

Melihat rekam jejak tersebut, kecenderungan Trump untuk memilih figur yang dovish sebenarnya bukan kejutan. Ada beberapa alasan mengapa Trump tampak lebih condong pada kebijakan dovish:

1. Fokus Trump pada Pertumbuhan Ekonomi

Trump selalu mengkampanyekan:

  • Peningkatan lapangan kerja

  • Saham naik terus

  • Pertumbuhan GDP tinggi

Kebijakan suku bunga rendah sesuai dengan narasi ekonomi yang sering ia bangun: ekonomi yang tumbuh cepat, pasar saham yang bullish, dan konsumen yang aktif.

2. Strategi Melemahkan Dolar

Dolar yang terlalu kuat menjadi masalah, terutama bagi industri manufaktur AS yang ingin Trump pulihkan. Dolar yang lebih lemah membantu ekspor AS menjadi lebih kompetitif.

Kebijakan dovish, sesuai pengalaman historis, sering kali melemahkan dolar.

3. Kepentingan Politik

Suku bunga rendah memberikan “rasa nyaman” ekonomi bagi masyarakat. Konsumen merasa lebih mudah mendapatkan kredit, pasar saham naik, dan kondisi ini memperkuat citra kepemimpinan ekonomi Trump.

4. Kritik Trump terhadap Kenaikan Suku Bunga

Keseluruhan retorikanya selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa ia tidak menyukai kebijakan moneter ketat. Dalam beberapa kesempatan, ia bahkan mengatakan bahwa The Fed “harus memangkas suku bunga secepat mungkin”.


Tetapi, Apakah Trump Bisa Jadi Hawkish?

Meski kecenderungan dovish terlihat kuat, ada beberapa alasan mengapa Trump bisa saja mempertimbangkan opsi hawkish:

1. Inflasi yang Kembali Menjadi Sorotan

Jika inflasi kembali naik, Presiden mana pun—termasuk Trump—tidak bisa mengabaikan tekanan masyarakat. Ia mungkin mendukung kebijakan hawkish sebagai respons.

2. Stabilitas Dolar AS

Beberapa pihak dalam lingkaran ekonomi konservatif menyukai dolar kuat sebagai simbol kekuatan ekonomi AS. Jika kelompok ini mendominasi tim ekonomi Trump, pilihan hawkish bisa masuk agenda.

3. Masuknya Figur-figur Ekonomi Baru

Jika Trump memilih penasihat ekonomi yang lebih memprioritaskan stabilitas, bukan pertumbuhan agresif, pendekatan hawkish bisa diadopsi secara parsial.

Namun, secara umum, peluang ini tetap lebih rendah dibanding kecenderungan dovish yang selama ini konsisten ia tunjukkan.


Pengaruh Terhadap Pasar: Apa yang Akan Terjadi Jika Trump Pilih Dovish?

Jika Trump memilih figur dovish dan menekan The Fed untuk melunakkan kebijakan moneter, beberapa dampak pasar yang mungkin terjadi meliputi:

1. Dolar AS Melemah

Dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga, dolar berpotensi melemah karena imbal hasil menjadi lebih rendah.

2. Emas Menguat

Harga emas cenderung naik ketika likuiditas meningkat dan dolar melemah.

3. Pasar Saham AS Melonjak

Suku bunga rendah memberikan oksigen bagi perusahaan untuk berkembang, meningkatkan valuasi mereka.

4. Yield Obligasi Turun

Ekspektasi penurunan suku bunga membuat imbal hasil obligasi otomatis turun.

5. Dampak ke Emerging Markets

Negara berkembang seperti Indonesia bisa mendapat aliran modal masuk, menguatkan nilai tukar dan menurunkan tekanan likuiditas domestik.


Jika Trump Pilih Hawkish: Skenario yang Lebih Kecil tetapi Tetap Mungkin

Sebaliknya, jika Trump justru memilih jalur hawkish, maka:

1. Dolar AS Menguat Tajam

Investor kembali memburu dolar sebagai aset aman.

2. Saham dan Komoditas Tertekan

Pasar saham global kemungkinan terkoreksi, sedang emas cenderung melemah.

3. Emerging Markets Mengalami Outflow

Dampaknya bisa berupa melemahnya mata uang negara berkembang—termasuk rupiah.

4. Beban Kredit Domestik AS Meningkat

Perusahaan dan konsumen akan menghadapi biaya pinjaman lebih tinggi, menghambat pertumbuhan jangka pendek.


Jadi, Trump Pilih Dovish atau Hawkish?

Melihat:

  • rekam jejak politiknya,

  • visi ekonominya yang pro-petumbuhan,

  • retorika publik selama ini,

  • dan sinyal yang mulai terlihat dari tim ekonominya,

maka kecenderungan terbesar adalah Trump akan memilih jalur dovish, terutama untuk dua tahun pertama masa kebijakannya.

Namun, jika inflasi kembali meradang, Trump bisa saja membalikkan arah, tetapi peluang ini tetap lebih kecil.

Pasar saat ini cenderung bertaruh bahwa Trump ingin The Fed yang lebih “lunak”, lebih mudah ditekan, dan lebih responsif terhadap keinginannya: pertumbuhan ekonomi yang cepat dan dolar yang tidak terlalu kuat.


Pada akhirnya, siapapun yang akan memimpin The Fed di era Trump, satu hal pasti: pasar akan terus gelisah hingga keputusan itu resmi diumumkan. Dalam ketidakpastian seperti ini, pemahaman fundamental dan kemampuan membaca arah pasar menjadi sangat penting bagi para trader.


Di tengah dinamika kebijakan moneter AS dan ketidakpastian arah pasar global, kini adalah momen terbaik bagi Anda untuk meningkatkan pemahaman trading secara profesional. Pelajari strategi menghadapi volatilitas, manajemen risiko, dan cara membaca perubahan sentimen pasar melalui program edukasi trading dari Didimax. Dengan materi yang terstruktur, mentor berpengalaman, dan pembelajaran yang aplikatif, Anda bisa mempersiapkan diri menghadapi perubahan besar dalam kebijakan The Fed.

Jangan biarkan perubahan pasar membuat Anda kebingungan. Dapatkan wawasan terbaru, analisis harian, serta pendampingan trading secara langsung hanya di www.didimax.co.id. Mulai perjalanan trading Anda dengan pengetahuan yang tepat, dan jadilah trader yang mampu memanfaatkan peluang dari setiap dinamika ekonomi global.