Efek News NFP Terhadap Spread dan Slippage

Dalam dunia trading forex, laporan Non-Farm Payrolls (NFP) Amerika Serikat merupakan salah satu rilis berita ekonomi yang paling ditunggu-tunggu setiap bulan. Data NFP, yang biasanya diumumkan pada hari Jumat pertama setiap bulan, mencerminkan perubahan jumlah tenaga kerja di luar sektor pertanian. Karena NFP sering dianggap indikator penting kesehatan ekonomi AS, banyak trader dan institusi keuangan global yang menaruh perhatian besar pada hasil rilisnya. Namun, di balik peluang profit yang ditawarkan volatilitas tinggi saat NFP, ada risiko besar yang sering diabaikan trader, yaitu pelebaran spread dan terjadinya slippage ekstrem.
Spread, selisih antara harga bid dan ask, adalah biaya transaksi yang harus dibayar trader setiap kali membuka posisi. Dalam kondisi pasar normal, spread pada pair mayor seperti EUR/USD atau GBP/USD biasanya stabil dan relatif kecil. Namun, saat rilis NFP, lonjakan volume transaksi, ketidakpastian arah pasar, dan kecepatan pergerakan harga sering memicu likuiditas pasar menjadi sangat tipis. Ketika likuiditas tipis, penyedia likuiditas (liquidity provider) akan menaikkan spread untuk melindungi diri dari risiko fluktuasi harga yang tak terkendali. Hasilnya, spread yang biasanya hanya 1–2 pips bisa melebar hingga puluhan pips dalam hitungan detik. Ini bukan sekadar angka, karena pelebaran spread secara langsung meningkatkan biaya trading dan berpotensi menimbulkan kerugian signifikan, terutama bagi trader dengan modal kecil.
Selain spread, masalah besar lain saat NFP adalah slippage, yaitu perbedaan harga antara order yang diajukan trader dengan harga yang dieksekusi broker. Slippage sering terjadi pada kondisi pasar yang bergerak cepat, di mana harga berubah drastis dalam waktu singkat sebelum broker dapat memproses order. Saat NFP dirilis, pasar forex sering menunjukkan lonjakan volatilitas yang ekstrem. Harga dapat melonjak puluhan pips hanya dalam satu tick. Dalam situasi ini, order trader — baik market order maupun pending order — hampir pasti mengalami slippage. Bagi trader yang menggunakan strategi dengan stop loss ketat, slippage bisa membuat posisi tertutup pada harga jauh lebih buruk dari yang direncanakan, menimbulkan kerugian yang melebihi perkiraan.
Efek pelebaran spread dan slippage saat NFP tidak hanya dialami oleh trader retail, tetapi juga oleh trader institusi yang mengelola dana besar. Banyak institusi menghindari entry posisi pada saat rilis NFP karena risiko tidak dapat memprediksi eksekusi harga. Mereka lebih memilih untuk wait and see, menunggu volatilitas mereda sebelum masuk pasar. Ini menjadi alasan mengapa volume transaksi sesaat sebelum NFP cenderung menurun drastis, hanya untuk melonjak tinggi dalam detik-detik setelah data diumumkan.
Beberapa broker menawarkan perlindungan slippage dalam bentuk fitur “guaranteed stop loss”. Namun, fitur ini umumnya tidak berlaku pada periode volatilitas ekstrim seperti NFP, atau jika tersedia, broker akan mengenakan biaya tambahan yang cukup besar. Selain itu, banyak broker yang mengubah kebijakan trading menjelang NFP, misalnya dengan memperlebar spread minimum atau menonaktifkan fitur hedging, yang semakin membatasi fleksibilitas trader dalam mengelola posisi.
Dari perspektif psikologis, efek pelebaran spread dan slippage saat NFP juga memicu tekanan mental yang luar biasa bagi trader. Bayangkan, dalam hitungan detik, posisi yang sudah profit puluhan dolar bisa berbalik menjadi loss karena spread melebar secara mendadak atau eksekusi stop loss terjadi di harga yang sangat buruk. Kondisi ini kerap memicu trader mengambil keputusan emosional, seperti menambah lot secara impulsif atau membiarkan posisi terbuka lebih lama dengan harapan harga berbalik arah. Akibatnya, kerugian yang sebenarnya bisa dikendalikan justru membesar tak terkendali.
Mengapa spread dan slippage begitu ekstrem saat NFP? Salah satu alasannya adalah algoritma trading dari institusi besar yang bekerja dengan kecepatan milidetik. Algoritma-algoritma ini bereaksi seketika begitu data NFP keluar, memicu order besar dalam waktu sangat singkat. Order-order besar ini menyedot likuiditas di level harga tertentu sehingga order trader retail yang dieksekusi belakangan hanya mendapatkan harga sisa di pasar, yang seringkali sangat berbeda dari harga saat order diajukan. Faktor lain adalah ketergantungan broker pada liquidity provider eksternal. Ketika provider mengalami overload akibat permintaan order yang melonjak, proses eksekusi order trader pun tertunda, menimbulkan slippage.
Selain risiko finansial, pelebaran spread dan slippage saat NFP juga berdampak pada keandalan strategi trading. Strategi scalping, misalnya, yang mengandalkan target profit kecil dengan spread ketat, hampir mustahil diterapkan saat NFP. Spread yang melebar 10–20 pips akan langsung menghabiskan ruang profit yang ditargetkan. Strategi breakout pun tak luput dari risiko; pergerakan harga yang sangat liar bisa menembus level support atau resistance secara semu (false breakout), memicu order entry dan kemudian berbalik arah tajam hanya dalam hitungan detik.
Adakah cara menghindari efek buruk ini? Satu-satunya cara paling aman adalah dengan tidak membuka posisi menjelang dan beberapa menit setelah rilis NFP. Trader profesional biasanya menandai kalender ekonomi dan memastikan untuk menutup semua posisi atau memasang trailing stop jauh sebelum NFP diumumkan. Bagi yang tetap ingin trading, penggunaan pending order dengan jarak yang cukup jauh dari harga saat itu bisa menjadi pilihan, meskipun tidak sepenuhnya menghilangkan risiko slippage. Selain itu, trader dapat mempertimbangkan untuk hanya memanfaatkan analisis data NFP sebagai bahan evaluasi fundamental untuk tren jangka panjang, bukan sebagai momen entry instan.
Penting juga memilih broker dengan reputasi eksekusi order yang baik dan transparan terkait kebijakan spread saat news. Broker yang teregulasi ketat umumnya lebih disiplin dalam menyampaikan perubahan spread yang mungkin terjadi saat volatilitas tinggi. Namun tetap saja, tidak ada broker yang bisa menjamin 100% bebas slippage di kondisi rilis berita besar seperti NFP.
Kesimpulannya, NFP memang menawarkan peluang profit besar bagi trader yang berani mengambil risiko, tetapi efek pelebaran spread dan slippage membuat momen ini lebih cocok bagi trader berpengalaman dengan manajemen risiko yang ketat. Trader pemula sebaiknya menjauhi periode ini sampai benar-benar memahami dinamika pasar, cara kerja eksekusi order, dan memiliki mental yang siap menghadapi volatilitas ekstrem. Jangan sampai keinginan meraih profit instan berubah menjadi bencana hanya karena tidak memahami risiko yang mengintai di balik data NFP.

Jika Anda ingin memahami lebih dalam tentang bagaimana cara menghadapi rilis news besar seperti NFP, termasuk teknik manajemen risiko dan strategi trading yang aman, Anda dapat mengikuti program edukasi trading di www.didimax.co.id. Di sana, Anda akan dibimbing secara langsung oleh mentor berpengalaman yang memahami kondisi pasar saat high impact news seperti NFP dirilis.
Program edukasi ini dirancang agar trader pemula maupun berpengalaman mampu mengelola modal secara bijak, membaca peluang tanpa terjebak euforia news, serta mengasah kemampuan membaca tren jangka menengah dan panjang. Jangan lewatkan kesempatan untuk meningkatkan skill trading Anda bersama Didimax, broker terpercaya yang telah berpengalaman mendampingi ribuan trader di Indonesia.