
Pasangan mata uang EUR/USD menunjukkan penguatan yang signifikan dalam beberapa hari terakhir. Pergerakan ini didorong oleh rilis data inflasi zona euro yang menunjukkan pelambatan lebih lanjut, menambah ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan melonggarkan kebijakan moneternya dalam waktu dekat. Pasar merespons data ini dengan optimisme, mendorong nilai tukar euro terhadap dolar AS ke level yang lebih tinggi meskipun greenback sendiri masih mendapat dukungan dari faktor makroekonomi domestik.
Inflasi di zona euro menjadi fokus utama investor dan pelaku pasar sejak awal tahun 2025. Seiring dengan melemahnya tekanan harga, kebijakan moneter ECB diperkirakan akan mengalami penyesuaian. Dalam laporan terakhir dari Eurostat, inflasi tahunan di kawasan euro tercatat sebesar 2,4% untuk bulan April 2025, turun dari 2,6% pada bulan sebelumnya. Ini merupakan bulan ketiga berturut-turut di mana laju inflasi melambat, menandakan bahwa tekanan harga mulai terkendali setelah puncaknya pada tahun 2022 dan 2023.
Pelambatan inflasi ini terutama disebabkan oleh turunnya harga energi dan melambatnya pertumbuhan harga barang konsumsi inti. Meskipun sektor jasa masih menunjukkan kenaikan harga yang moderat, secara keseluruhan kontribusi sektor ini tidak cukup besar untuk mendorong inflasi secara keseluruhan ke atas target ECB yang berada di sekitar 2%. Dengan kondisi ini, para analis memperkirakan bahwa ECB kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga utamanya dalam pertemuan mendatang jika tren pelambatan ini berlanjut.
Penguatan EUR/USD tercermin dari pergerakan harga yang stabil menembus level resistensi di kisaran 1.0800. Ini merupakan level penting yang selama beberapa minggu terakhir sulit ditembus karena adanya tekanan dari sisi dolar AS yang masih cukup kuat. Namun, setelah rilis data inflasi dari zona euro, investor mulai melakukan reposisi portofolio mereka, memperbesar eksposur terhadap aset berbasis euro dengan harapan bahwa suku bunga rendah akan mendorong konsumsi dan investasi di kawasan tersebut.
Selain data inflasi, faktor eksternal lain yang mendukung penguatan euro adalah prospek perlambatan ekonomi Amerika Serikat. Beberapa data ekonomi AS yang dirilis baru-baru ini menunjukkan sinyal-sinyal pelemahan, termasuk menurunnya angka belanja konsumen dan melambatnya pertumbuhan lapangan kerja. The Federal Reserve, meskipun masih mempertahankan sikap hawkish, menghadapi tekanan untuk mulai mempertimbangkan pelonggaran kebijakan apabila data-data tersebut menjadi tren yang berkelanjutan.
Pasar obligasi AS juga mencerminkan ekspektasi ini, dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah bertenor 10 tahun menurun dari level 4,3% menjadi 4,1% dalam dua pekan terakhir. Penurunan yield ini menunjukkan bahwa investor mulai mengantisipasi kemungkinan pelonggaran moneter oleh The Fed, yang pada gilirannya mengurangi daya tarik dolar AS sebagai aset safe haven. Dalam situasi seperti ini, euro mendapatkan momentum untuk menguat lebih jauh terhadap dolar.
Dari sisi teknikal, grafik harian EUR/USD menunjukkan formasi bullish breakout yang cukup kuat. Indikator RSI (Relative Strength Index) mendekati zona overbought, namun belum menunjukkan divergensi negatif yang berarti. Sementara itu, moving average 50-hari telah memotong moving average 200-hari dari bawah, mengindikasikan terjadinya golden cross yang secara historis sering dikaitkan dengan tren naik jangka menengah hingga panjang.
Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa pergerakan EUR/USD tetap sangat sensitif terhadap sentimen global, terutama kebijakan moneter dari kedua sisi Atlantik. Jika The Fed tiba-tiba memberikan sinyal hawkish atau data inflasi AS kembali naik, dolar bisa mendapatkan kembali momentumnya. Oleh karena itu, pelaku pasar disarankan untuk terus mengikuti perkembangan data ekonomi utama dan pernyataan dari para pejabat bank sentral.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, strategi trading yang berbasis pada analisis fundamental dan teknikal menjadi semakin penting. Menggabungkan keduanya memungkinkan trader untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang pergerakan pasar, termasuk potensi risiko dan peluang yang ada. Dalam konteks EUR/USD saat ini, pemahaman terhadap kebijakan ECB, data inflasi zona euro, serta kondisi ekonomi AS menjadi kunci sukses dalam pengambilan keputusan.
Ke depan, fokus investor akan tertuju pada pertemuan ECB bulan depan, serta rilis data inflasi AS dan angka pengangguran. Jika tren pelambatan inflasi di Eropa berlanjut dan The Fed menunjukkan sinyal dovish, maka peluang bagi EUR/USD untuk melanjutkan penguatannya akan tetap terbuka. Target jangka menengah berada di kisaran 1.1000, sementara support terdekat tetap berada di 1.0750.
Bagi para trader yang ingin memanfaatkan momentum pergerakan EUR/USD ini, penting untuk memiliki strategi yang disiplin dan berbasis pada data yang valid. Menentukan level entry dan exit dengan jelas, serta memasang stop loss secara rasional adalah kunci untuk menghindari risiko besar dalam pasar yang fluktuatif. Selain itu, menjaga emosi tetap stabil juga menjadi faktor penting dalam menjaga konsistensi hasil trading.
Apabila Anda tertarik memperdalam pemahaman tentang pergerakan mata uang seperti EUR/USD, serta ingin mempelajari strategi trading yang tepat berdasarkan data ekonomi global dan analisis teknikal, maka mengikuti program edukasi trading adalah langkah yang sangat bijak. www.didimax.co.id menyediakan berbagai materi pembelajaran yang komprehensif, mulai dari tingkat dasar hingga mahir, yang dapat membantu Anda menjadi trader yang lebih percaya diri dan terinformasi.
Didimax juga menyediakan bimbingan langsung dari mentor berpengalaman yang siap membantu Anda menghadapi dinamika pasar forex. Dengan pendekatan pembelajaran yang praktis dan interaktif, Anda tidak hanya akan memahami teori, tetapi juga mampu mengaplikasikan strategi secara nyata di pasar. Bergabunglah dengan komunitas trader Didimax sekarang dan tingkatkan kemampuan Anda dalam meraih peluang dari pergerakan pasar global!