Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Faktor News Penting yang Menggerakkan USD

Faktor News Penting yang Menggerakkan USD

by Lia Nurullita

Faktor News Penting yang Menggerakkan USD

Dolar Amerika Serikat (USD) adalah mata uang paling berpengaruh di dunia. Digunakan sebagai acuan utama dalam perdagangan internasional, USD memegang peranan penting dalam stabilitas keuangan global. Pergerakan nilainya dipantau oleh trader, investor, dan analis dari seluruh dunia karena dampaknya yang signifikan terhadap pasar keuangan, termasuk forex, saham, komoditas, hingga obligasi. Salah satu faktor utama yang menyebabkan pergerakan nilai tukar USD adalah rilis berita atau data ekonomi, yang sering disebut sebagai "news fundamental".

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam faktor-faktor berita penting yang sering menggerakkan USD, bagaimana reaksi pasar terhadapnya, serta tips untuk memanfaatkannya dalam aktivitas trading.

1. Data Non-Farm Payrolls (NFP)

Non-Farm Payrolls adalah data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS setiap bulan, biasanya pada hari Jumat pertama. Data ini menunjukkan jumlah pekerjaan baru di luar sektor pertanian, pegawai pemerintah, rumah tangga, dan organisasi nirlaba. NFP dianggap sebagai indikator utama kesehatan ekonomi AS.

Jika data NFP jauh lebih tinggi dari perkiraan, ini menandakan ekonomi AS sedang tumbuh dengan baik, yang cenderung memperkuat USD karena ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve. Sebaliknya, jika data lebih rendah dari perkiraan, USD biasanya melemah karena pasar mengantisipasi stimulus moneter atau penurunan suku bunga.

2. Suku Bunga Federal Reserve (FOMC Rate Decision)

Federal Reserve (The Fed) adalah bank sentral AS yang memiliki wewenang untuk menaikkan atau menurunkan suku bunga. Keputusan ini sangat berpengaruh terhadap USD. Ketika The Fed menaikkan suku bunga, nilai USD biasanya menguat karena investor akan tertarik memindahkan dananya ke AS untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi.

Selain itu, pidato Ketua The Fed atau pernyataan dari anggota Federal Open Market Committee (FOMC) juga bisa menyebabkan volatilitas tinggi. Nada hawkish (cenderung menaikkan suku bunga) atau dovish (cenderung menurunkan suku bunga) dalam pernyataan mereka sangat diperhatikan oleh pasar.

3. Indeks Harga Konsumen (CPI)

Inflasi adalah salah satu indikator kunci yang dipantau oleh The Fed untuk menentukan kebijakan moneternya. CPI mengukur perubahan harga barang dan jasa konsumsi dari waktu ke waktu. Jika inflasi terlalu tinggi, The Fed mungkin akan menaikkan suku bunga untuk menekan konsumsi dan mendinginkan ekonomi, yang cenderung menguatkan USD.

Sebaliknya, jika inflasi rendah atau menurun, The Fed bisa saja menunda kenaikan suku bunga atau bahkan menurunkannya, yang dapat melemahkan USD. Oleh karena itu, rilis data CPI bulanan sangat ditunggu oleh pelaku pasar.

4. Produk Domestik Bruto (GDP)

GDP mengukur total output ekonomi suatu negara. Untuk AS, data ini dirilis per kuartal dan merupakan indikator utama kekuatan ekonomi. Jika pertumbuhan GDP melebihi ekspektasi, maka pasar akan memandang ekonomi AS sebagai kuat, sehingga mendorong kenaikan USD.

Namun, perlu dicatat bahwa data GDP adalah indikator lagging (terlambat), karena mencerminkan aktivitas ekonomi masa lalu. Meski begitu, jika terdapat revisi signifikan terhadap data kuartal sebelumnya, hal ini bisa menimbulkan reaksi kuat dari pasar.

5. Data Klaim Tunjangan Pengangguran (Initial Jobless Claims)

Data ini dirilis setiap minggu dan memberikan gambaran awal tentang kondisi pasar tenaga kerja. Jika klaim pengangguran menurun, itu bisa menjadi tanda bahwa lapangan kerja membaik, yang mendukung penguatan USD. Namun karena frekuensinya yang tinggi, data ini lebih sering digunakan sebagai konfirmasi arah tren dibandingkan penggerak utama.

6. Sentimen Konsumen dan Bisnis

Indeks sentimen konsumen seperti yang dirilis oleh University of Michigan, dan survei kondisi bisnis seperti ISM Manufacturing Index, juga berperan penting. Data ini memberikan pandangan ke depan terhadap aktivitas ekonomi. Jika pelaku bisnis dan konsumen merasa optimis, ini bisa mendorong belanja dan investasi, yang akhirnya memperkuat USD.

Sebaliknya, penurunan kepercayaan biasanya mendorong kekhawatiran resesi, yang dapat membuat USD melemah, terutama jika diperkirakan akan memicu pelonggaran kebijakan moneter.

7. Peristiwa Geopolitik dan Krisis Global

Meskipun bukan data ekonomi, peristiwa geopolitik seperti konflik internasional, perang dagang, atau krisis keuangan global dapat memberikan dampak besar terhadap USD. Dalam banyak kasus, USD justru menguat dalam situasi krisis karena dianggap sebagai mata uang safe haven.

Misalnya, saat terjadi ketegangan di Timur Tengah atau krisis utang di Eropa, investor global cenderung mencari perlindungan pada aset berisiko rendah, termasuk USD dan obligasi pemerintah AS. Oleh karena itu, trader perlu mengikuti perkembangan berita internasional yang bisa memicu aliran modal masuk ke USD.

8. Neraca Perdagangan dan Data Ekspor-Impor

Neraca perdagangan AS memengaruhi permintaan dan penawaran USD di pasar global. Jika AS mengalami surplus perdagangan, artinya permintaan asing terhadap USD meningkat karena pembelian barang AS. Sebaliknya, defisit perdagangan besar bisa menekan USD karena artinya AS membeli lebih banyak dari luar negeri dibandingkan yang dijualnya.

Namun demikian, pengaruh data ini sering kali tergantung pada konteks ekonomi saat itu. Misalnya, jika defisit meningkat tapi disertai dengan lonjakan impor barang modal (alat produksi), pasar bisa menilai itu sebagai tanda ekspansi ekonomi yang sehat.

9. Kebijakan Fiskal dan Anggaran Pemerintah

Kebijakan anggaran, termasuk stimulus fiskal, pengeluaran pemerintah, dan pajak, juga dapat memengaruhi nilai USD. Jika pemerintah AS mengumumkan stimulus besar-besaran, itu bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi jangka pendek namun juga menimbulkan kekhawatiran inflasi atau peningkatan utang, yang pengaruhnya terhadap USD bisa positif atau negatif tergantung sentimen pasar.

10. Ekspektasi Pasar dan Pergerakan Pasar Obligasi

Selain data aktual, ekspektasi pasar dan reaksi terhadapnya sering kali lebih berdampak daripada berita itu sendiri. Misalnya, jika CPI lebih tinggi dari sebelumnya namun masih di bawah ekspektasi, USD bisa melemah karena pasar kecewa. Reaksi pasar terhadap yield obligasi AS, terutama tenor 10 tahun, juga menjadi indikator penting terhadap kekuatan USD. Yield yang meningkat menandakan permintaan terhadap USD dan prospek kenaikan suku bunga.


Mampu memahami dan membaca pergerakan USD berdasarkan data fundamental adalah salah satu keterampilan penting dalam dunia trading. Namun, menguasainya tidak bisa hanya dilakukan secara otodidak. Dibutuhkan panduan yang tepat, sistematis, dan bisa dipraktikkan secara langsung.

Jika Anda ingin memperdalam pemahaman mengenai analisa fundamental dan bagaimana cara memanfaatkannya untuk meningkatkan profit trading Anda, kami mengundang Anda untuk bergabung dalam program edukasi gratis yang disediakan oleh Didimax. Di sana, Anda akan mendapatkan bimbingan langsung dari mentor berpengalaman, akses ke kelas intensif, serta komunitas trader aktif yang siap membantu Anda berkembang.

Kunjungi www.didimax.co.id dan mulai langkah Anda untuk menjadi trader profesional. Peluang meraih profit konsisten tidak hanya dimulai dari strategi, tapi juga dari edukasi yang benar dan komitmen belajar yang kuat. Jangan biarkan informasi pasar yang dinamis terlewat begitu saja—pelajari, pahami, dan kendalikan arah trading Anda bersama Didimax!