Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Forex dalam Badai Perang Dagang: Respons Pasar terhadap Tarif AS-Cina

Forex dalam Badai Perang Dagang: Respons Pasar terhadap Tarif AS-Cina

by Lia Nurullita

Forex dalam Badai Perang Dagang: Respons Pasar terhadap Tarif AS-Cina

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia global dikejutkan oleh meningkatnya tensi antara dua ekonomi terbesar di dunia—Amerika Serikat dan Tiongkok. Perang dagang yang dimulai sejak 2018 dengan kebijakan tarif saling balas ini telah menimbulkan guncangan besar di berbagai sektor ekonomi, salah satunya adalah pasar valuta asing (forex). Forex, sebagai salah satu instrumen pasar keuangan yang paling likuid dan sensitif terhadap isu geopolitik dan ekonomi global, menjadi ajang reaksi instan dari ketegangan antara Washington dan Beijing.

Awal Mula Perang Dagang AS-Cina

Presiden AS saat itu, Donald Trump, memulai langkah agresif dengan memberlakukan tarif terhadap barang impor dari Tiongkok senilai ratusan miliar dolar, dengan dalih melindungi industri dalam negeri serta menekan praktik perdagangan yang dianggap tidak adil. Tiongkok membalas dengan mengenakan tarif serupa terhadap produk asal AS. Perselisihan ini berkembang menjadi konflik perdagangan yang kompleks dan berkepanjangan, menyebabkan ketidakpastian global yang signifikan.

Investor dan pelaku pasar mulai merasakan dampak dari perang tarif ini, yang meluas ke sentimen ekonomi global, penurunan investasi, serta terhambatnya pertumbuhan. Di tengah ketidakpastian tersebut, pasar forex menjadi salah satu indikator awal yang merespons dinamika kebijakan perdagangan ini.

Volatilitas sebagai Cerminan Ketidakpastian

Pasar forex sangat dipengaruhi oleh sentimen dan ekspektasi. Ketika muncul berita bahwa AS akan mengenakan tarif tambahan pada produk Tiongkok, pasar langsung merespons dengan lonjakan volatilitas. USD sebagai mata uang safe haven sempat menguat signifikan, tetapi juga mengalami tekanan ketika muncul kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS akibat pembalasan tarif dari Tiongkok.

Sebaliknya, Yuan Tiongkok (CNY) menjadi mata uang yang paling banyak mendapat sorotan. Bank Sentral Tiongkok (People’s Bank of China) bahkan dituding secara sengaja mendevaluasi Yuan untuk mendongkrak daya saing ekspor. Ini menimbulkan kekhawatiran baru bahwa perang dagang bisa berubah menjadi perang mata uang (currency war), menambah lapisan risiko tambahan di pasar forex.

Beberapa mata uang negara berkembang seperti Rupiah Indonesia, Lira Turki, dan Real Brasil juga terkena imbas dari ketegangan perdagangan ini. Ketika investor global menghindari risiko dan menarik dana dari pasar negara berkembang, nilai tukar mata uang-mata uang tersebut melemah terhadap Dolar AS.

Kebijakan Moneter dalam Bayang-Bayang Tarif

Perang dagang juga memaksa bank-bank sentral untuk menyesuaikan kebijakan moneternya. Federal Reserve AS, yang semula berada dalam tren menaikkan suku bunga, akhirnya memangkas suku bunga sebagai respons terhadap perlambatan ekonomi global akibat ketegangan perdagangan. Kebijakan ini berdampak besar terhadap pergerakan Dolar AS di pasar forex.

Di sisi lain, bank sentral negara lain, termasuk Bank Sentral Eropa (ECB), Bank of Japan (BoJ), hingga Bank Indonesia, juga mengambil langkah pelonggaran untuk meredam dampak negatif dari perang dagang. Setiap keputusan suku bunga, pernyataan resmi, dan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi bahan bakar bagi para trader forex untuk mengambil posisi di pasar.

Strategi Trader Forex dalam Menghadapi Ketidakpastian

Para trader forex harus memiliki strategi yang matang untuk menghadapi dinamika global seperti perang dagang. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan adalah risk-on/risk-off sentiment analysis. Ketika pasar dalam mode risk-off, Dolar AS, Yen Jepang, dan Franc Swiss biasanya menguat karena dianggap sebagai mata uang safe haven. Sebaliknya, saat pasar berada dalam mode risk-on, mata uang ber-yield tinggi seperti Dolar Australia dan Dolar Selandia Baru cenderung menguat.

Selain itu, trader juga memantau rilis berita ekonomi utama seperti data perdagangan, indeks manufaktur, pertumbuhan PDB, dan keputusan suku bunga untuk memperkirakan dampak jangka pendek terhadap nilai tukar.

Teknik analisis teknikal juga tetap menjadi alat penting dalam menangkap peluang jangka pendek dari pergerakan harga yang volatil. Namun, dalam situasi seperti perang dagang, analisis fundamental dan geopolitik menjadi sangat penting karena fluktuasi yang terjadi sering kali dipicu oleh pernyataan politik, kebijakan tarif baru, atau data ekonomi yang mengecewakan.

Dampak Jangka Panjang terhadap Forex

Perang dagang AS-Cina mengajarkan satu hal penting bagi pelaku forex: bahwa ketidakpastian geopolitik dapat menjadi pemicu utama pergerakan besar di pasar. Bahkan setelah ketegangan mereda atau adanya perjanjian dagang parsial seperti Phase One Agreement yang ditandatangani pada awal 2020, efek panjang dari ketegangan ini tetap terasa.

Investor menjadi lebih waspada terhadap perkembangan hubungan bilateral, dan ketidakpastian menjadi bagian yang tidak terhindarkan dalam kalkulasi risiko. Oleh karena itu, kemampuan membaca sentimen pasar dan memahami dinamika makroekonomi menjadi kompetensi wajib bagi trader modern.

Peluang di Tengah Krisis

Meski ketegangan perdagangan membawa risiko, namun juga membuka peluang bagi trader yang cermat. Pasar forex yang dinamis memungkinkan trader untuk mendapatkan keuntungan baik saat pasar naik maupun turun. Selama mampu mengelola risiko dan mengikuti perkembangan informasi secara akurat, trader bisa memanfaatkan volatilitas sebagai alat profit, bukan sebagai ancaman.

Selain itu, munculnya berbagai platform edukasi dan analisis pasar turut membantu trader pemula maupun profesional untuk membuat keputusan yang lebih rasional. Dalam konteks perang dagang, edukasi menjadi kunci utama agar tidak terjebak oleh emosi atau mengikuti arus informasi yang salah.

Belajar dari Perang Dagang

Perang dagang antara AS dan Tiongkok adalah contoh nyata bagaimana kebijakan ekonomi global bisa berdampak langsung terhadap pasar forex. Trader yang mampu membaca arah kebijakan, memahami relasi antar variabel ekonomi, dan bereaksi cepat terhadap dinamika pasar memiliki peluang besar untuk sukses.

Di sisi lain, trader yang mengandalkan spekulasi tanpa dasar atau ikut-ikutan arus pasar tanpa pemahaman mendalam sangat rentan terhadap kerugian. Oleh karena itu, edukasi dan pemahaman menyeluruh tentang makroekonomi global dan geopolitik menjadi bekal penting dalam menjalani karier di dunia forex.


Jika Anda ingin memahami lebih dalam bagaimana peristiwa global seperti perang dagang AS-Cina mempengaruhi pasar forex, maka penting untuk memiliki fondasi pengetahuan yang kuat. Di sinilah peran edukasi trading menjadi sangat vital. Melalui program edukasi yang terpercaya, Anda bisa mempelajari strategi yang tepat, memahami analisis fundamental dan teknikal, serta belajar mengelola risiko secara bijak.

Didimax hadir sebagai broker forex lokal terpercaya yang tidak hanya menyediakan layanan trading, tetapi juga program edukasi trading yang lengkap dan gratis. Anda bisa belajar langsung dari mentor berpengalaman, mengikuti webinar harian, hingga mendapatkan bimbingan personal. Kunjungi www.didimax.co.id dan mulailah perjalanan trading Anda dengan pengetahuan yang benar dan strategi yang terarah.