Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Forex Market Under Pressure: The US-China Trade Tariff Effect

Forex Market Under Pressure: The US-China Trade Tariff Effect

by Lia Nurullita

Forex Market Under Pressure: The US-China Trade Tariff Effect

Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah menjadi salah satu isu geopolitik dan ekonomi global paling signifikan dalam dekade terakhir. Sejak awal kebijakan tarif diberlakukan pada 2018 oleh pemerintahan Presiden Donald Trump, efek domino yang ditimbulkan tidak hanya mengguncang pasar saham dan perdagangan internasional, tetapi juga memberikan dampak besar terhadap pasar valuta asing atau forex.

Forex, sebagai pasar keuangan terbesar dan paling likuid di dunia, bereaksi cepat terhadap setiap perkembangan geopolitik yang signifikan. Ketika dua kekuatan ekonomi terbesar dunia terlibat dalam ketegangan perdagangan, investor dan trader di seluruh dunia dengan sigap menyesuaikan posisi mereka untuk mengantisipasi fluktuasi mata uang yang terjadi. Efek dari perang dagang ini tidak sekadar dalam jangka pendek, tetapi telah mengubah dinamika makroekonomi global dan strategi investasi banyak institusi keuangan.

Awal Mula Perang Dagang AS-Tiongkok

Permasalahan ini dimulai ketika pemerintah Amerika Serikat menuduh Tiongkok melakukan praktik perdagangan yang tidak adil, termasuk pencurian kekayaan intelektual, subsidi industri dalam negeri, dan defisit perdagangan besar yang merugikan ekonomi AS. Sebagai respons, AS menerapkan tarif atas barang impor dari Tiongkok senilai ratusan miliar dolar. Tiongkok pun membalas dengan memberlakukan tarif balasan atas produk-produk AS.

Ketegangan ini menciptakan ketidakpastian besar di pasar global, termasuk pasar forex. Investor mulai menghindari aset berisiko dan mencari "safe haven" atau aset yang dianggap lebih aman seperti dolar AS, yen Jepang, dan emas. Akibatnya, terjadi arus modal besar-besaran dari negara berkembang ke negara-negara dengan ekonomi yang lebih stabil.

Dampak Terhadap Dolar AS

Dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia mengalami apresiasi signifikan pada awal ketegangan dagang. Banyak investor global melihat dolar sebagai tempat perlindungan dalam situasi penuh ketidakpastian. Namun, apresiasi ini bersifat paradoks. Di satu sisi, penguatan dolar mencerminkan kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi AS. Di sisi lain, dolar yang terlalu kuat dapat merugikan ekspor AS, memperlebar defisit perdagangan, dan memperparah ketegangan dengan Tiongkok.

Federal Reserve (The Fed) pun berada dalam posisi sulit. Jika mereka mempertahankan suku bunga tinggi untuk menjaga kekuatan dolar, itu dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi domestik. Namun, jika mereka menurunkan suku bunga, itu bisa melemahkan dolar tetapi meningkatkan inflasi. Perang dagang ini memaksa The Fed untuk lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan moneter.

Dampak Terhadap Yuan Tiongkok

Sementara itu, yuan Tiongkok (CNY) mengalami tekanan hebat. Untuk mengimbangi dampak tarif, Tiongkok membiarkan yuan melemah terhadap dolar AS. Mata uang yang lebih lemah membuat ekspor Tiongkok lebih kompetitif di pasar global, membantu menyeimbangkan efek negatif dari tarif. Namun langkah ini mendapat kritik keras dari AS, yang menuduh Tiongkok melakukan manipulasi mata uang.

Bank Sentral Tiongkok (PBOC) melakukan intervensi berkala untuk mengendalikan depresiasi yuan agar tidak terlalu ekstrem. Mereka juga menyesuaikan suku bunga dan menyediakan likuiditas tambahan ke dalam sistem perbankan domestik guna menjaga kestabilan ekonomi dalam negeri. Akibatnya, volatilitas CNY terhadap USD meningkat tajam, menciptakan peluang dan risiko baru bagi trader forex.

Efek Pada Pasangan Mata Uang Lainnya

Perang dagang tidak hanya memengaruhi USD dan CNY. Mata uang negara-negara yang sangat bergantung pada ekspor ke Tiongkok atau AS, seperti dolar Australia (AUD), dolar Selandia Baru (NZD), dan peso Meksiko (MXN), juga mengalami volatilitas besar. AUD dan NZD secara khusus melemah signifikan karena ketergantungan ekonomi mereka terhadap permintaan komoditas dari Tiongkok.

Di Eropa, euro (EUR) pun tak lepas dari pengaruh ketegangan dagang ini. Ketidakpastian global mendorong perlambatan ekonomi zona euro, memaksa Bank Sentral Eropa untuk mempertahankan kebijakan moneter longgar lebih lama. Sementara itu, yen Jepang (JPY) mengalami penguatan karena statusnya sebagai mata uang safe haven, walaupun penguatan ini tidak diinginkan oleh pemerintah Jepang karena berdampak negatif pada ekspor mereka.

Dampak Terhadap Sentimen dan Psikologi Pasar

Salah satu efek paling nyata dari perang dagang terhadap pasar forex adalah meningkatnya ketidakpastian dan volatilitas. Trader tidak hanya menghadapi tantangan teknikal, tetapi juga harus memahami narasi geopolitik yang berkembang. Pernyataan dari pejabat tinggi, seperti Presiden AS atau Menteri Perdagangan Tiongkok, dapat memicu pergerakan harga yang besar dalam hitungan menit.

Ketidakpastian ini membuat strategi trading jangka pendek menjadi lebih berisiko. Banyak trader institusional mulai menggunakan strategi hedging yang kompleks untuk mengurangi eksposur mereka terhadap mata uang tertentu. Di sisi lain, trader ritel harus lebih waspada dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap fundamental ekonomi global, agar tidak terjebak dalam fluktuasi yang tidak terduga.

Reshuffling Portofolio Global dan Peran Bank Sentral

Perang dagang ini mendorong banyak negara untuk meninjau ulang kebijakan fiskal dan moneter mereka. Bank sentral di negara-negara berkembang terpaksa menurunkan suku bunga untuk menjaga daya saing mata uang mereka. Reshuffling portofolio global pun terjadi. Investor asing mulai mengalihkan dananya ke instrumen dengan risiko lebih rendah, seperti obligasi pemerintah AS atau emas.

Dengan meningkatnya pengaruh geopolitik terhadap pasar forex, para pelaku pasar pun semakin menyadari bahwa analisis teknikal saja tidak cukup. Pemahaman yang mendalam terhadap dinamika global menjadi faktor kunci dalam mengambil keputusan trading yang cerdas. Hal ini menjadikan edukasi dan informasi berkualitas sebagai elemen penting dalam sukses di dunia trading forex.

Bagaimana Trader Bisa Bertahan?

Bagi para trader, khususnya pemula, periode penuh tekanan seperti ini bisa menjadi ladang pembelajaran yang sangat berharga. Volatilitas tinggi memang menantang, tetapi juga memberikan peluang profit yang lebih besar bila dimanfaatkan dengan strategi yang tepat. Salah satu langkah paling bijak yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pemahaman terhadap fundamental makroekonomi, indikator ekonomi, serta dampak kebijakan politik terhadap pergerakan mata uang.

Selain itu, penting juga untuk memiliki pendekatan manajemen risiko yang solid. Menggunakan stop-loss, tidak overleveraging, serta memahami korelasi antar mata uang dapat membantu trader menghindari kerugian besar. Dan yang paling krusial, trader harus menyadari bahwa dunia forex bukan hanya soal "menang cepat", tetapi soal konsistensi, disiplin, dan edukasi yang berkelanjutan.


Ingin memahami lebih dalam tentang bagaimana perang dagang dan kebijakan global memengaruhi pasar forex? Anda tidak sendirian. Ribuan trader di Indonesia telah menemukan jawabannya melalui program edukasi trading dari Didimax Futures. Dengan mentor profesional, materi lengkap, dan pendekatan praktis berbasis pengalaman nyata, Anda bisa mengembangkan skill trading dari dasar hingga mahir.

Jangan biarkan ketidakpastian pasar menghalangi potensi Anda. Bergabunglah dengan komunitas trader aktif dan dapatkan akses ke pelatihan eksklusif secara gratis di www.didimax.co.id. Saatnya Anda melangkah lebih jauh dalam perjalanan trading yang cerdas, terarah, dan penuh peluang.