
Pasangan mata uang GBP/USD mengalami tekanan yang cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kebijakan moneter Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE), hingga kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Para pelaku pasar semakin fokus pada langkah-langkah yang akan diambil oleh BoE dalam menyikapi tantangan inflasi dan perlambatan ekonomi yang melanda Inggris. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai penyebab tekanan pada GBP/USD, reaksi pasar, serta prospek ke depan bagi pasangan mata uang ini.
Tekanan Inflasi dan Kebijakan Moneter Bank of England
Salah satu faktor utama yang memengaruhi performa GBP/USD adalah kebijakan moneter yang diambil oleh Bank of England. Sejak tahun 2022, Inggris terus menghadapi tekanan inflasi yang tinggi akibat lonjakan harga energi dan pangan. BoE merespons kondisi ini dengan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menekan laju inflasi yang sempat menyentuh level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Namun, meskipun suku bunga naik, inflasi di Inggris tidak serta-merta turun sesuai ekspektasi. Suku bunga yang tinggi justru menimbulkan efek samping berupa perlambatan ekonomi, tekanan pada sektor perumahan, dan penurunan daya beli masyarakat. Hal ini menyebabkan pelaku pasar mulai meragukan efektivitas kebijakan moneter BoE, yang pada akhirnya membebani pergerakan Poundsterling terhadap Dolar AS.
Di sisi lain, BoE kini dihadapkan pada dilema kebijakan: menaikkan suku bunga lebih lanjut berisiko memperdalam resesi, sementara menahan suku bunga justru bisa membuat inflasi kembali melonjak. Ketidakpastian arah kebijakan ini membuat investor cenderung menghindari aset berdenominasi Pound, termasuk GBP/USD.
Kinerja Ekonomi Inggris yang Memburuk
Selain faktor kebijakan moneter, kondisi fundamental ekonomi Inggris juga menjadi sorotan. Data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Inggris terus melambat, bahkan sempat mendekati zona resesi teknikal. Sektor manufaktur dan jasa menunjukkan kontraksi, sementara tingkat pengangguran mulai merangkak naik.
Situasi ini diperburuk oleh efek lanjutan dari Brexit, yang masih membebani aktivitas perdagangan dan investasi di Inggris. Ketidakpastian regulasi dan hambatan perdagangan dengan Uni Eropa terus menggerus daya saing ekonomi Inggris di pasar global. Akibatnya, daya tarik Poundsterling sebagai aset investasi pun terus merosot.
Tekanan ekonomi domestik ini menjadi salah satu faktor utama mengapa GBP/USD terus tertekan. Dolar AS yang relatif lebih kuat, didukung oleh ekonomi Amerika Serikat yang lebih resilient, semakin memperlebar jarak antara GBP dan USD.
Performa Dolar AS dan Dampaknya pada GBP/USD
Di sisi lain, Dolar AS terus mendapatkan dukungan dari kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) yang cenderung hawkish. Meskipun inflasi di AS mulai melandai, The Fed masih mempertahankan sikap hati-hati dan enggan memberikan sinyal pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Hal ini membuat imbal hasil (yield) obligasi AS tetap menarik bagi investor global, sehingga permintaan terhadap Dolar AS terus meningkat.
Kondisi ini menciptakan tekanan tambahan bagi GBP/USD, di mana arus modal global cenderung mengalir ke aset berdenominasi Dolar AS yang dianggap lebih aman dan menguntungkan. Dengan kondisi seperti ini, Poundsterling makin sulit untuk bangkit, kecuali ada kejutan positif dari data ekonomi Inggris atau perubahan kebijakan yang signifikan dari Bank of England.
Sentimen Pasar dan Faktor Geopolitik
Selain faktor fundamental dan kebijakan moneter, sentimen pasar global juga turut memengaruhi pergerakan GBP/USD. Ketegangan geopolitik di Eropa Timur, ketidakpastian hubungan dagang AS-China, serta potensi perlambatan ekonomi global membuat investor cenderung menghindari aset berisiko, termasuk Poundsterling.
Dalam situasi risk-off, Dolar AS sering kali menjadi pilihan utama sebagai safe haven currency. Hal ini memperburuk tekanan pada GBP/USD, terutama di tengah ketidakpastian kebijakan ekonomi Inggris pasca-Brexit. Semakin tinggi ketidakpastian global, semakin besar tekanan bagi GBP/USD.
Prospek GBP/USD ke Depan
Prospek GBP/USD ke depan sangat bergantung pada kombinasi faktor internal dan eksternal. Dari sisi internal, pelaku pasar akan terus memantau data inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta kebijakan suku bunga Bank of England. Setiap sinyal bahwa BoE akan bersikap lebih dovish atau memperpanjang periode suku bunga tinggi bisa menjadi katalis bagi pergerakan GBP/USD.
Dari sisi eksternal, perkembangan kebijakan moneter The Fed, dinamika geopolitik global, serta arus modal global akan turut membentuk arah GBP/USD. Jika The Fed mengisyaratkan potensi pemangkasan suku bunga lebih awal, maka Dolar AS berpotensi melemah, memberikan peluang bagi GBP/USD untuk rebound. Sebaliknya, jika The Fed tetap hawkish sementara BoE cenderung dovish, maka GBP/USD berisiko semakin tertekan.
Faktor teknikal juga perlu diperhatikan oleh trader dan investor. Saat ini, GBP/USD berada di bawah beberapa level support kunci, yang mengindikasikan potensi pelemahan lanjutan jika tidak ada katalis positif. Namun, volatilitas tinggi dan reaksi cepat pasar terhadap data ekonomi membuat GBP/USD berpotensi bergerak fluktuatif dalam jangka pendek.
Strategi Trading GBP/USD

Bagi para trader, kondisi pasar yang penuh ketidakpastian ini justru bisa menjadi peluang untuk memanfaatkan volatilitas harga. Namun, dibutuhkan strategi trading yang tepat dan pengelolaan risiko yang disiplin untuk menghadapi pergerakan harga yang cepat dan tajam. Beberapa strategi yang bisa dipertimbangkan antara lain:
-
Trading Berbasis Berita (News Trading)
Mengamati rilis data ekonomi penting, seperti data inflasi, pengangguran, dan keputusan suku bunga BoE dan The Fed. Reaksi pasar terhadap berita-berita ini sering kali menciptakan momentum pergerakan harga yang signifikan.
-
Analisis Teknikal
Menggunakan level support dan resistance, pola candlestick, serta indikator teknikal seperti Moving Average dan RSI untuk mengidentifikasi potensi entry dan exit point.
-
Hedging
Melakukan lindung nilai (hedging) untuk mengurangi risiko akibat pergerakan harga yang tidak terduga. Strategi ini cocok untuk trader yang ingin tetap berada di pasar namun dengan risiko yang lebih terkendali.
-
Manajemen Risiko
Menentukan level stop loss dan take profit yang rasional, serta membatasi eksposur modal pada setiap transaksi agar risiko kerugian bisa diminimalisir.
GBP/USD mungkin akan tetap berada dalam tekanan selama ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter di Inggris berlanjut. Namun, bagi trader yang paham risiko dan mampu membaca arah pasar, kondisi ini justru menawarkan peluang profit yang menarik.
Bagi Anda yang ingin memperdalam pemahaman tentang strategi trading GBP/USD maupun pasangan mata uang lainnya, bergabunglah dalam program edukasi trading bersama Didimax. Didimax merupakan broker forex terbaik di Indonesia yang menyediakan bimbingan trading langsung dari mentor berpengalaman, serta analisis pasar harian yang membantu Anda mengambil keputusan trading yang tepat.
Jangan lewatkan kesempatan untuk belajar trading dari nol hingga mahir bersama Didimax. Kunjungi www.didimax.co.id sekarang juga dan daftarkan diri Anda dalam program edukasi trading gratis. Dengan bimbingan yang tepat, Anda bisa menguasai pasar forex dan meraih profit secara konsisten!