Hubungan Antara Quantitative Easing Federal Reserve dan Pergerakan Forex

Kebijakan moneter merupakan salah satu alat utama bank sentral dalam mengatur stabilitas ekonomi suatu negara. Di antara berbagai instrumen kebijakan tersebut, quantitative easing (QE) menjadi salah satu yang paling signifikan dalam beberapa dekade terakhir, terutama ketika suku bunga acuan sudah mendekati nol dan ruang pelonggaran konvensional menjadi terbatas. Federal Reserve (The Fed), sebagai bank sentral Amerika Serikat, telah beberapa kali menggunakan QE sebagai respons terhadap krisis keuangan global, termasuk pada periode 2008 dan pandemi COVID-19. Namun, bagaimana hubungan antara kebijakan QE ini dengan pergerakan pasar valuta asing (forex)? Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana QE yang dilakukan oleh The Fed memengaruhi nilai tukar dolar AS dan dinamika pasar forex global secara keseluruhan.
Apa Itu Quantitative Easing?
Quantitative easing adalah kebijakan moneter non-konvensional di mana bank sentral membeli aset keuangan, seperti obligasi pemerintah atau sekuritas berbasis aset, dalam jumlah besar dari pasar terbuka untuk menambah jumlah uang beredar dan mendorong pinjaman serta investasi. Ketika The Fed menjalankan QE, tujuannya adalah untuk menurunkan suku bunga jangka panjang, meningkatkan likuiditas, serta menggerakkan pertumbuhan ekonomi.
Berbeda dengan pemangkasan suku bunga acuan yang berdampak langsung terhadap biaya pinjaman jangka pendek, QE bertujuan untuk mengatasi hambatan struktural dalam sistem keuangan dan memulihkan kepercayaan investor. Namun, efek samping dari peningkatan jumlah uang beredar ini adalah terdepresiasinya nilai dolar AS. Dalam konteks pasar forex, hal ini membuka banyak peluang dan risiko bagi para pelaku pasar.
Dampak QE Terhadap Nilai Tukar Dolar AS
Saat The Fed melakukan QE, pasokan dolar AS di pasar meningkat drastis. Berdasarkan hukum ekonomi dasar, ketika suplai suatu mata uang meningkat tanpa diiringi oleh peningkatan permintaan yang sebanding, maka nilai tukarnya cenderung menurun. Hal inilah yang terjadi selama periode QE besar-besaran antara tahun 2008–2014, di mana dolar AS sempat mengalami pelemahan terhadap sejumlah mata uang utama seperti euro, yen, dan pound sterling.
Kelemahan dolar AS ini bukan semata-mata disebabkan oleh peningkatan pasokan mata uang, tetapi juga oleh persepsi investor terhadap kesehatan ekonomi AS. Saat QE dilakukan, sering kali pasar menilai bahwa kondisi ekonomi domestik sedang lemah dan memerlukan stimulus besar. Akibatnya, sentimen negatif terhadap dolar AS pun meningkat, menyebabkan pelemahan lebih lanjut di pasar forex.
Namun, perlu dicatat bahwa pelemahan dolar ini bersifat relatif, tergantung pada kondisi ekonomi dan kebijakan moneter negara lain. Jika negara lain juga menjalankan QE atau kebijakan moneter ekspansif lainnya, dampaknya bisa jadi saling meniadakan.
Reaksi Pasar Forex Terhadap QE The Fed
Pasar forex dikenal sangat sensitif terhadap kebijakan The Fed, termasuk QE. Setiap pengumuman atau spekulasi tentang peluncuran program QE baru atau pengurangan pembelian aset (tapering) dapat memicu volatilitas tinggi di pasar mata uang. Trader dan investor cenderung melakukan penyesuaian portofolio secara cepat, memindahkan dana dari dolar AS ke mata uang lain yang dianggap lebih menarik, seperti euro, franc Swiss, atau bahkan aset safe haven seperti emas.
Selain itu, QE juga mendorong peningkatan selera risiko (risk appetite). Karena hasil obligasi AS menjadi rendah akibat pembelian besar-besaran oleh The Fed, investor global mulai mencari imbal hasil yang lebih tinggi di pasar negara berkembang (emerging markets). Hal ini menyebabkan aliran modal masuk ke negara-negara dengan suku bunga tinggi, sehingga memperkuat mata uang negara-negara tersebut terhadap dolar AS. Ini juga menjelaskan mengapa selama periode QE, mata uang seperti rupiah, peso Meksiko, dan real Brasil sempat menguat.
Namun, sisi lain dari QE adalah adanya risiko reversal yang tinggi. Ketika The Fed mulai memberi sinyal untuk mengurangi QE atau menaikkan suku bunga, arus modal bisa keluar dengan cepat dari pasar negara berkembang, memicu depresiasi tajam dan gejolak nilai tukar.
Dampak QE Terhadap Pasangan Mata Uang Utama
Mari kita lihat lebih dekat bagaimana QE memengaruhi beberapa pasangan mata uang utama:
-
EUR/USD
Selama masa QE, EUR/USD cenderung mengalami penguatan euro terhadap dolar AS. Ini karena meningkatnya pasokan dolar relatif terhadap euro, membuat pasangan ini naik. Namun, saat ECB juga mulai melakukan QE, efeknya menjadi lebih seimbang, dan tren bisa berubah tergantung pada kebijakan relatif antara The Fed dan ECB.
-
USD/JPY
Yen Jepang sering dianggap sebagai mata uang safe haven. Ketika The Fed melakukan QE, pelemahan dolar AS kadang membuat yen menguat. Namun, karena Bank of Japan juga menjalankan QE yang sangat agresif, efek terhadap USD/JPY bisa kompleks dan dipengaruhi oleh faktor lain seperti diferensial suku bunga dan sentimen risiko global.
-
GBP/USD
Pound cenderung menguat terhadap dolar selama fase awal QE The Fed. Namun, pengaruh dari kebijakan moneter Bank of England dan faktor politik seperti Brexit juga memainkan peran besar dalam pergerakan pasangan ini.
Strategi Trading Forex Saat QE Diberlakukan
Bagi trader forex, kebijakan QE The Fed memberikan peluang besar jika mampu membaca arah pergerakan pasar dengan benar. Beberapa strategi yang bisa digunakan antara lain:
-
Carry Trade: Saat QE mendorong investor mencari yield lebih tinggi, mata uang dari negara dengan suku bunga lebih tinggi bisa menjadi target carry trade. Trader membeli mata uang tersebut dan menjual dolar AS.
-
Sentimen Trading: Memanfaatkan perubahan sentimen pasar terhadap risiko. Ketika QE diumumkan, pasar cenderung risk-on, dan trader bisa mengambil posisi long pada mata uang emerging market atau komoditas seperti AUD dan CAD.
-
News Trading: Reaksi pasar terhadap pengumuman QE sangat cepat. Trader dengan kecepatan eksekusi tinggi dapat memanfaatkan lonjakan volatilitas jangka pendek.
Namun, penting untuk diingat bahwa QE juga membawa risiko tinggi. Salah membaca arah kebijakan atau perubahan sentimen dapat menyebabkan kerugian besar. Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap dinamika fundamental menjadi sangat penting.
Kesimpulan

Quantitative easing adalah kebijakan moneter yang sangat berdampak terhadap pasar forex. Ketika The Fed meluncurkan program QE, nilai dolar AS biasanya cenderung melemah, mendorong volatilitas tinggi dan membuka peluang bagi trader untuk mengambil posisi berdasarkan arah pasar. Namun, karena efek QE bergantung pada banyak faktor termasuk kebijakan bank sentral lain, kondisi ekonomi global, dan persepsi risiko investor, strategi trading yang digunakan pun harus disesuaikan secara dinamis.
Bagi trader yang ingin sukses di pasar forex, memahami dampak QE dan membaca sinyal dari bank sentral seperti The Fed adalah keterampilan fundamental yang tidak bisa diabaikan.
Ingin lebih dalam memahami bagaimana kebijakan Federal Reserve seperti QE memengaruhi pasar forex secara real-time? Bergabunglah dalam program edukasi trading bersama Didimax. Di sana, Anda akan dibimbing langsung oleh mentor berpengalaman yang akan membantu Anda mengasah analisa fundamental dan teknikal secara menyeluruh.
Didimax menyediakan fasilitas pembelajaran interaktif, update berita ekonomi harian, serta komunitas trader aktif yang akan membantu Anda berkembang lebih cepat dalam dunia forex. Kunjungi www.didimax.co.id sekarang juga dan mulailah perjalanan trading Anda dengan fondasi pengetahuan yang kuat.