
Inflasi Inggris vs Jepang: Mana yang Lebih Berpengaruh pada GBP/JPY?
Pasangan mata uang GBP/JPY, yang menggabungkan pound sterling Inggris dengan yen Jepang, merupakan salah satu pasangan mata uang utama di pasar forex yang sangat dipengaruhi oleh perbedaan kebijakan moneter dan kondisi ekonomi kedua negara. Di antara berbagai faktor fundamental yang memengaruhi pergerakan pasangan ini, tingkat inflasi memiliki peranan penting. Inflasi secara langsung memengaruhi kebijakan suku bunga bank sentral, yang pada gilirannya dapat mendorong atau melemahkan mata uang suatu negara.
Namun, ketika membandingkan antara inflasi Inggris dan Jepang, muncul pertanyaan menarik: manakah yang lebih besar pengaruhnya terhadap pergerakan GBP/JPY? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu membedah bagaimana inflasi di masing-masing negara bekerja, bagaimana bank sentral meresponsnya, serta bagaimana pasar bereaksi terhadap perubahan data inflasi tersebut.
Karakteristik Inflasi di Inggris
Inggris memiliki sejarah inflasi yang cukup dinamis. Sejak Brexit, perekonomian Inggris menghadapi tekanan biaya impor yang lebih tinggi karena pelemahan nilai tukar pound, yang mendorong inflasi meningkat. Inflasi diukur dengan Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) dan merupakan indikator utama yang dipantau oleh Bank of England (BoE) dalam menetapkan kebijakan suku bunga.
BoE memiliki mandat untuk menjaga inflasi tahunan di sekitar target 2%. Ketika inflasi melebihi target tersebut, BoE cenderung menaikkan suku bunga guna menahan lonjakan harga. Kenaikan suku bunga biasanya akan mendorong nilai GBP karena investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi rendah atau mendekati deflasi, BoE dapat menurunkan suku bunga atau menerapkan pelonggaran kuantitatif, yang akan menekan nilai GBP.
Dalam praktiknya, data inflasi yang tinggi di Inggris sering kali menyebabkan lonjakan tajam dalam nilai GBP terhadap mata uang lain, termasuk JPY, karena pasar mengantisipasi pengetatan kebijakan moneter.
Karakteristik Inflasi di Jepang
Berbeda dengan Inggris, Jepang memiliki sejarah panjang inflasi yang sangat rendah, bahkan sering kali mengalami deflasi. Perekonomian Jepang menghadapi tantangan demografis berupa populasi yang menua, serta preferensi masyarakat untuk menabung ketimbang membelanjakan uang. Hal ini menyebabkan permintaan domestik tetap lemah, yang pada gilirannya menekan pertumbuhan harga.
Bank of Japan (BoJ) selama bertahun-tahun mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgar, termasuk suku bunga negatif dan pembelian aset besar-besaran untuk mencoba mendorong inflasi menuju target 2%. Namun, meskipun berbagai stimulus telah dilakukan, inflasi di Jepang tetap lemah dibandingkan dengan negara-negara G7 lainnya.
Salah satu dampak dari kebijakan ini adalah yen cenderung lemah terhadap mata uang lain, termasuk pound. Ketika inflasi di Jepang meningkat di atas ekspektasi, pasar sering kali bereaksi karena perubahan ini dianggap sebagai sinyal bahwa BoJ mungkin akan mulai mengurangi stimulus atau menaikkan suku bunga. Namun, reaksi ini biasanya bersifat terbatas karena pasar sudah terbiasa dengan kebijakan moneter longgar dari BoJ.
GBP/JPY: Siapa yang Lebih Dominan?
Dalam konteks pasangan GBP/JPY, dapat dikatakan bahwa inflasi Inggris cenderung memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pergerakan harga dibandingkan inflasi Jepang. Hal ini karena pasar lebih responsif terhadap perubahan kebijakan dari Bank of England, yang lebih agresif dalam menangani inflasi dibandingkan dengan Bank of Japan.
Sebagai contoh, jika CPI Inggris naik lebih tinggi dari perkiraan, pelaku pasar segera mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga BoE, yang biasanya diikuti oleh penguatan GBP. Efek ini lebih terasa karena pound adalah mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi dibanding yen. Maka, perbedaan suku bunga (interest rate differential) antara GBP dan JPY menjadi faktor pendorong utama dalam pergerakan pasangan ini.
Sebaliknya, jika inflasi Jepang meningkat, pasar biasanya masih ragu-ragu apakah BoJ akan mengubah sikap dovish-nya. Dalam banyak kasus, BoJ memilih untuk tetap berhati-hati bahkan ketika inflasi sedikit meningkat. Akibatnya, dampak inflasi Jepang terhadap penguatan yen biasanya tertunda atau tidak sekuat dampak data inflasi Inggris terhadap pound.
Studi Kasus: Reaksi Pasar Terhadap Inflasi
Untuk memperjelas pengaruh inflasi terhadap GBP/JPY, mari kita lihat beberapa studi kasus nyata.
Kasus 1: Inflasi Inggris Meningkat Tajam (2022)
Pada pertengahan tahun 2022, inflasi Inggris melonjak ke atas 9%, level tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Bank of England merespons dengan menaikkan suku bunga secara bertahap. Pasar segera bereaksi dengan memperkuat GBP secara signifikan, terutama terhadap JPY yang pada saat itu masih dalam tekanan karena kebijakan moneter ultra-longgar BoJ.
GBP/JPY melonjak dari kisaran 155 ke atas 165 hanya dalam beberapa minggu. Ini mencerminkan bagaimana data inflasi Inggris mampu mendorong ekspektasi pasar terhadap suku bunga dan memperkuat mata uang.
Kasus 2: Inflasi Jepang Meningkat Tipis (2023)
Pada awal 2023, Jepang mengalami peningkatan inflasi ke kisaran 3%. Meski secara historis ini adalah angka yang tinggi untuk Jepang, BoJ menyatakan akan tetap mempertahankan kebijakan longgar karena pertumbuhan ekonomi belum stabil. Reaksi pasar terhadap JPY sangat terbatas, dan GBP/JPY tetap kuat karena ekspektasi suku bunga BoE tetap lebih tinggi.
Dari dua kasus tersebut, terlihat bahwa inflasi Inggris menciptakan reaksi pasar yang lebih tajam terhadap GBP/JPY dibandingkan inflasi Jepang.
Faktor Tambahan: Sentimen Pasar dan Risiko Global
Meskipun inflasi merupakan faktor penting, GBP/JPY juga dipengaruhi oleh sentimen risiko global. Yen dikenal sebagai "safe haven currency", yaitu mata uang yang cenderung menguat ketika ketidakpastian global meningkat. Dalam kondisi seperti krisis geopolitik atau gejolak pasar saham, investor cenderung melarikan diri dari aset berisiko dan membeli yen, yang menyebabkan penguatan JPY.
Namun, dalam kondisi normal, perbedaan inflasi dan kebijakan suku bunga tetap menjadi penggerak utama. Oleh karena itu, pemahaman terhadap arah inflasi Inggris dan Jepang tetap menjadi strategi fundamental yang penting bagi trader GBP/JPY.
Strategi Trading GBP/JPY Berdasarkan Inflasi
Bagi trader forex, informasi inflasi dari Inggris dan Jepang harus menjadi perhatian utama dalam kalender ekonomi. Berikut beberapa tips strategi trading GBP/JPY berdasarkan data inflasi:
-
Perhatikan Data CPI Inggris: Rilis data CPI bulanan Inggris sangat berpengaruh. Jika data aktual jauh lebih tinggi dari perkiraan, ini bisa menjadi sinyal beli untuk GBP/JPY.
-
Bandingkan dengan Kebijakan BoJ: Jika inflasi Jepang naik, perhatikan apakah BoJ memberikan sinyal perubahan kebijakan. Jika tidak, dampaknya terhadap JPY kemungkinan kecil.
-
Gunakan Kalender Ekonomi dan Ekspektasi Pasar: Jangan hanya melihat data aktual, tapi bandingkan dengan ekspektasi analis. Pasar biasanya bereaksi terhadap kejutan data (data yang jauh dari perkiraan).
-
Kombinasikan dengan Analisis Teknikal: Gunakan indikator teknikal seperti RSI, MACD, dan support-resistance untuk mengonfirmasi arah tren setelah rilis data inflasi.
-
Manajemen Risiko: GBP/JPY terkenal volatil, jadi selalu gunakan stop loss dan tentukan ukuran lot yang sesuai dengan modal.
Kesimpulan
Dari analisis di atas, jelas bahwa inflasi Inggris memiliki dampak yang lebih besar terhadap pergerakan pasangan GBP/JPY dibandingkan inflasi Jepang. Hal ini disebabkan oleh perbedaan respons bank sentral masing-masing negara, di mana BoE lebih agresif dalam menangani inflasi, sedangkan BoJ tetap konservatif. Oleh karena itu, bagi trader GBP/JPY, fokus utama harus diberikan pada dinamika inflasi dan kebijakan moneter Inggris, meskipun data dari Jepang tetap penting sebagai pelengkap analisis.
Mengikuti perkembangan inflasi dan memahami reaksi pasar terhadapnya adalah bagian penting dari strategi trading yang sukses. Dengan menguasai faktor-faktor ini, trader dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan memaksimalkan peluang dari volatilitas GBP/JPY.
Apakah Anda ingin memahami lebih dalam bagaimana cara membaca data inflasi, memprediksi arah pasar GBP/JPY, dan menggabungkan analisis fundamental dengan teknikal secara efektif? Program edukasi trading dari Didimax dirancang khusus untuk Anda yang ingin belajar langsung dari para mentor profesional dan berpengalaman di dunia forex. Semua materi disusun secara sistematis dan aplikatif, cocok untuk pemula maupun trader berpengalaman.
Jangan lewatkan kesempatan untuk mengembangkan skill trading Anda bersama Didimax. Daftarkan diri Anda sekarang di www.didimax.co.id dan jadilah bagian dari komunitas trader yang aktif, suportif, dan selalu mendapatkan pembaruan informasi pasar terbaru secara real-time. Edukasi adalah investasi terbaik sebelum Anda masuk ke pasar!