
Kenapa Banyak Trader Rugi Saat News? Ini Kesalahan Umumnya!
Bagi banyak trader, momen rilis berita ekonomi besar seperti Non-Farm Payroll (NFP), FOMC Meeting, atau CPI AS adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu. Pasar bergerak cepat, volatilitas melonjak tinggi, dan peluang profit terlihat begitu besar. Namun, di balik peluang emas itu, tersembunyi kenyataan pahit: banyak trader justru rugi besar saat news.
Kenapa hal ini sering terjadi? Apakah karena faktor keberuntungan, sistem trading yang salah, atau karena pasar memang tidak bisa diprediksi?
Mari kita bahas satu per satu, dan pelajari kesalahan umum yang sering dilakukan trader saat menghadapi news — agar Anda tidak jatuh ke lubang yang sama.
1. Masuk Tanpa Rencana Jelas
Kesalahan paling umum adalah trading tanpa strategi yang matang. Banyak trader hanya melihat jadwal rilis berita, misalnya “NFP malam ini jam 19.30 WIB,” lalu langsung siap di depan layar tanpa tahu mau melakukan apa.
Mereka tidak punya rencana entry, tidak tahu di harga berapa akan masuk, tidak menyiapkan stop loss, bahkan tidak memperkirakan arah pergerakan berdasarkan konteks pasar. Akibatnya, keputusan diambil secara spontan saat harga bergerak cepat, hanya berdasarkan emosi.
Dalam kondisi volatil, harga bisa bergerak 50–100 pips dalam beberapa detik. Jika Anda tidak punya rencana yang jelas, Anda bisa masuk di puncak harga dan keluar di dasar kerugian.
Solusinya: sebelum news keluar, tentukan skenario. Misalnya:
-
Jika hasil news positif untuk USD, saya akan cari peluang buy di retracement.
-
Jika hasil negatif, saya akan tunggu konfirmasi sell setelah candle besar.
Dengan rencana seperti ini, Anda tidak lagi bertindak berdasarkan emosi, tetapi berdasarkan skenario yang sudah Anda persiapkan.
2. Terjebak FOMO (Fear of Missing Out)
FOMO adalah musuh terbesar trader saat news. Ketika harga tiba-tiba melonjak, banyak trader merasa “Sayang kalau tidak ikut!” Lalu mereka buru-buru masuk, berharap harga terus naik. Sayangnya, sering kali harga sudah di puncak dan bersiap untuk koreksi.
Contoh klasik terjadi pada rilis data inflasi. Misalnya, CPI AS dirilis jauh di atas ekspektasi, USD langsung melonjak tajam. Trader FOMO pun masuk buy di puncak, padahal pelaku besar sudah mulai profit-taking. Akibatnya, harga turun kembali, dan trader retail terjebak di posisi floating loss.
Ingat, pasar selalu bergerak lebih cepat daripada reaksi kita. Jika Anda masuk hanya karena takut tertinggal, besar kemungkinan Anda justru datang terlambat.
Cara mengatasinya:
-
Tentukan zona aman entry — misalnya tunggu retracement 30–50% dari lonjakan awal.
-
Gunakan pending order daripada entry manual saat panik.
-
Disiplin menunggu konfirmasi arah, jangan hanya ikut arus.
3. Tidak Memperhatikan Spread dan Likuiditas
Saat news besar dirilis, spread biasanya melebar drastis. Broker memperlebar jarak antara harga bid dan ask karena likuiditas menurun. Dalam kondisi ini, Anda bisa terkena slippage parah — harga eksekusi berbeda jauh dari harga yang Anda klik.
Bayangkan Anda memasang stop loss 30 pips, tapi karena lonjakan ekstrem, posisi Anda ditutup 60 pips lebih buruk dari rencana. Ini bukan kesalahan broker, melainkan konsekuensi alami dari volatilitas tinggi.
Banyak trader tidak menyadari hal ini dan langsung menyalahkan sistem. Padahal solusinya sederhana:
-
Gunakan akun dengan spread rendah dan eksekusi cepat.
-
Hindari entry detik-detik sebelum news rilis.
-
Gunakan lot kecil agar risiko tetap terkendali saat harga bergerak liar.
4. Overleverage – Ingin Kaya Seketika
Kesalahan klasik berikutnya adalah trading dengan leverage terlalu besar. Trader merasa momen news adalah “kesempatan langka” untuk menggandakan modal. Mereka membuka posisi besar dengan harapan harga bergerak sesuai arah prediksi.
Masalahnya, volatilitas news sangat tinggi — bahkan pergerakan 10 pips saja bisa memicu margin call jika leverage terlalu besar. Banyak trader bangkrut bukan karena analisis salah, tetapi karena posisi terlalu besar dibanding modalnya.
Ingatlah prinsip ini:
“Dalam news trading, yang penting bukan seberapa besar profitmu, tapi seberapa lama kamu bisa bertahan.”
Jika Anda ingin konsisten, batasi risiko maksimal 1–2% dari total modal per posisi, meski peluang terlihat sangat menjanjikan.
5. Salah Membaca Dampak News
Tidak semua berita ekonomi berdampak langsung pada pasar. Misalnya, data inflasi tinggi belum tentu langsung memperkuat mata uang — tergantung pada konteks kebijakan bank sentral. Banyak trader hanya fokus pada hasil angka, tanpa memahami interpretasi pasar terhadap data tersebut.
Contoh:
Jika inflasi AS naik, biasanya USD menguat. Tapi kalau pasar sudah lebih dulu mengantisipasi kenaikan itu, hasil data “tinggi” justru dianggap biasa saja — harga malah turun.
Artinya, bukan hanya angka yang penting, tapi juga ekspektasi pasar sebelum news keluar.
Trader sukses selalu membandingkan hasil aktual dengan forecast dan previous data, lalu menilai apakah perbedaan itu signifikan terhadap arah tren.
6. Tidak Siap Mental Menghadapi Volatilitas
News trading bukan hanya soal strategi teknikal, tapi juga kekuatan mental. Harga bisa bergerak ekstrem, naik-turun cepat, dan menimbulkan tekanan psikologis luar biasa.
Trader pemula sering panik ketika floating minus, lalu menutup posisi di waktu yang salah. Atau sebaliknya — terlalu serakah dan tidak menutup posisi saat sudah profit besar, hingga akhirnya pasar berbalik arah.
Untuk mengatasinya, kuncinya ada pada:
-
Disiplin dengan rencana trading.
-
Gunakan stop loss dan take profit otomatis.
-
Latihan di akun demo sebelum mencoba di akun real saat news besar.
Trading tanpa kesiapan mental ibarat berlayar di tengah badai tanpa kompas.
7. Tidak Punya Journal Trading
Banyak trader tidak pernah mencatat hasil trading mereka. Padahal, journal trading adalah alat refleksi paling berharga. Dengan mencatat setiap keputusan saat news — mulai dari waktu entry, alasan entry, hasilnya, hingga emosi yang dirasakan — Anda bisa belajar dari kesalahan dan memperbaiki strategi ke depan.
Tanpa jurnal, Anda akan terus mengulang kesalahan yang sama. Trader profesional tahu, evaluasi adalah kunci pertumbuhan.
Kesimpulan: Rugi Bukan Karena News, Tapi Karena Diri Sendiri
Banyak trader menyalahkan “news” sebagai penyebab kerugian, padahal masalah utamanya sering kali berasal dari dalam diri: kurang disiplin, serakah, atau tidak memahami mekanisme pasar.
News hanyalah katalis — yang mempercepat pergerakan harga. Jika Anda sudah memiliki sistem yang jelas, manajemen risiko kuat, dan mindset yang benar, volatilitas saat news justru bisa menjadi sumber peluang besar.
Jadi, bukan news yang berbahaya, tapi cara Anda menghadapinya.
Trading yang sukses tidak datang dari keberuntungan, melainkan dari pengetahuan, latihan, dan bimbingan yang benar. Jika Anda merasa sering rugi saat news karena bingung bagaimana membaca data ekonomi, mengatur posisi, atau mengendalikan emosi, kini saatnya Anda belajar dari mentor profesional.
Melalui program edukasi trading Didimax, Anda bisa mempelajari cara membaca news dengan benar, mengelola risiko saat volatilitas tinggi, hingga menyusun strategi entry dan exit yang disiplin. Didimax menyediakan kelas online, webinar, dan pendampingan langsung bagi trader di seluruh Indonesia.
Kunjungi www.didimax.co.id sekarang juga dan temukan cara cerdas untuk mengubah potensi loss menjadi peluang profit.
Jangan biarkan setiap rilis news membuat Anda gugup — dengan edukasi dan bimbingan dari Didimax, Anda bisa menghadapi setiap momen pasar dengan percaya diri dan strategi matang.