Krisis Global Meningkat: Aset Forex Mana yang Paling Dicari?
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia dihadapkan pada ketidakstabilan global yang terus meningkat. Mulai dari pandemi COVID-19, inflasi global, suku bunga tinggi, hingga konflik geopolitik seperti perang di Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah, semuanya menciptakan ketidakpastian yang luar biasa di pasar keuangan global. Para investor pun berlomba mencari perlindungan dengan memindahkan dana mereka ke aset-aset yang dianggap aman. Di tengah situasi ini, pasar forex menjadi salah satu medan utama dalam pergeseran alokasi aset. Pertanyaannya, di tengah krisis global yang meningkat, aset forex mana yang paling dicari oleh investor?
Safe Haven: Tujuan Utama Saat Ketidakpastian Melanda
Dalam dunia forex, istilah safe haven atau aset aman sering kali digunakan untuk menyebut mata uang yang dianggap stabil, likuid, dan mampu mempertahankan nilainya dalam kondisi pasar yang penuh tekanan. Mata uang seperti Dolar Amerika Serikat (USD), Yen Jepang (JPY), dan Franc Swiss (CHF) sudah sejak lama dikenal sebagai aset safe haven.
Namun, status safe haven bukanlah sesuatu yang bersifat statis. Ia bisa berubah tergantung pada kondisi ekonomi global, kebijakan moneter suatu negara, hingga respons pasar terhadap gejolak tertentu. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis lebih dalam bagaimana dinamika safe haven saat ini berjalan dan mata uang mana yang paling dicari saat krisis global meningkat.
USD: Raja di Tengah Badai

Dolar AS tetap menjadi magnet utama ketika badai ekonomi global datang. Sebagai mata uang cadangan dunia dan alat tukar utama dalam perdagangan internasional, USD memiliki posisi unik. Permintaan terhadap USD meningkat secara signifikan dalam kondisi krisis karena persepsi bahwa ekonomi AS, meskipun tidak sempurna, tetap memiliki fundamental yang relatif kuat dan sistem keuangan yang likuid.
Saat terjadi lonjakan risiko global, seperti perang atau kekacauan pasar modal, banyak investor institusi dan bank sentral global melakukan rebalancing portofolio mereka ke dalam bentuk USD. Ini menjelaskan mengapa indeks DXY (Dollar Index), yang mengukur kekuatan USD terhadap enam mata uang utama lainnya, sering kali menguat saat krisis terjadi.
Namun, ketergantungan berlebihan terhadap USD juga menghadirkan risiko tersendiri. Kebijakan Federal Reserve yang agresif dalam menaikkan suku bunga bisa menyebabkan tekanan pada ekonomi global, terutama negara berkembang yang memiliki utang dalam USD.
JPY: Stabilitas dari Timur

Yen Jepang adalah contoh lain dari mata uang yang dianggap aman. Meski Jepang memiliki tingkat utang publik yang tinggi, negara ini dikenal dengan stabilitas politik dan ekonominya, serta cadangan devisa yang besar. Investor sering kali mengalihkan dana ke dalam JPY saat terjadi gejolak karena Jepang memiliki hubungan yang relatif netral terhadap konflik internasional dan struktur ekonomi domestiknya yang kuat.
Satu hal yang membuat JPY unik adalah korelasinya negatif terhadap pasar saham global. Ketika pasar saham global jatuh, JPY sering kali menguat. Ini menjadikannya pilihan yang menarik bagi investor yang ingin melakukan diversifikasi dan lindung nilai (hedging).
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, JPY mengalami pelemahan signifikan akibat kebijakan suku bunga ultra rendah dari Bank of Japan (BoJ). Hal ini membuat sebagian investor mempertanyakan efektivitas Yen sebagai safe haven jangka panjang.
CHF: Franc Swiss dan Netralitasnya

Franc Swiss, dengan reputasinya sebagai simbol stabilitas Eropa, juga menjadi incaran investor saat krisis. Swiss dikenal dengan sistem politiknya yang netral, stabilitas hukum, dan kebijakan moneter yang hati-hati. Selain itu, negara ini juga memiliki sektor keuangan yang maju, menjadikan CHF sebagai tempat aman untuk menyimpan nilai kekayaan.
Dalam situasi geopolitik yang melibatkan kawasan Eropa, CHF sering kali menjadi alternatif yang lebih aman dibandingkan Euro. Hal ini terlihat selama krisis utang Eropa, di mana CHF melonjak drastis karena permintaan tinggi dari investor yang khawatir terhadap masa depan zona euro.
Akan tetapi, Swiss National Bank (SNB) sering melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk mencegah apresiasi CHF yang terlalu tajam. Ini menjadi salah satu risiko bagi trader yang ingin memanfaatkan CHF sebagai aset safe haven.
Emas dan Forex: Kombinasi Strategis

Meskipun emas bukan mata uang, banyak trader forex mengkombinasikan perdagangan emas dengan pasangan mata uang tertentu untuk mendapatkan perlindungan ganda. Emas dikenal sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Korelasi antara emas dan mata uang tertentu, seperti AUD dan USD, juga sering dimanfaatkan dalam strategi trading.
Ketika USD menguat, biasanya harga emas cenderung turun, dan sebaliknya. Trader yang memahami dinamika ini bisa membuat strategi dua arah untuk merespons pergerakan pasar selama krisis.
Emerging Market Currencies: Peluang atau Ancaman?
Di sisi lain spektrum, mata uang negara berkembang sering kali menjadi korban utama dalam krisis global. Lira Turki, Peso Argentina, atau bahkan Rupiah Indonesia dapat mengalami tekanan hebat saat arus modal keluar dari pasar negara berkembang ke arah aset-aset safe haven.
Namun, bagi trader berpengalaman, volatilitas tinggi ini justru bisa menjadi peluang untuk meraih keuntungan cepat. Dengan strategi manajemen risiko yang ketat, beberapa trader memanfaatkan pergerakan ekstrem di mata uang negara berkembang untuk trading jangka pendek.
Tetap saja, risiko dari fluktuasi tinggi dan intervensi pemerintah membuat mata uang negara berkembang bukan pilihan utama untuk perlindungan nilai.
Dinamika dan Strategi Trader Saat Ini
Dengan meningkatnya krisis global, pola perilaku trader forex juga berubah. Mereka kini lebih selektif dalam memilih pasangan mata uang, lebih sering menggunakan strategi hedging, serta cenderung menyimpan posisi dalam aset safe haven lebih lama dari biasanya.
Banyak trader beralih dari gaya scalping atau intraday ke swing trading yang lebih defensif. Fokus utama mereka bukan hanya pada profit semata, tetapi juga pada perlindungan modal (capital preservation). Hal ini sejalan dengan prinsip utama saat pasar bergejolak: bertahan lebih penting daripada menyerang.
Platform trading pun kini lebih sering menawarkan fitur-fitur analitik mendalam, indikator sentimen pasar, dan akses berita real-time yang membantu trader dalam mengambil keputusan berdasarkan data terkini.
Dalam ketidakpastian global yang kian tajam, trader perlu memiliki wawasan yang luas dan pendekatan yang strategis untuk melindungi modal mereka. Memahami karakteristik masing-masing mata uang safe haven dan bagaimana mereka merespons dinamika geopolitik serta ekonomi global menjadi kunci keberhasilan dalam trading forex saat ini.
Didimax hadir sebagai partner edukasi yang siap membimbing Anda menghadapi gejolak pasar forex dengan strategi yang matang. Melalui program edukasi yang lengkap, mulai dari pemula hingga mahir, Anda bisa memahami analisis teknikal, fundamental, serta manajemen risiko secara mendalam. Jangan hadapi pasar sendirian — bergabunglah bersama komunitas trader Didimax dan pelajari langsung dari mentor berpengalaman.
Kunjungi www.didimax.co.id sekarang juga dan mulailah perjalanan trading Anda dengan pengetahuan yang benar. Dalam dunia yang tak pasti, edukasi adalah fondasi paling kuat untuk bertahan dan berkembang.