Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Mata Uang Safe Haven Menguat Akibat Konflik Israel dan Iran

Mata Uang Safe Haven Menguat Akibat Konflik Israel dan Iran

by rizki

Mata Uang Safe Haven Menguat Akibat Konflik Israel dan Iran

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali menjadi sorotan dunia setelah konflik antara Israel dan Iran meningkat drastis dalam beberapa bulan terakhir. Ketegangan ini bukan hanya berdampak pada sektor keamanan global, tetapi juga memiliki imbas besar terhadap perekonomian dunia, terutama di pasar keuangan internasional seperti pasar valuta asing (forex). Salah satu fenomena yang mencuat dari ketegangan ini adalah penguatan mata uang-mata uang safe haven, seperti dolar AS (USD), franc Swiss (CHF), dan yen Jepang (JPY). Dalam kondisi penuh ketidakpastian, para investor cenderung mengalihkan aset mereka ke instrumen yang dianggap lebih aman, dan mata uang safe haven menjadi pilihan utama.

Memahami Konsep Safe Haven dalam Forex

Istilah "safe haven" dalam dunia keuangan merujuk pada aset atau instrumen yang cenderung mempertahankan atau bahkan meningkatkan nilainya saat terjadi ketidakstabilan ekonomi atau geopolitik. Dalam konteks pasar forex, mata uang safe haven adalah jenis mata uang yang permintaannya meningkat ketika ketidakpastian global membayangi pasar. Tiga mata uang yang secara tradisional dianggap sebagai safe haven adalah dolar AS, yen Jepang, dan franc Swiss. Ketiga mata uang ini memiliki karakteristik yang membuatnya menarik di tengah krisis: stabilitas ekonomi negara asal, likuiditas tinggi, dan cadangan devisa yang besar.

Konflik Israel-Iran: Latar Belakang Singkat

Konflik antara Israel dan Iran merupakan konflik yang kompleks dan telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan akar yang mencakup isu agama, politik, dan perebutan pengaruh di kawasan Timur Tengah. Namun, dalam tahun-tahun terakhir, ketegangan ini meningkat dengan adanya serangan udara, serangan siber, dan konflik proksi di berbagai negara seperti Suriah, Lebanon, dan Yaman. Iran, yang mendukung kelompok-kelompok militan seperti Hizbullah dan Hamas, sering kali berhadapan secara tidak langsung dengan Israel, yang berusaha mempertahankan supremasi militernya di kawasan. Ketegangan yang meningkat pada 2024 hingga pertengahan 2025 ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik bisa meluas menjadi perang regional terbuka.

Dampak Langsung terhadap Pasar Forex

Konflik yang meningkat menciptakan ketidakpastian global, dan pasar finansial bereaksi cepat terhadap hal tersebut. Para investor internasional segera mencari aset yang lebih aman untuk melindungi nilai kekayaan mereka dari volatilitas. Mata uang safe haven langsung mengalami lonjakan permintaan, yang mendorong nilai tukarnya naik terhadap mata uang berisiko seperti euro (EUR), poundsterling (GBP), maupun mata uang negara berkembang (emerging markets) seperti rupiah (IDR), lira Turki (TRY), atau peso Meksiko (MXN).

Misalnya, dalam beberapa pekan setelah meningkatnya ketegangan Israel-Iran, USD/IDR mengalami penguatan dolar hingga mencapai titik tertinggi dalam satu tahun terakhir. Begitu pula dengan USD/TRY dan USD/ZAR. Investor global memindahkan dananya dari pasar negara berkembang dan instrumen berisiko seperti saham dan kripto, menuju obligasi pemerintah AS dan mata uang safe haven.

Performa Dolar AS: Raja Safe Haven

Dolar AS tetap menjadi mata uang safe haven yang paling dominan. Hal ini tidak terlepas dari peran Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar dunia, pasar finansialnya yang sangat likuid, serta stabilitas politik dan hukum. Ketika terjadi konflik atau ketidakpastian, investor lebih percaya untuk menyimpan dananya dalam bentuk dolar AS. Selain itu, permintaan akan dolar juga meningkat karena kebutuhan perdagangan internasional yang masih sangat bergantung pada mata uang ini.

Selain digunakan untuk menyimpan kekayaan, dolar juga digunakan untuk keperluan lindung nilai (hedging). Banyak perusahaan multinasional dan institusi keuangan besar yang menambah eksposur mereka terhadap dolar dalam upaya mengurangi risiko dari fluktuasi mata uang lainnya.

Yen Jepang dan Franc Swiss: Alternatif Safe Haven yang Kuat

Yen Jepang dan franc Swiss juga menikmati penguatan selama ketegangan meningkat. Jepang memiliki sejarah panjang sebagai negara dengan inflasi rendah dan surplus neraca perdagangan, membuat yen dianggap aman dalam kondisi krisis. Di sisi lain, franc Swiss menjadi pilihan menarik karena kestabilan politik dan ekonomi Swiss, serta sistem perbankan yang sangat konservatif dan terpercaya.

Namun, berbeda dengan dolar AS yang menguat karena peningkatan permintaan dan ekspektasi suku bunga tinggi dari Federal Reserve, penguatan yen dan franc lebih didorong oleh repatriasi aset dan aksi defensif investor institusional dari negara asalnya. Kedua mata uang ini juga cenderung menguat saat terjadi "risk-off sentiment" atau penghindaran risiko di pasar global.

Dampak Terhadap Negara Berkembang

Bagi negara berkembang seperti Indonesia, penguatan mata uang safe haven bisa memberikan tekanan ganda. Pertama, nilai tukar rupiah bisa melemah secara signifikan, meningkatkan biaya impor dan beban utang luar negeri yang sebagian besar dalam denominasi dolar. Kedua, capital outflow atau aliran modal keluar bisa semakin deras karena investor asing menarik dananya dari pasar domestik untuk dipindahkan ke instrumen yang lebih aman.

Akibatnya, bank sentral di negara berkembang kerap kali harus melakukan intervensi di pasar valuta asing atau menaikkan suku bunga untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar. Kebijakan ini bisa menghambat pertumbuhan ekonomi domestik dalam jangka pendek.

Peluang dan Risiko untuk Trader Forex

Bagi trader forex, kondisi seperti ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan. Volatilitas pasar yang tinggi membuka peluang untuk mendapatkan keuntungan lebih besar, terutama bagi trader yang mampu membaca arah pergerakan pasar dengan cepat. Namun, risiko kerugian juga meningkat secara signifikan apabila strategi yang digunakan tidak tepat atau kurang disiplin dalam pengelolaan risiko.

Pasangan mata uang seperti USD/JPY, USD/CHF, dan XAU/USD (emas vs dolar) sering kali menjadi fokus utama saat terjadi krisis geopolitik. Selain itu, trader juga perlu memperhatikan rilis berita penting, kebijakan suku bunga bank sentral, dan sentimen pasar global untuk menyesuaikan posisi trading mereka secara real-time.

Prospek ke Depan: Tetap Waspada

Konflik antara Israel dan Iran belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Selama konflik ini masih berlangsung, maka kecenderungan penguatan mata uang safe haven akan terus berlanjut. Namun, trader dan investor juga perlu mewaspadai potensi perubahan arah yang cepat apabila muncul kesepakatan damai atau intervensi diplomatik dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, atau Tiongkok.

Kebijakan bank sentral seperti Federal Reserve dan Bank of Japan juga harus terus dipantau karena bisa mengubah dinamika pasar secara signifikan. Misalnya, apabila The Fed mulai menurunkan suku bunga karena tekanan ekonomi domestik, maka penguatan dolar bisa tertahan meskipun ketegangan geopolitik masih tinggi.


Jika Anda merasa kesulitan mengikuti dinamika pasar forex yang berubah cepat, tidak ada salahnya untuk memperdalam pengetahuan Anda bersama para profesional. Didimax menyediakan program edukasi trading yang dirancang untuk membantu Anda memahami analisa fundamental dan teknikal, serta cara mengelola risiko dengan bijak dalam kondisi pasar yang penuh tantangan seperti sekarang.

Bergabunglah bersama Didimax di www.didimax.co.id dan pelajari bagaimana strategi trading yang efektif bisa membantu Anda meraih peluang di tengah krisis global. Dengan bimbingan dari mentor berpengalaman dan fasilitas edukasi gratis, Anda bisa membangun kepercayaan diri dalam mengambil keputusan trading yang tepat.