Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Mengapa Bank Sentral Bisa Menggunakan QE Saat Suku Bunga Sudah Rendah?

Mengapa Bank Sentral Bisa Menggunakan QE Saat Suku Bunga Sudah Rendah?

by Rizka

Mengapa Bank Sentral Bisa Menggunakan QE Saat Suku Bunga Sudah Rendah?

Dalam dunia ekonomi global, kebijakan moneter adalah alat yang sangat penting dalam mengendalikan inflasi, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan menjaga stabilitas pasar. Salah satu kebijakan moneter yang sering digunakan oleh bank sentral adalah kebijakan pelonggaran kuantitatif (Quantitative Easing atau QE). Namun, banyak yang bertanya-tanya, mengapa bank sentral masih memilih untuk menggunakan QE ketika suku bunga sudah berada di tingkat yang sangat rendah? Untuk memahami hal ini, kita perlu menggali lebih dalam mengenai kebijakan QE, kondisi ekonomi yang memicu penggunaannya, serta dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Apa Itu Quantitative Easing (QE)?

QE adalah kebijakan moneter non-konvensional yang digunakan oleh bank sentral untuk merangsang perekonomian dengan meningkatkan jumlah uang beredar di pasar. Secara sederhana, dalam kebijakan QE, bank sentral membeli surat utang pemerintah atau aset keuangan lainnya dari bank komersial dan lembaga keuangan lainnya. Dengan cara ini, QE bertujuan untuk menurunkan tingkat bunga jangka panjang, memperbanyak likuiditas di pasar, dan mendorong sektor swasta untuk berinvestasi dan mengkonsumsi lebih banyak.

Namun, QE berbeda dengan kebijakan suku bunga rendah. Ketika bank sentral menurunkan suku bunga, tujuannya adalah untuk mendorong sektor perbankan untuk meminjamkan uang kepada konsumen dan perusahaan dengan biaya yang lebih murah. Namun, ketika suku bunga sudah sangat rendah, ada batasan pada efektivitas kebijakan tersebut, sehingga bank sentral sering kali beralih menggunakan QE untuk memberikan stimulus tambahan.

Kapan dan Mengapa QE Digunakan?

QE biasanya digunakan ketika ekonomi mengalami krisis atau resesi yang mendalam dan ketika suku bunga sudah berada di tingkat yang sangat rendah atau bahkan mendekati nol. Misalnya, pada krisis finansial global 2008, banyak negara menghadapi penurunan tajam dalam pertumbuhan ekonomi, meningkatnya pengangguran, dan ketidakstabilan pasar keuangan. Dalam situasi seperti ini, menurunkan suku bunga lebih lanjut tidak akan memberikan dampak yang signifikan karena sudah berada pada batas bawah.

Inilah mengapa bank sentral beralih ke QE. Dengan membeli aset-aset keuangan seperti obligasi pemerintah, bank sentral dapat meningkatkan jumlah uang yang tersedia di pasar. Ini menambah likuiditas, yang diharapkan dapat menurunkan suku bunga jangka panjang dan mendorong lebih banyak pinjaman dan investasi dari sektor swasta. QE juga meningkatkan harga aset, seperti saham dan obligasi, yang dapat menciptakan efek kekayaan bagi rumah tangga dan perusahaan, mendorong mereka untuk membelanjakan lebih banyak.

Mengapa QE Masih Diperlukan Saat Suku Bunga Sudah Rendah?

Ada beberapa alasan mengapa bank sentral memilih untuk menggunakan QE meskipun suku bunga sudah sangat rendah. Berikut adalah beberapa alasan utama:

  1. Suku Bunga Tidak Bisa Ditekan Lebih Lanjut
    Ketika suku bunga telah mencapai tingkat yang sangat rendah, sering kali mendekati nol (dikenal sebagai batas bawah nol atau "zero lower bound"), bank sentral tidak dapat lagi menurunkan suku bunga untuk mendorong ekonomi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa bank komersial dan individu tidak akan terdorong untuk meminjam lebih banyak uang jika suku bunga sudah sangat rendah, karena biaya pinjaman sudah sangat murah dan tidak ada lagi insentif untuk melakukan pinjaman. Di sinilah QE berperan, dengan cara lain untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar di perekonomian.

  2. Meningkatkan Likuiditas di Pasar
    Salah satu tujuan utama QE adalah untuk meningkatkan likuiditas di pasar keuangan. Dengan membeli aset, terutama obligasi pemerintah, bank sentral memberikan uang tunai ke bank komersial dan lembaga keuangan lainnya. Ini membantu menjaga likuiditas yang cukup di sistem keuangan, mencegah pembekuan kredit yang bisa membahayakan ekonomi. Meskipun suku bunga rendah sudah membuat pinjaman lebih terjangkau, QE menambahkan lapisan likuiditas yang dapat membantu menjaga kestabilan pasar.

  3. Mendorong Investasi dan Pengeluaran
    QE dapat menurunkan tingkat bunga jangka panjang, yang pada gilirannya dapat mendorong perusahaan dan konsumen untuk berinvestasi lebih banyak. Sebagai contoh, ketika suku bunga jangka panjang turun, perusahaan mungkin lebih tertarik untuk melakukan investasi dalam proyek baru, membeli peralatan, atau memperluas kapasitas produksi mereka. Di sisi lain, individu mungkin lebih cenderung untuk membeli rumah atau kendaraan ketika suku bunga jangka panjang menurun. Ini pada akhirnya dapat merangsang permintaan dan mendorong pemulihan ekonomi.

  4. Meningkatkan Harga Aset
    Dengan membeli obligasi dan aset lainnya, QE dapat meningkatkan harga aset tersebut. Hal ini terjadi karena ketika bank sentral membeli aset dalam jumlah besar, permintaan terhadap aset tersebut meningkat, yang menyebabkan harga naik. Ketika harga aset seperti saham dan properti naik, rumah tangga dan perusahaan merasa lebih kaya, dan mereka cenderung menghabiskan lebih banyak uang. Efek kekayaan ini dapat menjadi pendorong tambahan untuk pertumbuhan ekonomi, terutama ketika sektor konsumsi dan investasi pribadi terhambat.

  5. Mengurangi Risiko Deflasi
    Salah satu risiko besar yang dihadapi oleh ekonomi yang mengalami resesi adalah deflasi—penurunan harga barang dan jasa secara terus-menerus. Deflasi dapat memperburuk resesi karena mendorong konsumen dan perusahaan untuk menunda pengeluaran dan investasi. QE berfungsi untuk mengurangi risiko deflasi dengan menambah jumlah uang beredar dan memacu inflasi. Bank sentral biasanya memiliki target inflasi tertentu, dan QE digunakan untuk mendorong inflasi kembali ke tingkat yang diinginkan, yang umumnya sekitar 2%.

Dampak dari QE

Meskipun QE memiliki banyak manfaat potensial dalam merangsang ekonomi, kebijakan ini juga tidak bebas dari risiko dan dampak sampingan. Salah satu kekhawatiran utama adalah bahwa QE dapat menyebabkan ketimpangan kekayaan. Ketika harga aset seperti saham dan properti meningkat, orang-orang yang sudah memiliki aset tersebut mendapatkan keuntungan, sementara mereka yang tidak memiliki aset cenderung tidak merasakan manfaatnya. Hal ini dapat memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi.

Selain itu, QE dapat meningkatkan utang publik karena pemerintah sering kali harus menjual obligasi untuk membiayai program stimulus. Jika QE dilakukan secara berlebihan, hal ini dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, meskipun QE dapat efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, bank sentral harus berhati-hati dalam penggunaannya dan memantau dampak jangka panjangnya terhadap perekonomian.

Kesimpulan

QE adalah kebijakan moneter yang digunakan oleh bank sentral ketika suku bunga sudah sangat rendah dan tidak dapat lagi menurunkan biaya pinjaman lebih jauh. QE bertujuan untuk meningkatkan likuiditas di pasar, mendorong investasi, dan menghindari deflasi. Meskipun efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, QE juga membawa risiko, seperti meningkatkan ketimpangan kekayaan dan utang publik. Oleh karena itu, QE harus digunakan dengan hati-hati dan diimbangi dengan kebijakan lainnya untuk memastikan dampak positif bagi perekonomian secara keseluruhan.

Jika Anda tertarik untuk lebih memahami dunia trading dan bagaimana strategi yang tepat dapat mengubah hasil investasi Anda, bergabunglah dengan program edukasi trading yang kami tawarkan di www.didimax.co.id. Di sana, Anda bisa belajar langsung dari para ahli dengan materi yang mudah dipahami, cocok untuk pemula maupun trader berpengalaman.

Jangan lewatkan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan trading Anda. Ikuti program edukasi trading di www.didimax.co.id sekarang juga, dan mulailah perjalanan Anda menuju kesuksesan di dunia forex dengan pembelajaran yang terpercaya dan profesional.