Mengapa Banyak Trader Memilih Berhenti Saat Bank Holiday
Dalam dunia trading, ada satu momen yang sering menimbulkan dilema besar: bank holiday.
Di kalender, hari ini mungkin tampak biasa — hanya libur nasional di beberapa negara besar. Namun bagi trader berpengalaman, bank holiday bukan hanya soal libur. Ia adalah sinyal untuk menurunkan tempo, menutup platform trading, dan fokus pada manajemen risiko.
Pertanyaan besarnya:
mengapa banyak trader justru memilih berhenti saat bank holiday, padahal market masih “terlihat” buka?
Jawabannya tidak sesederhana “takut rugi”. Ada kombinasi faktor teknis, psikologis, dan manajemen modal yang membuat keputusan berhenti menjadi langkah yang jauh lebih bijak.
Mari kita kupas pelan-pelan.
1. Likuiditas Menurun: Market Bergerak, Tapi Tidak “Sehat”
Pada hari biasa, pasar forex dan indeks didukung oleh jutaan transaksi:
-
Bank besar
-
institusi keuangan
-
hedge fund
-
perusahaan multinasional
-
pelaku ritel
Namun saat bank holiday — terutama di negara finansial utama seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, atau zona Eropa — liquiditas langsung turun drastis.
Yang terjadi:
✔ order besar jarang masuk
✔ pergerakan jadi “tipis”
✔ candlestick tampak bergerak, tapi seringkali tanpa arah jelas
Akibatnya:
-
harga mudah “didorong” oleh pelaku besar
-
false breakout lebih sering terjadi
-
sinyal teknikal menjadi tidak valid
Trader pemula biasanya berpikir:
“Market tetap jalan, berarti peluang tetap ada.”
Trader berpengalaman justru berpikir sebaliknya:
“Jika pemain utama absen, kualitas market menurun. Lebih baik tunggu.”
2. Spread Melebar & Biaya Trading Naik Diam-diam
Broker tidak akan menutup platform saat bank holiday.
Namun mereka menyesuaikan kondisi.
Salah satu dampak paling terasa adalah:
spread melebar
Misalnya, pada hari normal:
-
EURUSD spread 1–2 pips
-
GBPUSD spread 2–3 pips
Saat bank holiday:
Artinya:
❌ lebih sulit profit
❌ take profit kecil habis dimakan spread
❌ scalper jadi sangat berisiko
Trader yang memaksa masuk pasar pada kondisi seperti ini sering merasa:
“Kenapa market terasa berat sekali?”
Padahal bukan marketnya yang salah — biaya trading yang meningkat membuat strategi mereka tidak lagi efektif.
3. Volatilitas Tidak Stabil: Kadang Diam, Kadang Meledak
Bank holiday sering menciptakan dua kondisi ekstrem:
1️⃣ Market sangat sepi — sideway panjang
2️⃣ Market tiba-tiba meledak tanpa alasan logis
Karena:
-
tidak ada data ekonomi besar rilis
-
pelaku pasar besar tidak aktif
-
pelaku kecil bisa menggerakkan harga sesaat
Ini membuat:
-
support/resistance sering tertembus palsu
-
indikator lagging semakin tertinggal
-
stop loss mudah tersentuh lalu harga berbalik
Trader profesional memahami:
“Bukan banyaknya peluang yang penting, tapi kualitasnya.”
Daripada berjudi di pasar yang tidak stabil, mereka memilih mengamankan modal.
4. Strategi Tidak Bekerja Seperti Biasanya
Strategi trading dirancang berdasarkan kondisi pasar normal:
Begitu salah satu faktor hilang, performanya berubah total.
Contohnya:
-
breakout system → jadi penuh fake breakout
-
trend following → market malah datar
-
scalping → spread menghancurkan profit
-
news trading → tidak ada katalis kuat
Trader berpengalaman tidak akan memaksakan strategi.
Mereka tahu:
disiplin bukan hanya soal masuk sesuai setup, tapi juga tahu kapan TIDAK trading.
5. Faktor Psikologis: Libur Artinya Saatnya Reset
Trading bukan hanya soal analisis.
Ia melelahkan:
Bank holiday memberi momen langka:
✔ evaluasi jurnal trading
✔ memperbaiki strategi
✔ membaca market outlook
✔ recharge mental
Banyak trader profesional memanfaatkan hari ini untuk:
Sementara trader yang memaksa trading saat bank holiday sering terjebak:
overtrading → loss → balas dendam → makin loss.
Dan dari sinilah muncul kesadaran:
kadang, keputusan terbaik dalam trading adalah tidak melakukan apa-apa.
6. Prinsip Utama: Trading Itu Maraton, Bukan Sprint
Tujuan utama trader bukan mencari profit besar dalam satu hari.
Tujuan utama adalah:
BERTAHAN SELAMA MUNGKIN DI MARKET.
Dengan bertahan:
Trader yang sabar memilih berhenti saat kondisi tidak ideal biasanya:
✔ lebih lama bertahan
✔ lebih tenang
✔ lebih stabil hasilnya
Sementara trader yang memaksa entry di hari libur bank:
❌ mudah kena slip
❌ sering rugi kecil tapi terus-menerus
❌ kehabisan modal tanpa sadar
Dan pada akhirnya mereka berkata:
“Seandainya saja kemarin saya tidak trading…”
Jadi, Haruskah Kita Selalu Berhenti Saat Bank Holiday?
Jawabannya:
➡ bukan berarti selalu wajib stop total
➡ namun lebih bijak mengurangi aktivitas, atau trading dengan sangat selektif
Jika tetap ingin trading:
-
gunakan lot kecil
-
hindari scalping
-
hindari news trading
-
perhatikan spread
-
target profit realistis
Tetapi jika masih ragu?
Lebih baik berhenti.
Karena dalam trading:
modal yang terselamatkan hari ini, adalah peluang profit yang lebih besar besok.
Di titik ini, jika kamu merasa perlu bimbingan — bukan hanya soal bank holiday, tapi juga cara membangun trading plan, membaca market, dan mengelola risiko — belajar bersama mentor akan jauh mempercepat proses.
Jika kamu ingin mendapatkan edukasi trading yang terstruktur, bimbingan langsung, materi mudah dipahami, serta pendampingan untuk membangun kebiasaan trading yang sehat, kamu bisa mengikuti program edukasi trading di website www.didimax.co.id. Program ini dirancang agar trader — baik pemula maupun yang sudah pernah trading — memahami pasar dengan lebih matang, bukan sekadar ikut-ikutan sinyal.
Bergabung dalam komunitas edukasi membuatmu tidak sendirian, punya tempat bertanya, dan memiliki kerangka belajar yang jelas. Kunjungi www.didimax.co.id, pelajari programnya, dan mulai perjalanan tradingmu dengan pondasi yang kuat, disiplin, serta manajemen risiko yang benar. Modal bisa dicari — tapi ilmu dan kebiasaan yang tepat akan menentukan apakah kamu bisa bertahan lama di market atau tidak.