Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Mengapa BTC Sering Bergerak Terbalik dengan DXY (US Dollar Index)

Mengapa BTC Sering Bergerak Terbalik dengan DXY (US Dollar Index)

by Iqbal

Bitcoin (BTC) dan DXY (US Dollar Index) merupakan dua instrumen yang sering menjadi perbincangan utama di dunia keuangan global. BTC adalah mata uang digital terdesentralisasi pertama yang hadir sebagai alternatif dari sistem keuangan tradisional, sedangkan DXY adalah indeks yang mengukur kekuatan dolar Amerika Serikat terhadap enam mata uang utama dunia: Euro (EUR), Yen Jepang (JPY), Poundsterling Inggris (GBP), Dolar Kanada (CAD), Krona Swedia (SEK), dan Franc Swiss (CHF).

Yang menarik, banyak trader dan analis pasar mengamati bahwa BTC dan DXY sering bergerak dalam arah yang berlawanan — atau biasa disebut dengan istilah negatively correlated. Ketika nilai DXY naik, BTC cenderung turun, dan sebaliknya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Artikel ini akan mengupas tuntas dinamika hubungan antara Bitcoin dan DXY, serta apa artinya bagi para trader dan investor.

Memahami Peran DXY dalam Ekonomi Global

DXY berfungsi sebagai barometer kekuatan dolar AS. Jika DXY naik, itu berarti dolar AS menguat terhadap mata uang utama dunia lainnya. Penguatan dolar biasanya terjadi ketika investor global mencari safe haven, terutama saat terjadi ketidakpastian ekonomi atau krisis global.

Sebagai contoh, saat pandemi COVID-19 mulai menyebar pada awal 2020, terjadi kekacauan di pasar global. Investor berbondong-bondong mencari keamanan, dan dolar AS menjadi salah satu tempat pelarian utama. Akibatnya, DXY melonjak tajam, sementara aset-aset berisiko seperti saham dan kripto justru mengalami tekanan jual.

Bitcoin Sebagai Aset Risiko dan Alternatif

Di sisi lain, Bitcoin sering dipandang sebagai aset spekulatif atau risk-on asset. Artinya, investor cenderung membeli Bitcoin saat mereka optimis terhadap ekonomi dan pasar keuangan, bukan saat mereka khawatir atau takut. Ini sangat berbeda dengan dolar AS, yang dianggap safe haven.

Namun, pandangan ini mulai sedikit berubah dalam beberapa tahun terakhir. Seiring dengan meningkatnya adopsi institusional, Bitcoin mulai dianggap sebagai penyimpan nilai (store of value), mirip dengan emas. Meski begitu, volatilitas BTC masih tergolong tinggi, dan persepsi pasar terhadapnya masih banyak dipengaruhi oleh sentimen risiko.

Korelasi Negatif BTC dan DXY: Alasan Utama

Ada beberapa alasan mengapa BTC dan DXY cenderung bergerak berlawanan arah:

1. Pengaruh Likuiditas dan Suku Bunga

Ketika DXY menguat, itu sering disebabkan oleh kebijakan moneter ketat dari Federal Reserve, seperti kenaikan suku bunga. Kebijakan ini membuat dolar AS menjadi lebih menarik karena imbal hasilnya meningkat. Sebagai konsekuensinya, investor menjual aset berisiko (termasuk BTC) untuk memegang dolar.

Sebaliknya, ketika The Fed menurunkan suku bunga atau melakukan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing), nilai dolar menurun dan likuiditas meningkat. Dalam kondisi ini, investor mencari aset lain yang berpotensi memberikan imbal hasil lebih tinggi, termasuk BTC. Maka dari itu, BTC cenderung naik saat DXY turun.

2. Persepsi Inflasi dan Lindung Nilai (Hedge)

Bitcoin sering dipromosikan sebagai “emas digital” — aset yang bisa digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Saat dolar melemah dan daya beli masyarakat menurun, banyak investor mencari alternatif untuk menjaga nilai kekayaan mereka. BTC pun menjadi salah satu pilihan.

Namun, saat inflasi tinggi direspons dengan kebijakan pengetatan dari bank sentral, DXY akan menguat. Dalam kondisi ini, investor cenderung menjual aset-aset berisiko untuk kembali ke dolar. Hasilnya, harga BTC bisa turun ketika DXY naik.

3. Spekulasi dan Sentimen Pasar

Pasar kripto sangat dipengaruhi oleh sentimen. Ketika berita negatif muncul, seperti pelarangan kripto di suatu negara atau potensi regulasi ketat, BTC bisa jatuh tajam. Sementara itu, saat sentimen global memburuk, DXY justru sering menguat.

Korelasi negatif ini diperkuat oleh perilaku investor yang memindahkan dana mereka dari aset spekulatif ke aset yang lebih stabil. Jadi, pergerakan DXY tidak hanya mencerminkan kekuatan dolar, tapi juga menunjukkan bagaimana pelaku pasar memandang risiko secara keseluruhan.

Studi Kasus: BTC vs DXY dalam Beberapa Periode

2020 – Awal Pandemi COVID-19

Pada awal pandemi, DXY sempat melonjak karena ketakutan global. BTC, yang kala itu masih dianggap aset spekulatif, langsung anjlok. Namun, saat stimulus fiskal dan moneter mulai digelontorkan di berbagai negara, DXY melemah dan BTC kembali menguat — bahkan mencetak rekor baru di akhir 2020.

2021 – Tahun Euforia

Di sepanjang 2021, DXY cenderung menurun, sementara BTC mencatatkan beberapa all-time high. Banyak investor retail dan institusional masuk ke pasar kripto, didorong oleh narasi bahwa BTC adalah lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan dolar.

2022 – Tahun Pengetatan

Tahun 2022 menjadi titik balik. Dengan inflasi yang meroket, The Fed menaikkan suku bunga secara agresif. DXY melonjak, mencapai level tertinggi dalam dua dekade. Di sisi lain, BTC mengalami koreksi tajam, dari lebih dari $60.000 menjadi di bawah $20.000. Ini adalah contoh nyata hubungan terbalik antara kedua instrumen ini.

Apakah Korelasi Ini Akan Terus Berlanjut?

Penting untuk diingat bahwa korelasi pasar tidak bersifat tetap. Meskipun BTC dan DXY sering menunjukkan hubungan negatif, ini bukan hukum mutlak. Korelasi bisa berubah tergantung kondisi makroekonomi, kebijakan moneter, sentimen investor, serta kejadian global lainnya.

Selain itu, semakin banyak institusi keuangan yang memasukkan BTC ke dalam portofolio mereka sebagai aset diversifikasi. Ini bisa mengubah dinamika permintaan terhadap BTC, terutama jika adopsi terus tumbuh dan volatilitas mulai berkurang.

Namun, selama BTC tetap dianggap sebagai aset berisiko dan dolar AS sebagai tempat perlindungan, korelasi negatif kemungkinan besar masih akan bertahan dalam jangka menengah.

Implikasi bagi Trader dan Investor

Memahami korelasi antara BTC dan DXY bisa memberikan wawasan tambahan bagi para trader dalam membaca peluang pasar. Saat DXY menguat secara signifikan, ini bisa menjadi sinyal untuk lebih berhati-hati terhadap potensi penurunan harga BTC. Sebaliknya, ketika DXY menunjukkan pelemahan yang konsisten, itu bisa menjadi indikasi adanya ruang kenaikan bagi BTC dan aset kripto lainnya.

Namun, korelasi ini sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya indikator dalam pengambilan keputusan. Penting juga untuk memperhatikan analisis teknikal, faktor fundamental, dan manajemen risiko yang baik.


Jika Anda tertarik untuk memahami lebih dalam tentang dinamika pasar seperti korelasi antara Bitcoin dan DXY, atau ingin belajar strategi trading yang lebih terarah dan praktis, kami mengundang Anda untuk bergabung dalam program edukasi trading bersama Didimax. Didimax adalah broker forex terpercaya di Indonesia yang telah berpengalaman lebih dari satu dekade dalam mendampingi trader pemula hingga profesional.

Di www.didimax.co.id, Anda bisa mendapatkan berbagai fasilitas edukasi gratis seperti kelas online, webinar, hingga bimbingan langsung dari mentor-mentor berpengalaman. Jangan lewatkan kesempatan untuk meng-upgrade kemampuan trading Anda dan menjadi bagian dari komunitas trader yang solid dan berkembang bersama Didimax!