Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Mengapa Investor Pemula Lebih Memilih Emas Daripada Forex?

Mengapa Investor Pemula Lebih Memilih Emas Daripada Forex?

by rizki

Mengapa Investor Pemula Lebih Memilih Emas Daripada Forex?

Bila Anda baru masuk ke dunia trading dan investasi, dua instrumen yang paling sering muncul di radar adalah emas dan forex (valas). Keduanya likuid, bisa diperdagangkan secara online, dan menawarkan peluang keuntungan. Namun, dalam praktiknya, sangat banyak investor pemula yang merasa lebih nyaman memulai dari emas ketimbang langsung terjun ke forex. Mengapa demikian? Artikel long-form ini akan membedah alasannya dari sisi psikologi, karakteristik instrumen, manajemen risiko, hingga tuntutan pengetahuan dan kedisiplinan yang diperlukan. Tujuannya bukan untuk mengatakan bahwa forex buruk atau harus dihindari, melainkan untuk membantu Anda memahami mengapa “learning curve” emas biasanya lebih landai bagi pemula—dan bagaimana Anda bisa menyiapkan diri agar transisi ke instrumen lain (termasuk forex) menjadi lebih matang dan terukur.


1) Faktor Psikologis: Takut Kehilangan Modal Lebih Besar

Investor pemula umumnya datang dengan dua emosi dominan: rasa ingin tahu dan ketakutan kehilangan modal. Forex identik dengan leverage tinggi, volatilitas intraday yang tajam, serta kebutuhan untuk membuat keputusan cepat di tengah rilis data ekonomi makro, intervensi bank sentral, hingga komentar pejabat moneter. Perpaduan ini sering kali membuat pemula merasa “terlempar” ke arena yang terlalu bising.

Sebaliknya, emas—meski tetap volatil—cenderung memiliki narasi jangka panjang yang lebih mudah dipahami: nilai lindung inflasi, aset safe haven saat gejolak ekonomi dan geopolitik, serta rekam jejak historis yang panjang sebagai penyimpan nilai (store of value). Narasi yang mudah dipahami ini meringankan beban psikologis pemula, karena mereka merasa memiliki “alasan yang jelas” mengapa harga emas bisa naik atau turun dalam horizon tertentu.


2) Kompleksitas Analisis: Emas Relatif Lebih Sederhana untuk Dipelajari di Awal

Untuk trading forex secara serius, Anda perlu memahami:

  • Kebijakan moneter bank sentral (Fed, ECB, BoE, BoJ, dll.)

  • Suku bunga, inflasi, data tenaga kerja, PDB, dan indikator ekonomi lainnya

  • Risk-on vs risk-off sentiment global

  • Selisih suku bunga (interest rate differential) antarnegara

  • Korelasi antar pasangan mata uang dan komoditas

Tentu, emas juga dipengaruhi oleh suku bunga riil, dolar AS, yield obligasi pemerintah, dan sentimen risk-off. Namun, untuk pemula, kerangka berpikir awal yang dibutuhkan sering kali lebih sederhana: emas naik ketika ada ketidakpastian, inflasi tinggi, atau dolar melemah; emas terkoreksi ketika imbal hasil obligasi riil menguat dan dolar menguat. Sementara, forex menuntut pemahaman dua mata uang sekaligus—Anda tidak hanya menganalisis USD, tetapi juga EUR, JPY, GBP, dan seterusnya, masing-masing dengan fundamental yang berbeda serta kebijakan moneter yang dinamis.


3) Leverage, Margin Call, dan Kecepatan Pasar

Forex adalah pasar berleverage tinggi. Leverage memang menggoda karena memperbesar potensi profit, tetapi juga memperlebar potensi rugi dengan sangat cepat. Pemula yang belum terlatih dalam position sizing, penempatan stop loss, dan pengelolaan emosi kerap terjebak overtrade, overleverage, dan akhirnya mengalami margin call.

Di sisi lain, banyak broker emas (terutama kontrak derivatif emas) juga menawarkan leverage, namun pemula cenderung memulai dengan ukuran posisi yang lebih konservatif, karena harga emas dan volatilitasnya (dalam banyak fase pasar) dirasakan “lebih bersahabat” dibandingkan fluktuasi pip di pasangan mata uang tertentu yang bisa sangat liar dalam hitungan menit, terutama saat rilis data ekonomi besar. Dengan kata lain, kecepatan pergerakan harga forex sering kali membuat pemula tidak punya waktu cukup untuk berpikir jernih, sedangkan emas—walau tetap bergerak cepat pada momen tertentu—sering dipersepsikan punya “ritme” yang sedikit lebih bisa diikuti.


4) Narasi “Safe Haven” dan Rasa Aman Subjektif

Bahkan sebelum mengenal trading modern, banyak orang Indonesia sudah mengenal emas dalam bentuk fisik—perhiasan, logam mulia batangan, atau tabungan emas. Hubungan emosional dan kultural inilah yang sering menjadi “jembatan psikologis”: ketika beralih ke trading emas online, pemula merasa tidak benar-benar memasuki dunia baru yang asing. Mereka sudah punya “memori positif” terhadap emas sebagai aset pelindung nilai.

Sebaliknya, forex tidak memiliki narasi kultural yang serupa. Ia lebih dianggap sebagai arena spekulasi profesional, penuh angka dan analitik yang membingungkan. Akibatnya, investor pemula cenderung “mengambil jalan yang terasa lebih aman” dari sudut pandang subjektif mereka—walaupun faktanya, semua instrumen memiliki risiko masing-masing.


5) Biaya Transaksi, Spread, dan Likuiditas: Sama-Sama Ketat, Tapi Persepsinya Berbeda

Forex terkenal sangat likuid dengan spread ketat—terutama pada major pairs seperti EUR/USD, GBP/USD, atau USD/JPY. Emas (XAU/USD) juga sangat likuid dan digunakan banyak trader dan institusi. Namun, pemula sering kali tidak menyadari pentingnya spread, swap, dan biaya-biaya lain di forex, sehingga mereka bisa masuk ke pasar tanpa menghitung “biaya gesek” yang perlahan-lahan memangkas ekuitas. Saat bertransaksi emas, karena fokus narasinya bukan pada kuotasi berpasangan (pair-to-pair) melainkan kontra USD, banyak pemula merasa lebih mudah memahami bagaimana biaya itu bekerja. Persepsi kesederhanaan inilah yang membuat mereka “merasa” biaya di emas lebih gampang dicerna, meskipun secara matematis, biaya di forex maupun emas sama-sama bisa efisien—tergantung broker dan instrumennya.


6) Timeframe Trading: Emas Cocok untuk Swing Hingga Position, Forex Mendorong Scalping untuk Pemula?

Banyak pemula yang masuk forex tergoda melakukan scalping: mengejar pip kecil berkali-kali dalam sehari. Scalping bisa berhasil—tapi membutuhkan eksekusi cepat, spread sangat ketat, kepercayaan diri pada sistem, serta disiplin luar biasa untuk cut loss cepat. Di fase belajar, mayoritas pemula justru lebih membutuhkan “ruang bernapas”: timeframe sedikit lebih panjang (swing trading) agar mereka bisa menganalisis, menyusun rencana, dan melakukan evaluasi tanpa dikejar detik demi detik. Emas kerap dipilih untuk pendekatan seperti ini, meski tentu saja ada juga scalper emas yang sangat aktif.


7) Kurva Belajar Risk Management: Emas Menjadi “Laboratorium” yang Baik

Dalam proses belajar, pemula harus menguasai hal-hal mendasar:

  • Menentukan risk per trade (misal 0,5%–2% dari modal)

  • Menyusun trading plan dengan entry, stop loss, dan take profit yang jelas

  • Mengerti position sizing yang tepat

  • Menuliskan journal trading dan mengevaluasi performa

Emas memberikan lingkungan latihan yang relatif lebih “tenang” untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip ini sebelum mereka menghadapi kompleksitas ekstra yang hadir di forex. Setelah fondasi risk management mereka kuat, barulah mereka biasanya lebih siap mengeksplorasi instrumen yang menuntut eksekusi lebih cepat dan analisis makro yang lebih mendalam.


8) Contoh Skenario: Rina (Emas) vs Budi (Forex)

Bayangkan dua pemula:

  • Rina memilih emas. Ia mempelajari korelasi emas dengan dolar AS dan yield obligasi. Ia menggunakan timeframe 4H–Daily, menulis plan mingguan, mengatur risiko 1% per posisi. Karena ritme perdagangannya tidak terlalu cepat, ia punya waktu untuk membaca ulang rencana, memperbarui jurnal, dan merefleksikan kesalahan.

  • Budi memilih forex, langsung menggunakan leverage besar karena tergoda potensi keuntungan cepat. Ia scalping tanpa sistem teruji, masuk pasar di saat rilis data tanpa paham volatilitas lonjakan spread, lupa menempatkan stop loss, dan beberapa kali terkena margin call. Bukan karena forex “jelek”, tetapi karena Budi belum punya sistem, manajemen risiko, dan disiplin yang sesuai dengan karakteristik pasar forex yang sangat cepat.

Skenario ini menyederhanakan realitas, namun cukup menggambarkan mengapa banyak pemula puas melewati fase “pematangan” di emas sebelum merambah forex.


9) Bukan Berarti Forex Harus Dihindari Selamanya

Penting untuk digarisbawahi: Forex adalah pasar besar, likuid, dan menyediakan peluang yang luar biasa bagi trader yang paham permainannya. Banyak profesional mengandalkan forex sebagai “ladang utama” mereka. Namun, mereka memiliki sistem yang teruji, mindset risk-first, disiplin, serta pemahaman makro yang tidak dangkal. Dengan kata lain, urutan belajar itulah yang membuat banyak pemula memilih emas terlebih dulu: untuk membangun fondasi tersebut dengan risiko psikologis yang lebih rendah.

Pada akhirnya, tujuan Anda bukan menjadi “trader emas” atau “trader forex” semata, tetapi menjadi trader yang paham risiko, paham diri sendiri, dan paham proses. Setelah fondasi terbentuk, Anda bisa memperluas instrumen, memanfaatkan diferensiasi strategi, dan membangun portofolio yang lebih adaptif terhadap berbagai kondisi pasar.


10) Bagaimana Cara Memulai dengan Benar (Baik di Emas Maupun Forex)

  1. Belajar risk management dulu, baru strategi entry. Banyak pemula terbalik.

  2. Gunakan akun demo untuk menguji sistem. Jika konsisten, barulah gunakan akun real dengan ukuran kecil.

  3. Batasi leverage di fase awal. Jangan tergoda “cepat kaya cepat rugi”.

  4. Tulis trading plan dan evaluasi rutin. Tanpa jurnal, Anda berputar di lingkaran kesalahan yang sama.

  5. Fokus pada satu atau dua instrumen dulu. Dalami sampai benar-benar paham ritmenya.

  6. Ikuti edukasi yang terstruktur agar tidak tersesat dalam lautan indikator dan opini pasar.

  7. Bangun mindset proses, bukan hasil instan. Profit konsisten adalah efek samping dari proses yang benar.


11) Kesimpulan: Kenapa Emas Lebih Dipilih?

  • Narasi yang lebih mudah dipahami untuk pemula (safe haven, lindung inflasi).

  • Kompleksitas analisis relatif lebih rendah dibanding forex yang menuntut pemahaman dua mata uang sekaligus.

  • Persepsi risiko yang lebih “ramah” bagi pemula, terutama terkait leverage dan kecepatan pergerakan harga.

  • Cocok sebagai laboratorium untuk membangun fondasi risk management, disiplin, dan psikologi trading.

  • Jembatan kultural: banyak orang sudah akrab dengan emas secara fisik, sehingga transisinya ke trading emas terasa lebih natural.

Namun lagi-lagi, bukan berarti forex tidak cocok. Kuncinya adalah urutan belajar dan pendampingan yang tepat. Setelah fondasi kuat, forex bisa menjadi lahan berikutnya untuk mengembangkan kemampuan analitis dan teknik eksekusi Anda.


Sekarang saatnya Anda mengubah rasa penasaran menjadi keterampilan terukur. Jika Anda ingin belajar trading—baik emas maupun forex—dengan kurikulum yang sistematis, pendampingan mentor berpengalaman, komunitas aktif, serta materi yang membumi dan mudah diterapkan, bergabunglah dalam program edukasi trading di www.didimax.co.id. Di sana, Anda tidak hanya diajari cara entry dan exit, tetapi juga bagaimana membangun sistem, mengelola risiko, mengatur psikologi, dan menumbuhkan mindset jangka panjang yang diperlukan untuk bertahan dan berkembang di pasar.

Jangan biarkan ketidakpastian pasar mengendalikan Anda. Ambil kendali proses belajar Anda hari ini, mulai dari pemahaman instrumen yang sesuai dengan profil risiko, hingga penciptaan rencana trading yang realistis dan teruji. Kunjungi www.didimax.co.id, daftarkan diri Anda, dan jadikan fase “pemula” sebagai pondasi kokoh menuju perjalanan trading yang matang, disiplin, dan konsisten.