Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Menggunakan Pola Turtle Soup sebagai Teknik Counter Trend

Menggunakan Pola Turtle Soup sebagai Teknik Counter Trend

by Iqbal

Menggunakan Pola Turtle Soup sebagai Teknik Counter Trend

Dalam dunia trading forex, strategi dan metode analisis merupakan dua elemen penting yang tidak bisa dipisahkan. Seiring berkembangnya pasar, para trader berusaha mencari pendekatan baru yang lebih efektif untuk membaca pergerakan harga. Salah satu metode yang cukup menarik perhatian adalah pola Turtle Soup, yang diperkenalkan oleh trader kawakan Larry Connors dan Linda Bradford Raschke. Pola ini banyak digunakan dalam strategi counter trend, yakni berlawanan dengan arah tren yang sedang berlangsung, dengan tujuan memanfaatkan potensi pembalikan harga dalam jangka pendek.

Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai pola Turtle Soup, mulai dari sejarah, konsep dasar, cara mengidentifikasi, strategi entry dan exit, hingga bagaimana mengintegrasikannya dalam trading plan.


Asal Usul Pola Turtle Soup

Nama “Turtle Soup” berasal dari sebuah kisah unik. Pada tahun 1980-an, terdapat eksperimen trading terkenal bernama Turtle Traders yang dipelopori oleh Richard Dennis dan William Eckhardt. Dalam eksperimen itu, sekelompok orang biasa diajarkan teknik trading trend-following dan ternyata mampu menghasilkan profit signifikan.

Namun, Larry Connors dan Linda Raschke, dua trader legendaris yang mengamati fenomena tersebut, menyadari bahwa strategi Turtle cenderung membuka posisi saat harga menembus high/low tertentu (breakout). Dari pengamatan mereka, tidak semua breakout berlanjut menjadi tren. Banyak di antaranya justru berbalik arah setelah memancing order dari para breakout trader.

Dari situlah lahir pola Turtle Soup – sebuah strategi counter trend yang memanfaatkan “jebakan breakout palsu” untuk masuk melawan arah mayoritas trader. Dengan kata lain, Turtle Soup hadir untuk menyantap para turtle traders yang tertipu oleh false breakout.


Konsep Dasar Pola Turtle Soup

Pola Turtle Soup pada dasarnya adalah false breakout setup. Ia bekerja dengan prinsip berikut:

  1. Harga menembus level ekstrem tertentu (misalnya high/low 20 hari terakhir).

  2. Breakout tersebut gagal berlanjut.

  3. Harga segera kembali masuk ke dalam range sebelumnya.

Kondisi tersebut menandakan bahwa breakout yang terjadi bukanlah tanda kelanjutan tren, melainkan likuiditas trap – di mana harga sengaja digerakkan untuk memancing order dari breakout trader sebelum akhirnya berbalik arah.

Dengan kata lain, pola Turtle Soup adalah momen ketika harga bergerak keluar dari “kotak” (range), lalu kembali masuk dengan cepat. Trader counter trend memanfaatkan kondisi ini untuk mengambil posisi berlawanan dengan arah breakout.


Syarat Terbentuknya Pola Turtle Soup

Agar bisa dikategorikan sebagai Turtle Soup, ada beberapa kriteria yang biasanya digunakan:

  1. Breakout terhadap level ekstrem

    • Untuk pola bullish, harga menembus low 20 hari terakhir lalu kembali naik.

    • Untuk pola bearish, harga menembus high 20 hari terakhir lalu kembali turun.

  2. Breakout berlangsung singkat
    Harga tidak boleh bertahan terlalu lama di luar level ekstrem. Biasanya hanya 1–2 candlestick sebelum kembali masuk.

  3. Adanya penolakan harga yang jelas
    Tanda penolakan dapat berupa long wick (ekor panjang), volume tinggi, atau candlestick reversal seperti pin bar, engulfing, atau hammer.

  4. Entry dilakukan saat harga kembali ke dalam range
    Bukan saat breakout, melainkan saat pasar menunjukkan tanda false breakout.

Dengan kriteria ini, trader bisa membedakan mana breakout yang valid dan mana yang hanya jebakan likuiditas.


Cara Mengidentifikasi Turtle Soup di Chart

Untuk memudahkan identifikasi, berikut langkah-langkah praktis:

  1. Tentukan periode ekstrem (biasanya 20 hari)
    Tandai level high dan low dalam periode tersebut. Level ini menjadi acuan apakah harga melakukan breakout.

  2. Perhatikan momen breakout
    Jika harga menembus high/low dengan cepat, jangan buru-buru mengikuti arah breakout. Tunggu konfirmasi.

  3. Cari tanda false breakout
    Perhatikan apakah harga segera kembali masuk ke dalam range. Candlestick reversal atau rejection kuat biasanya menjadi sinyal tambahan.

  4. Konfirmasi dengan indikator tambahan
    Beberapa trader menggunakan oscillator seperti RSI atau Stochastic untuk melihat apakah breakout terjadi pada kondisi overbought/oversold.

Dengan latihan, trader akan lebih mudah mengenali pola ini secara real-time.


Strategi Entry dan Exit Menggunakan Turtle Soup

Seperti strategi lain, Turtle Soup membutuhkan aturan jelas untuk entry dan exit agar tidak terjebak noise pasar. Berikut panduan umumnya:

1. Entry Position

  • Bullish Turtle Soup:
    Entry buy ketika harga menembus low 20 hari terakhir, kemudian kembali naik menutup di atas level low tersebut.

  • Bearish Turtle Soup:
    Entry sell ketika harga menembus high 20 hari terakhir, lalu kembali turun menutup di bawah level high tersebut.

2. Stop Loss

Letakkan stop loss sedikit di luar level ekstrem yang ditembus. Misalnya, jika entry buy pada bullish Turtle Soup, stop loss bisa dipasang beberapa pips di bawah low 20 hari terakhir.

3. Take Profit

Target keuntungan bisa disesuaikan:

  • Conservative: keluar di area support/resistance terdekat.

  • Aggressive: gunakan rasio risk-reward minimal 1:2 atau trailing stop untuk mengikuti potensi tren berbalik.

4. Filter Tambahan

Agar lebih efektif, pola Turtle Soup sebaiknya digunakan bersama filter lain, misalnya:

  • Timeframe minimal H1 atau H4 untuk mengurangi false signal.

  • Hindari saat ada news high impact karena harga cenderung volatile.

  • Perhatikan volume trading sebagai konfirmasi kekuatan false breakout.


Kelebihan dan Kekurangan Pola Turtle Soup

Seperti strategi lain, pola ini punya sisi positif dan negatif.

Kelebihan

  1. Efektif melawan false breakout – bisa memanfaatkan momen ketika banyak trader terjebak.

  2. Risk kecil – stop loss biasanya dekat dengan level ekstrem.

  3. Cocok untuk counter trend – ideal bagi trader yang suka mengambil posisi berlawanan.

Kekurangan

  1. Butuh disiplin tinggi – entry harus menunggu konfirmasi, tidak boleh terburu-buru.

  2. Sering muncul fake signal – terutama di timeframe kecil.

  3. Tidak selalu berhasil – pasar bisa saja benar-benar breakout valid, bukan false breakout.


Studi Kasus Penerapan Turtle Soup

Misalkan pada grafik EUR/USD H4, harga menembus low 20 hari terakhir di 1.0800. Banyak trader membuka posisi sell mengantisipasi penurunan lebih lanjut.

Namun, beberapa jam kemudian harga kembali naik menembus 1.0810 dan membentuk bullish engulfing. Skenario ini menandakan false breakout. Trader yang menggunakan pola Turtle Soup bisa membuka posisi buy di 1.0815 dengan stop loss di 1.0780.

Jika target di area resistance terdekat 1.0900 tercapai, maka risk-reward ratio cukup ideal (1:3). Inilah contoh nyata bagaimana Turtle Soup bisa dimanfaatkan untuk meraih keuntungan.


Integrasi Turtle Soup dengan Strategi Lain

Pola Turtle Soup tidak harus berdiri sendiri. Trader bisa menggabungkannya dengan metode lain untuk meningkatkan akurasi:

  • Dengan Supply & Demand Zone: gunakan zona kuat sebagai filter agar entry lebih berkualitas.

  • Dengan Moving Average: pastikan counter trend tidak melawan tren jangka panjang secara ekstrem.

  • Dengan Price Action: perhatikan candlestick konfirmasi seperti engulfing atau pin bar.

Kombinasi ini akan membantu trader meminimalisir kesalahan dan meningkatkan konsistensi.


Kesimpulan

Pola Turtle Soup adalah salah satu strategi counter trend yang memanfaatkan false breakout sebagai peluang entry. Diperkenalkan oleh Larry Connors dan Linda Raschke, pola ini lahir dari pengamatan terhadap kelemahan strategi breakout Turtle Traders.

Dengan memahami cara kerja pola Turtle Soup, trader bisa lebih cerdas membaca pergerakan harga, tidak mudah terkecoh oleh breakout palsu, dan memanfaatkan psikologi pasar yang sering kali menjebak mayoritas trader. Namun, seperti strategi lainnya, pola ini membutuhkan disiplin, konfirmasi tambahan, serta manajemen risiko yang ketat.

Jika digunakan dengan tepat, Turtle Soup bisa menjadi senjata ampuh untuk menangkap peluang counter trend dengan risiko yang relatif kecil.


Dalam dunia trading forex, memahami pola dan strategi saja tidak cukup. Anda juga perlu membangun kebiasaan trading yang disiplin, memahami manajemen risiko, serta mampu membaca psikologi pasar. Semua itu bisa dipelajari dengan bimbingan yang tepat.

Jika Anda ingin menguasai strategi Turtle Soup maupun teknik trading lainnya secara lebih mendalam, bergabunglah dengan program edukasi trading di www.didimax.co.id. Dengan mentor berpengalaman, Anda akan mendapatkan arahan praktis, materi lengkap, serta komunitas yang aktif untuk meningkatkan keterampilan trading Anda.