Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Nasdaq Today Lesu, Sell Activity Muncul Setelah Data Inflasi Naik

Nasdaq Today Lesu, Sell Activity Muncul Setelah Data Inflasi Naik

by Iqbal

Nasdaq Today Lesu, Sell Activity Muncul Setelah Data Inflasi Naik

Pasar saham Amerika Serikat kembali mengalami tekanan pada perdagangan hari ini, dengan indeks Nasdaq memimpin pelemahan setelah rilis data inflasi terbaru menunjukkan kenaikan di atas ekspektasi. Sentimen pasar yang sebelumnya cukup optimis terhadap potensi penurunan suku bunga The Federal Reserve kini berubah menjadi kekhawatiran baru, terutama di sektor teknologi yang sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga. Investor mulai mengambil posisi defensif dan terlihat adanya peningkatan aktivitas jual (sell activity) di saham-saham besar seperti Apple, Nvidia, dan Microsoft.

Data inflasi yang menjadi pusat perhatian kali ini menunjukkan bahwa Consumer Price Index (CPI) naik sebesar 0,4% untuk bulan terakhir, lebih tinggi dari perkiraan konsensus sebesar 0,3%. Secara tahunan, inflasi mencapai 3,7%, menandai kenaikan dari bulan sebelumnya. Angka ini mengisyaratkan bahwa tekanan harga masih persisten, meskipun The Fed telah berupaya menekan inflasi melalui kebijakan moneter ketat selama dua tahun terakhir.

Kenaikan Inflasi Mengubah Ekspektasi Pasar

Sebelum rilis data ini, pelaku pasar memperkirakan bahwa bank sentral akan mulai memangkas suku bunga dalam beberapa bulan ke depan. Namun, dengan inflasi yang kembali meningkat, ekspektasi tersebut langsung bergeser. Futures Fed Fund menunjukkan peluang lebih besar bahwa The Fed akan menahan suku bunga lebih lama, atau bahkan membuka kemungkinan kenaikan lanjutan jika tekanan harga tidak kunjung reda.

Situasi ini membuat saham-saham pertumbuhan — terutama di sektor teknologi — menjadi korban utama. Sektor ini sangat bergantung pada pembiayaan murah dan prospek pertumbuhan jangka panjang. Ketika suku bunga tinggi bertahan lebih lama, valuasi saham teknologi menjadi kurang menarik dibandingkan aset berisiko rendah seperti obligasi pemerintah.

Saham Nvidia (NVDA) turun lebih dari 3% pada sesi perdagangan hari ini, sementara Apple (AAPL) dan Microsoft (MSFT) masing-masing melemah sekitar 2%. Tekanan juga dirasakan oleh saham-saham chipmaker lainnya seperti AMD dan Intel, yang turut tergelincir setelah data inflasi dirilis.

Imbal Hasil Treasury Naik, Tekan Pasar Saham

Kenaikan inflasi juga memicu kenaikan yield obligasi Treasury AS. Yield Treasury 10-tahun naik mendekati level 4,9%, mendekati titik tertinggi dalam dua bulan terakhir. Kenaikan yield ini berarti biaya pinjaman meningkat, dan para investor cenderung mengalihkan dana dari saham ke instrumen pendapatan tetap.

Kondisi ini menjadi faktor ganda yang menekan indeks Nasdaq, karena kenaikan yield membuat valuasi saham berteknologi tinggi semakin mahal secara relatif. Investor institusional pun terlihat mengurangi eksposur pada aset berisiko dan mulai mencari perlindungan pada sektor-sektor defensif seperti consumer staples dan energi.

Performa Indeks Utama

Pada penutupan sesi perdagangan hari Kamis waktu New York, indeks Nasdaq Composite turun 1,9%, S&P 500 melemah 1,2%, dan Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,8%. Dari ketiga indeks utama tersebut, Nasdaq mencatat penurunan paling tajam, mencerminkan tekanan besar pada saham-saham berkapitalisasi besar di sektor teknologi.

Saham-saham seperti Tesla, Amazon, dan Meta Platforms juga mencatat penurunan signifikan. Sentimen negatif ini diperburuk oleh komentar beberapa pejabat The Fed yang menyatakan bahwa “perjuangan melawan inflasi belum selesai” dan masih terlalu dini untuk berbicara tentang pelonggaran kebijakan moneter.

Sentimen Konsumen dan Data Ekonomi Lain

Selain data inflasi, pasar juga mencermati rilis Consumer Sentiment Index dari University of Michigan yang menunjukkan penurunan ke level 66,3, dari sebelumnya 68,1. Penurunan ini menandakan meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap kondisi ekonomi dan daya beli, terutama karena harga kebutuhan pokok yang kembali naik.

Data tenaga kerja minggu ini pun tidak memberikan kabar menggembirakan. Klaim pengangguran awal sedikit meningkat, menunjukkan tanda-tanda awal melambatnya pasar tenaga kerja. Meski masih dalam batas sehat, investor mulai khawatir bahwa kombinasi antara inflasi tinggi dan penurunan daya beli dapat memicu perlambatan ekonomi yang lebih serius.

Reaksi Pasar Global

Dampak tekanan di Wall Street langsung terasa di bursa Asia dan Eropa. Indeks Nikkei 225 Jepang turun lebih dari 1%, sementara Hang Seng Hong Kong melemah sekitar 0,8%. Di Eropa, indeks STOXX 600 juga terkoreksi, dengan sektor teknologi menjadi pemberat utama.

Investor global kini berada pada fase “wait and see”, menunggu sinyal lebih jelas dari The Fed mengenai arah kebijakan moneter berikutnya. Banyak analis memperkirakan volatilitas pasar akan meningkat dalam beberapa minggu mendatang, terutama menjelang laporan keuangan perusahaan besar sektor teknologi yang akan dirilis bulan depan.

Analisis Teknis: Nasdaq di Zona Koreksi

Secara teknikal, indeks Nasdaq saat ini berada di bawah area support penting di kisaran 15.000 poin, yang sebelumnya menjadi batas bawah dari tren naik jangka menengah. Jika tekanan jual terus berlanjut, indeks berpotensi menguji area support berikutnya di sekitar 14.700–14.800 poin.

Indikator RSI juga menunjukkan sinyal bearish dengan posisi di bawah level 50, menandakan momentum jual masih dominan. Volume perdagangan yang meningkat selama penurunan menunjukkan adanya distribusi besar dari pelaku pasar institusional, suatu tanda bahwa aksi jual kali ini bukan sekadar koreksi jangka pendek.

Namun, bagi trader berpengalaman, kondisi seperti ini sering kali menjadi kesempatan untuk menunggu momen reversal yang potensial. Ketika pasar sudah “overreaction” terhadap data ekonomi, peluang rebound bisa muncul dalam beberapa sesi perdagangan berikutnya. Strategi wait and see dengan disiplin pada level support-resistance sangat penting dalam kondisi pasar saat ini.

Prospek ke Depan

Dalam jangka pendek, pasar kemungkinan akan tetap berfluktuasi seiring investor menyesuaikan ekspektasi terhadap kebijakan The Fed. Jika inflasi menunjukkan tanda-tanda melandai pada bulan depan, optimisme bisa kembali dan memicu reli teknikal. Namun, jika data ekonomi berikutnya masih menunjukkan tekanan harga tinggi, Nasdaq bisa memperpanjang tren penurunan.

Sektor teknologi masih menjadi sorotan utama, tetapi investor mungkin akan lebih selektif dalam memilih saham. Saham dengan fundamental kuat, profitabilitas stabil, dan valuasi masuk akal bisa menjadi pilihan yang lebih aman dibandingkan saham-saham dengan valuasi tinggi tanpa dukungan laba yang solid.

Selain itu, perhatian juga akan tertuju pada laporan keuangan kuartalan mendatang dari perusahaan besar seperti Apple, Alphabet, dan Amazon. Jika hasilnya di atas ekspektasi, ada peluang pasar pulih sementara. Sebaliknya, jika hasilnya mengecewakan, tekanan jual kemungkinan berlanjut.


Di tengah kondisi pasar yang bergejolak seperti ini, pemahaman terhadap analisis teknikal dan fundamental menjadi sangat penting. Trader yang memiliki strategi matang akan lebih mampu menghadapi ketidakpastian dan mengelola risiko dengan lebih baik. Jika Anda masih baru dalam dunia trading, kini saat yang tepat untuk mulai memperdalam pemahaman tentang cara membaca pergerakan harga, mengenali pola market, serta mengatur psikologi trading agar tetap tenang di situasi sulit.

Untuk Anda yang ingin belajar trading dari nol atau meningkatkan kemampuan analisis pasar secara profesional, ikuti program edukasi trading di www.didimax.co.id. Di sana, Anda akan mendapatkan bimbingan langsung dari mentor berpengalaman, akses ke materi edukasi eksklusif, serta pelatihan praktik langsung menggunakan akun demo dan real market. Jangan biarkan volatilitas pasar membuat Anda panik — kuasai strategi trading yang terukur dan konsisten bersama Didimax sekarang juga.