
Outlook Yuan dan Dolar Setelah Kesepakatan Tarif: Apa Kata Analis?
Pendahuluan: Dampak Global Kesepakatan Tarif
Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok selama beberapa tahun terakhir telah meninggalkan jejak mendalam pada ekonomi global, terutama pada nilai tukar mata uang utama seperti yuan Tiongkok (CNY) dan dolar Amerika Serikat (USD). Setelah bertahun-tahun negosiasi yang berliku, akhirnya tercapai sebuah kesepakatan tarif sebagian yang disambut dengan optimisme oleh pasar. Namun, apa arti sebenarnya kesepakatan ini terhadap nilai tukar kedua mata uang tersebut? Dan ke mana arah pergerakan mereka selanjutnya?
Para analis keuangan dan pelaku pasar kini memusatkan perhatian mereka pada kebijakan lanjutan dari kedua negara, data ekonomi terbaru, dan sentimen pasar global. Artikel ini akan mengupas bagaimana kesepakatan tarif memengaruhi outlook jangka pendek dan jangka panjang yuan serta dolar, serta pandangan para analis terhadap potensi pergerakan mata uang di tengah dinamika global yang terus berubah.
Latar Belakang Kesepakatan Tarif AS-Tiongkok
Kesepakatan tarif yang dimaksud adalah bagian dari perjanjian fase satu antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang diumumkan pada akhir tahun 2019 dan berlaku awal 2020. Dalam kesepakatan tersebut, AS sepakat untuk menurunkan sebagian tarif atas barang-barang Tiongkok, sementara Tiongkok berjanji untuk membeli lebih banyak produk pertanian dan barang-barang manufaktur dari AS. Meskipun tidak mencakup semua isu utama seperti subsidi industri atau perlindungan kekayaan intelektual, kesepakatan ini dianggap sebagai langkah awal yang positif.
Efek langsung dari kesepakatan ini terhadap pasar mata uang tampak dari menguatnya yuan terhadap dolar beberapa waktu setelah pengumuman. Pasar menyambut kesepakatan ini sebagai sinyal berkurangnya ketegangan geopolitik, yang selama ini menekan yuan dan mendorong investor mencari aset safe haven seperti dolar.
Dampak Terhadap Yuan: Apresiasi Sementara atau Tren Berkelanjutan?
Mata uang yuan sempat menguat secara signifikan terhadap dolar setelah pengumuman kesepakatan fase satu. Hal ini didorong oleh membaiknya sentimen investor terhadap Tiongkok dan meningkatnya keyakinan bahwa tekanan eksternal terhadap ekonomi Tiongkok akan berkurang.
Namun, analis memperingatkan bahwa apresiasi yuan kemungkinan bersifat sementara. Louis Kuijs, kepala ekonomi Asia di Oxford Economics, mencatat bahwa meskipun kesepakatan tarif memberikan ruang bagi yuan untuk menguat, pertumbuhan ekonomi domestik Tiongkok yang melambat serta tekanan struktural lainnya masih membatasi ruang penguatan yang berkelanjutan. Selain itu, Bank Sentral Tiongkok (PBOC) kemungkinan akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar untuk mendorong ekspor, terutama mengingat ketidakpastian global yang masih tinggi.
Di sisi lain, beberapa analis dari HSBC dan Standard Chartered melihat adanya potensi yuan untuk terus menguat secara bertahap dalam jangka menengah, terutama jika Tiongkok terus membuka pasar finansialnya kepada investor asing dan meningkatkan keterlibatan dalam perdagangan global yang lebih transparan.
Dampak Terhadap Dolar: Safe Haven yang Mulai Kehilangan Kilau?
Dolar AS selama ini menikmati status sebagai mata uang safe haven yang dicari investor saat terjadi ketegangan global. Selama puncak perang dagang, dolar menguat karena investor global menghindari risiko dan mencari keamanan dalam aset berdenominasi dolar.
Namun, setelah kesepakatan tarif diumumkan, dolar mengalami tekanan. Menurunnya ketegangan dagang membuat investor beralih dari aset aman ke aset yang lebih berisiko seperti saham dan mata uang pasar berkembang. Dolar pun mengalami depresiasi terhadap sejumlah mata uang utama, termasuk yuan, euro, dan yen.
Beberapa analis melihat tren ini sebagai sinyal awal dari pelemahan dolar yang lebih luas. Menurut Morgan Stanley, tekanan terhadap dolar dapat terus berlanjut jika Federal Reserve tetap mempertahankan kebijakan suku bunga rendah, sementara negara lain mulai meningkatkan suku bunga mereka. Kombinasi defisit anggaran AS dan penurunan minat global terhadap obligasi pemerintah AS juga disebut sebagai faktor jangka panjang yang dapat melemahkan dolar.
Perspektif Analis Terhadap Prospek Mata Uang
Analis di berbagai lembaga keuangan global memiliki pandangan yang bervariasi terhadap outlook yuan dan dolar pasca kesepakatan tarif.
Yuan
-
JPMorgan Chase memperkirakan yuan akan bergerak dalam kisaran stabil, yaitu antara 6,8 hingga 7,0 terhadap dolar, dengan kemungkinan penguatan terbatas jika stabilitas ekonomi Tiongkok terjaga dan hubungan dagang tetap kondusif.
-
Goldman Sachs lebih optimis, memperkirakan yuan bisa menguat ke kisaran 6,6 dalam satu tahun ke depan jika ada kemajuan signifikan dalam reformasi struktural di Tiongkok.
-
ING Group memperingatkan bahwa setiap ketegangan baru—baik dari politik dalam negeri AS atau ketegangan geopolitik di Asia—dapat kembali menekan yuan secara signifikan.
Dolar
-
Citigroup memproyeksikan dolar akan melemah secara bertahap terhadap mata uang utama dalam jangka menengah karena kebijakan moneter longgar dan pergeseran arus modal global.
-
Bank of America mencatat bahwa jika inflasi AS tetap tinggi dan The Fed terpaksa menaikkan suku bunga lebih cepat dari ekspektasi, maka dolar bisa kembali menguat dalam jangka pendek, namun tekanan jangka panjang masih ada.
-
Deutsche Bank menunjukkan adanya potensi “de-dollarization” secara perlahan, terutama jika negara-negara lain mulai mencari alternatif cadangan devisa selain dolar.
Faktor-Faktor Risiko yang Perlu Dipantau
Meskipun kesepakatan tarif membawa optimisme, masih ada sejumlah faktor risiko yang dapat mengubah outlook mata uang secara cepat:
-
Ketegangan Politik Baru: Ketegangan yang muncul kembali antara AS dan Tiongkok terkait isu Taiwan, teknologi, atau hak asasi manusia dapat memicu volatilitas.
-
Perlambatan Ekonomi Global: Resesi global atau krisis keuangan di negara berkembang dapat memperkuat permintaan terhadap dolar kembali.
-
Kebijakan Suku Bunga The Fed: Setiap perubahan arah dari Federal Reserve bisa berdampak besar terhadap nilai dolar dan arus modal global.
-
Geopolitik dan Perang Ukraina: Konflik yang meluas atau tidak kunjung selesai di Eropa Timur dapat kembali mengubah sentimen global.
Outlook Jangka Panjang: Menuju Tatanan Keuangan Baru?
Sebagian analis percaya bahwa dinamika pasca kesepakatan tarif merupakan bagian dari pergeseran yang lebih besar menuju tatanan keuangan global baru. Di tengah meningkatnya peran Tiongkok dalam perdagangan dan investasi global, serta langkah-langkah dedolarisasi oleh beberapa negara, masa depan dominasi dolar mungkin tidak sekuat beberapa dekade terakhir.
Namun demikian, status dolar sebagai mata uang cadangan global masih sangat kuat, didukung oleh kedalaman pasar keuangan AS, kepercayaan institusional, dan penerimaan luas secara global. Yuan, di sisi lain, masih menghadapi tantangan besar dalam hal konvertibilitas penuh, transparansi, dan kepercayaan global.
Terlepas dari arah pergerakan yuan atau dolar, jelas bahwa pasar valuta asing adalah arena yang kompleks dan dinamis. Untuk bisa memahami pergerakan ini secara mendalam dan memanfaatkannya untuk keuntungan Anda dalam trading, dibutuhkan pemahaman analisis fundamental, teknikal, serta manajemen risiko yang matang.
Bagi Anda yang ingin meningkatkan keterampilan trading dan memahami lebih jauh dinamika pasar mata uang global, bergabunglah dalam program edukasi trading gratis di www.didimax.co.id. Didimax, sebagai broker lokal berizin resmi BAPPEBTI, menyediakan pelatihan langsung dari mentor berpengalaman dan akses ke komunitas trader aktif yang siap berbagi ilmu dan strategi.
Jangan lewatkan kesempatan untuk belajar langsung dari para ahli dan memperkuat kemampuan Anda di dunia trading forex. Kunjungi www.didimax.co.id hari ini dan mulailah perjalanan Anda menuju kebebasan finansial melalui trading yang cerdas dan teredukasi.