Pengaruh The Fed terhadap Mata Uang Safe Haven Seperti Yen dan Franc

Federal Reserve (The Fed), sebagai bank sentral Amerika Serikat, memiliki kekuatan luar biasa dalam memengaruhi arah kebijakan moneter global. Keputusan yang diambil oleh The Fed tidak hanya berdampak pada perekonomian domestik AS, tetapi juga mengguncang pasar keuangan internasional, termasuk pasar valuta asing (forex). Salah satu kelompok mata uang yang sangat sensitif terhadap dinamika kebijakan The Fed adalah mata uang safe haven, seperti yen Jepang (JPY) dan franc Swiss (CHF). Kedua mata uang ini sering dijadikan pelarian oleh investor saat terjadi ketidakpastian global. Namun, bagaimana sebenarnya kebijakan The Fed memengaruhi performa mata uang-mata uang tersebut?
Apa Itu Mata Uang Safe Haven?
Sebelum membahas lebih dalam, penting untuk memahami konsep mata uang safe haven. Mata uang safe haven merujuk pada jenis mata uang yang cenderung mempertahankan atau bahkan menguatkan nilainya selama periode ketidakpastian ekonomi, politik, atau gejolak pasar. Yen dan franc telah lama dianggap sebagai safe haven karena stabilitas ekonomi dan politik negara asalnya, yaitu Jepang dan Swiss. Selain itu, kebijakan moneter yang konservatif, inflasi yang rendah, serta surplus neraca berjalan juga memperkuat persepsi terhadap kedua mata uang ini.
Mekanisme Kerja The Fed dan Dampaknya terhadap Forex
The Fed mengatur kebijakan moneternya terutama melalui suku bunga acuan (Fed Funds Rate), program quantitative easing (QE), serta pernyataan dan proyeksi ekonomi dari FOMC (Federal Open Market Committee). Ketika The Fed menaikkan suku bunga, dolar AS biasanya menguat karena investor mendapatkan imbal hasil lebih tinggi. Sebaliknya, ketika The Fed menurunkan suku bunga atau meluncurkan stimulus, dolar cenderung melemah.
Perubahan nilai tukar dolar ini sangat relevan terhadap mata uang safe haven karena investor global sering membandingkan prospek imbal hasil dan risiko antar mata uang. Jika dolar menguat secara signifikan, maka daya tarik yen dan franc bisa berkurang, dan sebaliknya.
Yen Jepang dan Kebijakan The Fed
Yen Jepang sering digunakan dalam strategi “carry trade”, di mana investor meminjam yen dengan suku bunga rendah untuk berinvestasi di aset dengan imbal hasil lebih tinggi, seperti dolar AS. Ketika The Fed menaikkan suku bunga, daya tarik carry trade meningkat, menyebabkan tekanan jual terhadap yen. Sebaliknya, jika The Fed menurunkan suku bunga atau memberikan sinyal dovish, arus balik modal dari dolar ke yen bisa terjadi, menyebabkan penguatan yen.
Selain itu, yen juga sensitif terhadap volatilitas pasar. Dalam kondisi ketidakpastian, misalnya saat The Fed mengirimkan sinyal resesi atau memperlambat laju pengetatan moneter, investor global mencari perlindungan dalam yen. Akibatnya, yen bisa menguat tajam meskipun suku bunganya sangat rendah.
Contohnya dapat dilihat pada tahun 2020 saat awal pandemi COVID-19. The Fed memangkas suku bunga ke hampir 0% dan meluncurkan QE besar-besaran. Kondisi tersebut menyebabkan arus keluar dari dolar dan peningkatan permintaan terhadap yen, yang kala itu dianggap lebih stabil.
Franc Swiss dan Respons terhadap The Fed
Franc Swiss memiliki karakteristik serupa dengan yen, tetapi perannya sebagai safe haven bahkan lebih ekstrem. Swiss National Bank (SNB) dikenal sangat aktif dalam menjaga stabilitas nilai franc, terutama agar tidak terlalu menguat karena bisa merugikan ekspor Swiss yang dominan dalam produk mewah dan farmasi.
Ketika The Fed mengambil kebijakan agresif seperti menaikkan suku bunga secara tajam, franc biasanya melemah terhadap dolar karena perbedaan suku bunga yang makin lebar. Namun, saat The Fed mengambil pendekatan dovish atau pasar global mengalami tekanan, franc bisa menguat tajam. Dalam banyak kasus, SNB bahkan harus melakukan intervensi di pasar valas untuk mencegah penguatan franc yang berlebihan.
Sebagai contoh, pada masa krisis utang Eropa tahun 2011–2012, franc Swiss menguat drastis terhadap euro dan dolar karena investor mencari tempat aman. Bahkan pada tahun 2015, SNB sempat mencabut batas nilai tukar terhadap euro, menyebabkan lonjakan nilai franc secara drastis yang mengguncang pasar. Keputusan-keputusan seperti itu biasanya juga didorong oleh ekspektasi kebijakan The Fed dan tekanan eksternal.
Interaksi antara Fed dan Safe Haven: Analisis Makro
Kebijakan The Fed memiliki dampak yang luas terhadap ekspektasi global terhadap inflasi, suku bunga, dan risiko sistemik. Jika The Fed memberikan sinyal bahwa inflasi AS tinggi dan suku bunga akan naik terus, maka investor mungkin menjauhi yen dan franc karena imbal hasilnya jauh lebih rendah.
Namun, jika The Fed mulai mengirim sinyal bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya atau ekonomi AS akan melambat, maka investor mulai memperkirakan risiko resesi atau penurunan aset berisiko. Dalam skenario ini, permintaan terhadap safe haven seperti yen dan franc akan meningkat.
Hal ini membuat hubungan antara The Fed dan safe haven bersifat dinamis. Tidak hanya sekadar berdasarkan data ekonomi, tetapi juga tergantung pada persepsi risiko global, arus modal, dan kondisi geopolitik.
Peran Forward Guidance dan Komunikasi The Fed
Salah satu alat penting The Fed yang tak kalah berpengaruh adalah forward guidance—yaitu cara bank sentral mengarahkan ekspektasi pasar tentang kebijakan masa depan. Komentar dari Ketua The Fed, pernyataan FOMC, serta proyeksi ekonomi triwulanan memiliki dampak besar terhadap sentimen pasar.
Ketika The Fed memberi sinyal perubahan arah kebijakan, pasar langsung merespons. Misalnya, jika komentar The Fed menunjukkan kekhawatiran akan pertumbuhan global atau gejolak pasar, maka mata uang safe haven cenderung menguat karena investor global langsung mencari perlindungan.
Sebaliknya, jika The Fed menyampaikan optimisme dan kemungkinan pengetatan lanjutan, maka mata uang berimbal hasil rendah seperti yen dan franc bisa tertekan karena investor lebih tertarik pada dolar dan aset berisiko lainnya.
Dampak Terbaru dan Prospek ke Depan

Dalam beberapa tahun terakhir, pasar telah menyaksikan volatilitas tinggi yang dipicu oleh kebijakan agresif The Fed dalam menghadapi inflasi pasca-pandemi. Kenaikan suku bunga secara bertahap namun konsisten dari tahun 2022 hingga 2024 telah menyebabkan pergeseran besar dalam arus modal global.
Yen Jepang sempat menyentuh level terlemah terhadap dolar dalam lebih dari dua dekade akibat selisih suku bunga yang melebar. Sementara itu, franc Swiss juga mengalami tekanan, meskipun tetap mempertahankan kekuatannya terhadap euro.
Ke depan, jika The Fed mulai menurunkan suku bunga karena pertumbuhan ekonomi melambat atau karena tekanan deflasi, kita bisa kembali melihat penguatan pada yen dan franc. Namun, dengan situasi geopolitik yang tidak menentu dan meningkatnya ketegangan di kawasan Asia dan Timur Tengah, permintaan terhadap mata uang safe haven kemungkinan tetap tinggi.
Trader dan investor perlu memahami bahwa pergerakan mata uang safe haven tidak hanya soal data ekonomi lokal atau kebijakan bank sentral domestik, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh perubahan arah kebijakan The Fed sebagai jangkar sistem keuangan global.
Bagi Anda yang ingin mendalami lebih jauh bagaimana kebijakan The Fed memengaruhi pasar forex, termasuk strategi untuk membaca sinyal dan mengambil posisi yang tepat pada yen dan franc, saatnya Anda bergabung bersama komunitas edukasi trading yang tepat. Di www.didimax.co.id, Anda akan mendapatkan pembelajaran langsung dari mentor berpengalaman, materi lengkap dari dasar hingga lanjutan, serta diskusi harian yang membahas kondisi pasar terbaru.
Jangan lewatkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan analisis Anda dan memahami dinamika pasar global dari sumber yang terpercaya. Pelajari cara memanfaatkan perubahan arah The Fed untuk mengidentifikasi peluang trading yang potensial di pasar forex bersama Didimax. Bergabunglah sekarang dan jadilah trader yang lebih tangguh dan cerdas menghadapi fluktuasi pasar internasional.