Penjelasan Logis Mengapa Trading di Hari Jumat Itu Berisiko

Bagi banyak trader, Jumat bukan sekadar hari terakhir dalam kalender kerja mingguan, tetapi juga hari yang sering memunculkan dilema: menutup posisi untuk menghindari risiko akhir pekan atau tetap bertahan dengan harapan tren berlanjut? Kenyataannya, trading di hari Jumat memang menyimpan risiko yang sering diabaikan, bahkan oleh trader berpengalaman sekalipun. Artikel ini akan membahas secara logis dan mendalam kenapa trading di hari Jumat layak diwaspadai, terutama untuk Anda yang serius ingin menjaga konsistensi profit dan mengurangi potensi kerugian besar.
1. Likuiditas yang Mulai Menipis di Sesi Akhir
Secara historis, aktivitas pasar cenderung melambat di paruh kedua hari Jumat, khususnya setelah sesi London menuju penutupan sesi New York. Banyak trader institusi dan profesional memilih menutup posisi lebih awal untuk menghindari ketidakpastian selama dua hari libur. Akibatnya, likuiditas pasar menipis, spread melebar, dan volatilitas bisa menjadi tidak terduga. Dalam kondisi ini, eksekusi order bisa meleset (slippage) dan strategi yang biasanya berjalan mulus di hari biasa mendadak tidak efektif.
2. Profit Taking Massal dari Trader Besar
Jumat sering dijadikan momentum bagi fund manager, bank, atau big player untuk merealisasikan keuntungan dari posisi yang mereka buka sejak awal pekan. Ketika mereka menutup posisi secara masif, pasar bisa bergerak tajam tanpa adanya fundamental yang mendasari. Pergerakan harga seperti ini seringkali membingungkan trader ritel karena tidak ada katalis berita yang jelas, hanya aksi jual atau beli besar-besaran demi mengamankan profit sebelum pasar tutup.
3. Ketidakpastian Berita dan Event di Akhir Pekan
Salah satu alasan terbesar kenapa trader profesional menghindari floating posisi melewati akhir pekan adalah karena adanya risiko gap harga pada pembukaan pasar Senin. Ketika pasar tutup pada Sabtu dan Minggu, berbagai berita ekonomi, politik, hingga bencana alam bisa terjadi di luar jam pasar. Ketika market buka kembali, harga bisa lompat jauh dari harga penutupan Jumat, menyebabkan gap yang sulit diantisipasi. Gap ini bisa menggerus saldo akun secara signifikan, apalagi jika trader tidak menyiapkan stop loss yang memadai.
4. Volatilitas Tidak Wajar Menjelang Penutupan
Menjelang beberapa jam terakhir di hari Jumat, pasar kerap menunjukkan volatilitas yang lebih tinggi dari rata-rata harian. Ini disebabkan karena adanya kombinasi penutupan posisi besar, hedging, dan spekulasi menjelang akhir pekan. Pergerakan harga yang cepat dan liar ini menjadi sangat berisiko untuk scalper dan day trader, karena strategi yang mengandalkan kestabilan spread bisa dengan mudah terpukul oleh lonjakan harga.
5. Jadwal Rilis Data Ekonomi yang Mengagetkan
Banyak negara, terutama Amerika Serikat, sering merilis data penting seperti Non-Farm Payroll (NFP), data pengangguran, atau indikator ekonomi lainnya di hari Jumat. Rilis data ini biasanya dijadwalkan pada sesi New York, sehingga memicu volatilitas ekstrem di waktu yang berdekatan dengan penutupan pasar mingguan. Trader yang kurang waspada bisa terjebak di pergerakan liar, dan bagi yang masih membuka posisi, risiko kerugian besar hanya tinggal menunggu waktu.
6. Faktor Psikologis Trader di Akhir Pekan
Dari sisi psikologi, banyak trader yang merasa tertekan untuk "mengejar" profit di akhir pekan, terutama jika sepanjang minggu mengalami kerugian. Dorongan untuk balas dendam atau menutup minggu dengan hasil positif ini sering membuat trader mengambil posisi yang tidak rasional. Akibatnya, keputusan trading di hari Jumat lebih banyak didorong oleh emosi ketimbang analisis objektif, yang meningkatkan risiko kesalahan.
7. Spread Melebar Saat Mendekati Penutupan
Selain likuiditas yang menipis, broker juga sering kali memperlebar spread mendekati penutupan pasar untuk mengantisipasi risiko gap akhir pekan. Spread yang tiba-tiba melebar bisa membuat posisi stop loss tersentuh meski pergerakan harga tidak terlalu signifikan secara teknikal. Ini sering mengejutkan trader yang tidak terbiasa atau tidak membaca syarat dan ketentuan broker mereka.
8. Risiko Biaya Overnight dan Swap Akhir Pekan
Untuk posisi yang tetap terbuka melewati akhir pekan, trader harus siap menanggung biaya swap tiga kali lipat (triple swap) yang umumnya dikenakan pada Rabu malam. Namun, beberapa broker menerapkan ketentuan berbeda yang tetap menyebabkan biaya overnight di akhir pekan lebih besar dari hari biasa. Biaya ini, jika tidak diperhitungkan, bisa mengikis profit bahkan membuat posisi yang semula untung berubah menjadi rugi.
9. Analisis Teknikal Jadi Kurang Akurat
Pergerakan pasar yang dipengaruhi oleh aksi tutup posisi dan profit taking seringkali menciptakan false breakout, false signal, atau pola chart yang tidak valid. Ini membuat trader teknikal kesulitan membaca sinyal di hari Jumat. Indikator teknikal seperti RSI, MACD, atau moving average bisa memberikan sinyal palsu karena price action tidak lagi merefleksikan supply-demand secara wajar.
10. Kurangnya Waktu untuk Recovery
Jika trader mengalami kerugian besar pada hari Jumat, tidak ada kesempatan untuk melakukan recovery sampai pasar buka lagi di hari Senin. Ketika pasar buka Senin, gap harga atau arah tren bisa berbeda dari yang diantisipasi, sehingga upaya memperbaiki posisi justru semakin berisiko. Inilah yang membuat kerugian di hari Jumat bisa berlipat ganda dampaknya.
Kesimpulan: Risiko yang Tidak Seimbang
Dari semua faktor di atas, jelas bahwa trading di hari Jumat, terutama di paruh kedua hari, memiliki risiko yang tidak seimbang dengan potensi keuntungan. Profesional lebih memilih menutup posisi lebih awal untuk menghindari ketidakpastian akhir pekan, sementara trader pemula yang terjebak keinginan meraih profit cepat justru berisiko besar terkena kerugian. Oleh karena itu, memahami logika di balik perilaku pasar hari Jumat adalah langkah penting agar trader dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan bertanggung jawab.
Pasar forex memang menawarkan peluang besar, tetapi juga menyimpan risiko yang perlu dikelola dengan cermat. Mengabaikan risiko hari Jumat hanya akan membuat trader rentan terhadap kerugian tak terduga yang bisa merusak konsistensi jangka panjang.
Trading bukan hanya soal menekan tombol buy atau sell, tetapi juga soal kemampuan membaca dinamika pasar dan menghindari waktu yang berbahaya. Menyadari risiko trading di hari Jumat dan memilih untuk tidak membuka posisi atau menutup posisi lebih awal adalah salah satu bentuk disiplin yang membedakan trader profesional dengan trader emosional.
Untuk Anda yang ingin mendalami lebih jauh mengenai manajemen risiko, strategi menghadapi volatilitas, dan cara membaca pasar dengan benar, jangan ragu untuk bergabung dalam program edukasi trading bersama Didimax. Di Didimax, Anda akan dibimbing oleh mentor berpengalaman yang siap membantu Anda memahami kondisi pasar secara mendalam dan mengasah keterampilan trading Anda agar lebih siap menghadapi tantangan, termasuk risiko hari Jumat.

Segera daftarkan diri Anda di www.didimax.co.id dan nikmati berbagai fasilitas edukasi trading gratis, webinar eksklusif, serta layanan konsultasi yang akan membantu Anda meraih tujuan finansial dengan lebih terarah dan aman. Jangan biarkan ketidaktahuan membuat Anda rugi, mulailah belajar trading dengan cara yang tepat bersama Didimax!