Perang Dagang AS-China 2025: Masih Membara atau Mulai Reda?

Sejak memuncak pada tahun 2018, perang dagang antara Amerika Serikat dan China telah menjadi salah satu konflik ekonomi paling signifikan di abad ke-21. Perselisihan ini tidak hanya mengguncang dua ekonomi terbesar dunia, tetapi juga berdampak luas pada pasar global, rantai pasok internasional, dan kebijakan perdagangan negara-negara lain. Kini, memasuki tahun 2025, pertanyaannya adalah: apakah konflik ini masih membara atau mulai reda?
Kilas Balik: Asal Muasal Ketegangan
Perang dagang AS-China dimulai ketika pemerintahan Presiden Donald Trump mulai memberlakukan tarif tinggi terhadap berbagai produk impor dari China dengan dalih ketidakseimbangan perdagangan dan dugaan pencurian kekayaan intelektual. China merespons dengan kebijakan serupa, memicu siklus saling balas tarif yang berlangsung selama beberapa tahun.
Pada masa pemerintahan Presiden Joe Biden, pendekatan terhadap China mengalami pergeseran, tetapi esensinya tetap sama: AS terus menekan China dalam isu-isu seperti keamanan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan subsidi industri. Meskipun terdapat upaya diplomatik, suasana tetap penuh ketegangan, terutama karena isu geopolitik seperti Taiwan dan pengaruh China di Asia-Pasifik.
Situasi Perdagangan di Tahun 2025
Masuk ke 2025, data perdagangan menunjukkan bahwa volume ekspor-impor antara kedua negara belum kembali ke level pra-2018. Tarif masih berlaku untuk berbagai produk strategis, meskipun beberapa di antaranya telah mengalami penyesuaian. AS masih mempertahankan tarif tinggi terhadap barang-barang teknologi dan manufaktur berat dari China. Sebaliknya, China meningkatkan dukungan kepada industri dalam negerinya melalui program “Made in China 2025” yang diperluas.
Salah satu sektor yang paling terpengaruh adalah teknologi. AS terus membatasi ekspor chip semikonduktor dan teknologi AI ke China dengan alasan keamanan nasional. China merespons dengan mempercepat pengembangan teknologi dalam negeri dan menggandeng mitra non-Barat seperti Rusia dan beberapa negara Global South untuk diversifikasi rantai pasok.
Strategi Baru di Balik Layar
Di balik layar, strategi perang dagang kini tidak lagi sebatas tarif. AS mulai menggunakan pendekatan "decoupling" atau pemisahan ekonomi, khususnya dalam sektor-sektor sensitif seperti telekomunikasi, pertahanan, dan teknologi digital. Banyak perusahaan AS didorong untuk mengalihkan produksi ke negara-negara alternatif seperti Vietnam, India, atau Meksiko sebagai bagian dari strategi “friend-shoring”.
China, di sisi lain, mendorong kebijakan “dual circulation” untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor dan fokus pada permintaan domestik. Negara ini juga memperkuat kerja sama regional melalui kemitraan seperti RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) dan memperluas inisiatif Belt and Road untuk memperluas pengaruh ekonominya ke Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin.
Dampak Terhadap Dunia
Perang dagang ini membawa konsekuensi luas. Negara-negara berkembang mengalami ketidakpastian akibat fluktuasi harga bahan baku dan ketegangan rantai pasok global. Banyak perusahaan multinasional terpaksa memikirkan ulang strategi produksi dan logistik mereka.
Eropa, misalnya, menghadapi dilema antara menjalin hubungan ekonomi dengan China dan menjaga aliansi strategis dengan AS. Negara-negara ASEAN diuntungkan secara ekonomi karena menjadi tujuan relokasi pabrik dari China, namun juga harus menjaga keseimbangan diplomatik di antara dua raksasa tersebut.
Pasar finansial pun tak luput dari dampaknya. Ketidakpastian geopolitik mendorong volatilitas di pasar saham dan komoditas. Investor global menjadi lebih waspada terhadap kebijakan perdagangan dan regulasi teknologi yang dapat berubah sewaktu-waktu.
Apakah Ketegangan Mulai Mereda?
Meski konflik belum sepenuhnya reda, terdapat tanda-tanda bahwa kedua pihak mulai mencari celah untuk stabilisasi. Pada awal 2025, pertemuan tingkat tinggi antara pejabat perdagangan AS dan China menghasilkan beberapa kesepakatan kecil mengenai produk pertanian dan regulasi paten, yang dipandang sebagai langkah menuju normalisasi hubungan.
Namun, hal ini belum cukup untuk mengatakan perang dagang telah usai. Inti dari konflik ini adalah pertarungan hegemoni ekonomi dan teknologi. AS khawatir akan dominasi teknologi China, sementara China menilai tekanan AS sebagai bentuk upaya menahan kebangkitan negaranya. Selama kedua negara tetap bersikeras mempertahankan kepentingan nasional masing-masing, sulit membayangkan berakhirnya perang dagang dalam waktu dekat.
Perspektif Ekonomi dan Politik Global
Dari perspektif ekonomi, dunia sedang menyaksikan pembentukan tatanan baru yang disebut “bipolaritas ekonomi.” AS dan sekutunya cenderung membentuk blok tersendiri dalam perdagangan dan teknologi, sementara China dan mitranya melakukan hal serupa. Ini menciptakan fragmentasi yang dapat berdampak jangka panjang terhadap efisiensi ekonomi global.
Secara politik, perang dagang menjadi cerminan dari pergeseran kekuatan global. AS yang selama ini menjadi pemimpin ekonomi dunia, kini menghadapi tantangan serius dari China. Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga ideologi, tata kelola teknologi, dan pengaruh global.
Kesimpulan: Membara atau Mereda?
Jadi, apakah perang dagang AS-China di 2025 masih membara atau mulai reda? Jawabannya adalah keduanya. Secara kasat mata, intensitas tarif dan retorika sudah sedikit menurun dibandingkan puncaknya beberapa tahun lalu. Namun, di balik layar, konflik struktural masih berlangsung dengan strategi yang lebih kompleks dan menyeluruh.
Bisa dikatakan, perang dagang telah berevolusi menjadi persaingan strategis jangka panjang yang melibatkan berbagai dimensi — dari tarif dan perdagangan, hingga teknologi, geopolitik, dan dominasi ideologi. Dunia tidak lagi melihat konflik ini dalam bentuk konfrontasi langsung, tetapi dalam bentuk persaingan sistemik yang lebih halus dan menyebar.
Bagi pelaku bisnis dan investor, memahami dinamika ini adalah kunci untuk menyusun strategi yang tepat dalam menghadapi ketidakpastian global. Perlu adanya kewaspadaan, diversifikasi portofolio, dan pemanfaatan informasi ekonomi yang akurat agar tidak tertinggal dalam arus perubahan dunia yang semakin cepat.
Jika Anda ingin lebih siap menghadapi dinamika pasar global dan memahami bagaimana gejolak geopolitik seperti perang dagang AS-China memengaruhi pasar keuangan, kini saatnya untuk meningkatkan pengetahuan Anda dalam dunia trading. Melalui program edukasi dari Didimax, Anda bisa mendapatkan pemahaman mendalam tentang analisis pasar, strategi trading, dan manajemen risiko langsung dari para mentor profesional.
Bergabunglah sekarang di www.didimax.co.id dan jadikan setiap peluang di tengah ketidakpastian sebagai potensi keuntungan. Edukasi adalah kunci untuk menjadi trader yang tangguh dan cerdas—dan Didimax siap menjadi mitra terbaik Anda dalam perjalanan itu.