Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Perbandingan Dampak Perang Dagang terhadap Forex dan Komoditas

Perbandingan Dampak Perang Dagang terhadap Forex dan Komoditas

by Rizka

Perbandingan Dampak Perang Dagang terhadap Forex dan Komoditas

Perang dagang adalah salah satu faktor geopolitik yang paling signifikan dalam memengaruhi pasar keuangan global. Ketika dua negara besar, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, saling memberlakukan tarif dan hambatan perdagangan, efeknya tidak hanya terasa dalam sektor perdagangan barang dan jasa, tetapi juga merambat ke pasar finansial seperti forex (foreign exchange) dan komoditas. Kedua pasar ini memiliki karakteristik yang berbeda, namun keduanya sangat sensitif terhadap ketegangan perdagangan global.

Artikel ini akan mengulas secara mendalam bagaimana perang dagang memengaruhi pasar forex dan komoditas, serta melakukan perbandingan untuk mengetahui instrumen mana yang lebih rentan dan mana yang memiliki potensi peluang lebih besar dalam situasi penuh ketidakpastian ini.

Dampak Perang Dagang terhadap Pasar Forex

Pasar forex atau valuta asing merupakan pasar terbesar di dunia dengan volume transaksi harian yang mencapai triliunan dolar AS. Salah satu faktor utama yang memengaruhi nilai tukar mata uang adalah stabilitas ekonomi dan hubungan dagang suatu negara. Ketika terjadi perang dagang, misalnya antara AS dan Tiongkok, ketidakpastian ekonomi meningkat drastis, memicu volatilitas di pasar forex.

1. Penguatan Safe Haven Currency

Salah satu dampak paling nyata adalah meningkatnya permintaan terhadap mata uang safe haven seperti Dolar AS (USD), Yen Jepang (JPY), dan Franc Swiss (CHF). Investor global cenderung menghindari risiko dan memindahkan dana ke aset yang dianggap lebih aman. Dalam konteks perang dagang, Dolar AS sering kali justru menguat karena dianggap sebagai mata uang global yang paling stabil, meskipun AS sendiri terlibat dalam konflik tersebut.

2. Pelemahan Mata Uang Negara Berkembang

Sebaliknya, mata uang negara berkembang (emerging markets) seperti Rupiah Indonesia (IDR), Ringgit Malaysia (MYR), dan Peso Filipina (PHP) cenderung mengalami tekanan. Ketika arus modal keluar dari negara berkembang menuju negara maju, nilai tukar mata uang negara berkembang melemah karena permintaan terhadap mata uang tersebut menurun.

3. Intervensi Bank Sentral

Bank sentral di berbagai negara juga memainkan peran penting dalam merespons dampak perang dagang. Mereka dapat menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi atau melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan mata uang mereka. Respons bank sentral ini dapat menciptakan pergerakan signifikan di pasar forex, menciptakan peluang dan risiko bagi trader.

Dampak Perang Dagang terhadap Komoditas

Komoditas seperti minyak, emas, perak, tembaga, dan produk agrikultur sangat bergantung pada stabilitas rantai pasok global. Perang dagang dapat mengganggu pasokan dan permintaan, sehingga memberikan dampak langsung terhadap harga komoditas.

1. Harga Emas Meningkat

Sebagai aset safe haven, emas biasanya mengalami kenaikan harga selama masa ketidakpastian ekonomi. Perang dagang menciptakan ketidakpastian tersebut, sehingga investor banyak beralih ke emas sebagai pelindung nilai (hedge) terhadap inflasi, depresiasi mata uang, dan ketidakpastian geopolitik. Harga emas sering kali melonjak ketika tensi perang dagang meningkat.

2. Harga Minyak Menurun atau Berfluktuasi

Berbeda dengan emas, harga minyak cenderung terpengaruh oleh permintaan global. Ketika perang dagang menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi global, permintaan minyak juga turun. Akibatnya, harga minyak mentah seperti Brent dan WTI bisa anjlok. Namun demikian, jika perang dagang melibatkan negara penghasil minyak utama, seperti sanksi terhadap Iran atau Rusia, maka pasokan dapat terganggu dan harga justru naik.

3. Volatilitas di Komoditas Agrikultur

Komoditas agrikultur seperti kedelai, gandum, dan jagung sangat terpengaruh oleh tarif dan pembatasan ekspor-impor. Contohnya, ketika Tiongkok mengenakan tarif tinggi terhadap impor kedelai dari AS sebagai balasan atas tarif dari AS, harga kedelai di pasar dunia langsung anjlok. Petani dan produsen di kedua negara terdampak, dan trader komoditas menghadapi volatilitas tinggi.

Perbandingan: Forex vs Komoditas dalam Perang Dagang

Untuk memahami mana yang lebih rentan atau potensial, kita perlu membandingkan beberapa aspek penting dari kedua pasar.

1. Volatilitas

Baik forex maupun komoditas mengalami peningkatan volatilitas selama perang dagang. Namun, volatilitas di pasar forex biasanya lebih cepat dan tajam karena reaksi instan terhadap berita ekonomi dan geopolitik. Sementara itu, komoditas cenderung bereaksi dengan pola jangka menengah-panjang, tergantung pada dinamika pasokan dan permintaan.

2. Likuiditas

Forex jauh lebih likuid dibandingkan pasar komoditas. Artinya, trader dapat masuk dan keluar dari posisi dengan cepat dan efisien. Ini membuat forex menjadi pilihan menarik bagi trader jangka pendek yang mengandalkan berita-berita terkait perang dagang.

3. Pengaruh Sentimen Pasar

Di pasar forex, sentimen pasar memainkan peran besar. Kabar tentang negosiasi damai atau ketegangan yang meningkat langsung memengaruhi nilai tukar mata uang. Sedangkan di pasar komoditas, dampaknya bisa lebih terukur karena bergantung pada data produksi dan konsumsi global.

4. Sumber Data dan Analisis

Trader forex memiliki akses ke berbagai data ekonomi harian yang dapat digunakan untuk menganalisis dampak perang dagang. Sementara itu, data komoditas sering kali membutuhkan analisis yang lebih kompleks, seperti data stok minyak mingguan, laporan USDA untuk agrikultur, dan sebagainya.

5. Strategi Hedging

Baik forex maupun komoditas bisa digunakan sebagai instrumen hedging. Perusahaan yang menghadapi risiko nilai tukar atau harga bahan baku bisa menggunakan kedua pasar ini untuk melindungi diri. Namun, emas dan minyak lebih sering digunakan oleh investor global sebagai alat lindung nilai selama krisis.

Kesimpulan

Perang dagang adalah pengingat bahwa ekonomi global saling terhubung dan setiap kebijakan proteksionis dapat menimbulkan reaksi berantai yang luas. Pasar forex dan komoditas sama-sama terdampak, namun dengan cara dan intensitas yang berbeda. Forex lebih cepat merespons perubahan kebijakan, sedangkan komoditas menunjukkan reaksi yang lebih dalam jangka menengah karena pengaruh rantai pasok global.

Bagi para trader, memahami dinamika ini sangat penting untuk mengambil keputusan yang cerdas. Pemilihan instrumen harus disesuaikan dengan tujuan trading, toleransi risiko, dan strategi yang digunakan. Dalam masa penuh ketidakpastian seperti perang dagang, edukasi dan analisis yang matang menjadi kunci utama untuk bertahan dan meraih peluang di pasar.

Jika Anda ingin memahami lebih dalam bagaimana perang dagang dan faktor geopolitik lainnya memengaruhi pasar forex dan komoditas, bergabunglah dalam program edukasi trading bersama Didimax. Kami menyediakan pelatihan lengkap, mulai dari dasar hingga strategi lanjutan, untuk membantu Anda menjadi trader yang cerdas dan siap menghadapi tantangan pasar global.

Segera kunjungi www.didimax.co.id dan daftarkan diri Anda dalam program edukasi trading gratis yang sudah membantu ribuan trader di seluruh Indonesia. Dengan pembelajaran yang praktis, mentor berpengalaman, dan komunitas yang suportif, perjalanan Anda sebagai trader profesional dimulai dari sini!