Perbandingan Inflasi AS dan Jepang dalam Jangka Panjang: Pelajaran Berharga dari Dua Kekuatan Ekonomi Dunia
Inflasi adalah salah satu indikator ekonomi paling penting yang mencerminkan kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu periode waktu tertentu. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Jepang memiliki perjalanan inflasi yang sangat berbeda dalam jangka panjang. Keduanya merupakan kekuatan ekonomi global, namun pendekatan kebijakan moneter, struktur demografi, hingga kultur konsumsi masyarakatnya menyebabkan arah dan dampak inflasi yang berbeda signifikan. Dalam artikel ini, kita akan membedah bagaimana inflasi berkembang di AS dan Jepang selama beberapa dekade terakhir, apa penyebab utama perbedaannya, dan apa pelajaran yang bisa diambil oleh para pelaku pasar maupun trader.
Inflasi di Amerika Serikat: Stabilitas yang Menantang

Sejak era pasca Perang Dunia II, Amerika Serikat mengalami inflasi yang bervariasi. Pada dekade 1970-an, inflasi melonjak drastis akibat krisis minyak dan kebijakan moneter yang longgar. Inflasi pada masa itu bahkan sempat mencapai dua digit, menciptakan tekanan besar pada daya beli masyarakat. Namun, pada awal 1980-an, di bawah kepemimpinan Paul Volcker sebagai ketua Federal Reserve, AS mulai menerapkan kebijakan moneter ketat untuk menurunkan inflasi. Suku bunga dinaikkan tajam hingga di atas 20%, yang meskipun memicu resesi, berhasil menurunkan inflasi secara drastis.
Sejak saat itu, inflasi di AS relatif stabil, berada pada kisaran 2% hingga 3% per tahun selama beberapa dekade, sesuai dengan target inflasi Federal Reserve. Namun, pandemi COVID-19 pada 2020 hingga 2022 kembali mengguncang kestabilan tersebut. Stimulus fiskal yang masif, gangguan rantai pasok global, dan kebijakan suku bunga rendah menyebabkan inflasi AS melonjak hingga lebih dari 9% pada pertengahan 2022 — level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Kondisi ini membuat Federal Reserve kembali mengetatkan kebijakan moneternya, menaikkan suku bunga secara agresif demi mengendalikan inflasi. Meskipun berhasil menurunkan inflasi secara perlahan, kebijakan ini juga meningkatkan risiko perlambatan ekonomi.
Inflasi di Jepang: Era Deflasi dan Tantangan Pemulihan
Berbeda dengan AS, Jepang mengalami masalah inflasi yang jauh berbeda. Setelah gelembung ekonomi pada akhir 1980-an pecah, Jepang memasuki era stagnasi panjang yang dikenal sebagai "the Lost Decade." Selama lebih dari dua dekade, Jepang tidak hanya mengalami inflasi rendah, tetapi justru menghadapi deflasi — penurunan harga secara terus menerus.
Deflasi ini terjadi akibat berbagai faktor, seperti penurunan permintaan domestik, beban utang korporasi, populasi yang menua, serta budaya masyarakat Jepang yang cenderung menabung dibandingkan berbelanja. Bank of Japan (BoJ) pun menerapkan kebijakan moneter ultra-longgar, termasuk suku bunga negatif dan pembelian aset besar-besaran (quantitative easing), demi memicu inflasi. Namun, hasilnya tetap terbatas.
Meskipun BoJ telah menargetkan inflasi 2% sejak 2013 melalui kebijakan "Abenomics", realisasi inflasi Jepang tetap berada di bawah target selama bertahun-tahun. Hanya pada periode pasca-COVID dan krisis energi global Jepang mencatat inflasi di atas 2%, namun tetap jauh lebih rendah dibandingkan lonjakan harga yang dialami negara-negara barat.
Perbedaan Fundamental: Struktur Demografi, Budaya Ekonomi, dan Kebijakan
Salah satu pembeda utama antara inflasi AS dan Jepang adalah demografi. AS memiliki populasi yang lebih muda dan terus bertumbuh melalui imigrasi, sementara Jepang menghadapi populasi yang menua dengan tingkat kelahiran rendah. Populasi yang lebih muda cenderung memiliki daya beli lebih tinggi dan konsumsi yang aktif, mendorong permintaan dan inflasi.
Selain itu, budaya konsumsi di AS jauh lebih agresif dibanding Jepang. Masyarakat AS cenderung lebih konsumtif dan menggunakan sistem kredit dalam pembelian, sementara masyarakat Jepang lebih konservatif dan menabung. Gaya hidup ini mempengaruhi seberapa cepat dan tinggi permintaan bisa mendorong inflasi.
Dari sisi kebijakan, perbedaan juga sangat mencolok. Federal Reserve bersikap lebih responsif dan fleksibel dalam menangani inflasi maupun deflasi, sedangkan Bank of Japan lebih konservatif dan lambat beradaptasi. BoJ bahkan mempertahankan suku bunga negatif selama bertahun-tahun, sementara The Fed cenderung lebih cepat menaikkan suku bunga saat inflasi meningkat.
Dampak Terhadap Pasar dan Peluang untuk Trader
Bagi trader dan investor, memahami tren inflasi di kedua negara ini sangat penting. Inflasi mempengaruhi nilai tukar, suku bunga, hingga harga aset. Ketika inflasi di AS tinggi dan suku bunga naik, dolar AS cenderung menguat terhadap yen Jepang yang masih berada dalam lingkungan suku bunga rendah. Ini menciptakan peluang trading pada pasangan mata uang USD/JPY.
Selain itu, instrumen investasi seperti obligasi, saham, hingga komoditas juga dipengaruhi oleh tren inflasi. Dalam konteks Jepang, inflasi yang rendah membuat return obligasi dan deposito juga rendah, mendorong investor mencari aset berisiko lebih tinggi di luar negeri. Sementara di AS, inflasi tinggi membuat investor lebih selektif dan sensitif terhadap data ekonomi dan pernyataan dari pejabat The Fed.
Pemahaman tentang perbedaan struktur inflasi ini menjadi sangat penting dalam menyusun strategi trading jangka menengah hingga panjang. Trader yang memahami konteks makroekonomi dan dinamika kebijakan moneter bisa mengantisipasi pergerakan harga dan membuat keputusan yang lebih cerdas.
Ingin memahami lebih dalam bagaimana inflasi, suku bunga, dan kebijakan bank sentral memengaruhi pasar? Yuk, ikuti program edukasi trading gratis dari Didimax, broker forex terpercaya yang sudah berpengalaman mendidik ribuan trader Indonesia. Di sana, kamu bisa belajar langsung dari mentor profesional tentang cara membaca kondisi makroekonomi global untuk memperkuat analisis trading-mu.
Jangan lewatkan kesempatan ini! Kunjungi www.didimax.co.id dan daftar sekarang untuk bergabung dalam komunitas trader yang solid dan suportif. Saatnya kamu naik level dan memahami trading tidak hanya dari sisi teknikal, tapi juga dari sisi fundamental yang lebih mendalam!