Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Pound & FTSE Sama-Sama Melemah, Waspadai Efek Domino di Pasar

Pound & FTSE Sama-Sama Melemah, Waspadai Efek Domino di Pasar

by Lia Nurullita

Pound & FTSE Sama-Sama Melemah, Waspadai Efek Domino di Pasar

Pelemahan Poundsterling dan indeks FTSE 100 di waktu yang bersamaan telah memicu perhatian serius dari para pelaku pasar global. Kombinasi penurunan nilai mata uang dan pelemahan pasar saham utama Inggris ini bukan hanya menjadi peringatan bagi ekonomi domestik, namun juga menyimpan potensi efek domino ke berbagai sektor dan wilayah lain. Dalam iklim pasar yang rentan oleh suku bunga tinggi, inflasi, ketidakpastian geopolitik, serta ancaman resesi, kondisi ini menambah kekhawatiran bahwa gejolak ekonomi Inggris bisa berdampak sistemik.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam apa yang menyebabkan Pound dan FTSE 100 sama-sama tertekan, apa saja dampak jangka pendek dan jangka panjangnya, serta bagaimana trader bisa mengantisipasi pergerakan pasar yang semakin tidak stabil.


Korelasi Poundsterling & FTSE 100: Kenapa Ini Tidak Biasa?

Secara historis, nilai tukar Poundsterling (GBP) dan indeks FTSE 100 memiliki hubungan yang cenderung berkebalikan. Ketika Pound melemah, FTSE 100 seringkali naik karena banyak perusahaan besar dalam indeks tersebut memperoleh pendapatan dari luar negeri. Pendapatan dalam dolar AS atau euro menjadi lebih tinggi ketika dikonversi ke Pound yang melemah. Namun, jika kedua indikator ekonomi ini turun secara bersamaan, maka itu bisa menjadi sinyal bahwa masalahnya jauh lebih mendalam.

Kondisi ini menjadi perhatian sejak awal pekan ketika GBP/USD anjlok ke bawah 1.27 sementara FTSE 100 terkoreksi hampir 2% dalam satu hari perdagangan. Penurunan terjadi setelah rilis data ekonomi Inggris yang lebih buruk dari perkiraan serta ekspektasi bahwa Bank of England (BoE) akan menunda pemangkasan suku bunga akibat masih tingginya tekanan inflasi.


Inflasi dan Kebijakan Moneter BoE

Inflasi Inggris yang tetap tinggi menjadi momok bagi BoE untuk melonggarkan kebijakan moneternya. CPI (Consumer Price Index) terbaru menunjukkan inflasi tahunan tetap di atas target 2%, bahkan setelah kenaikan suku bunga bertubi-tubi sejak 2022. Hal ini mempersulit ruang gerak BoE, yang pada akhirnya menahan suku bunga di level 5.25%, meskipun sektor rumah tangga dan bisnis telah mulai merasakan dampaknya.

Pasar obligasi juga menunjukkan sinyal kehati-hatian. Yield gilts Inggris mengalami lonjakan, mencerminkan tekanan biaya pinjaman dan ekspektasi inflasi jangka panjang. Imbal hasil yang lebih tinggi mengarah pada biaya modal yang lebih mahal, yang berpengaruh negatif pada valuasi saham-saham besar di FTSE 100.


Kinerja Korporasi dan Ketidakpastian Politik

Sejumlah emiten besar di FTSE 100 juga melaporkan earnings yang di bawah ekspektasi. Sektor perbankan, energi, dan konsumer defensif mengalami tekanan seiring melemahnya permintaan global serta penurunan daya beli konsumen Inggris. Ditambah dengan ketidakpastian politik menjelang pemilu Inggris, investor semakin berhati-hati terhadap aset berdenominasi Pound.

Pemilu mendatang dikhawatirkan membawa perubahan kebijakan fiskal dan regulasi yang drastis. Pasar cenderung tidak menyukai ketidakpastian ini, terutama ketika partai oposisi menunjukkan niat untuk menaikkan pajak perusahaan serta memperketat regulasi pasar tenaga kerja dan sektor keuangan.


Efek Domino: Pasar Eropa dan Global Bisa Terimbas

Kondisi ini tentu tidak berdampak terbatas hanya pada Inggris. Sebagai salah satu pusat keuangan dunia, gejolak di pasar Inggris bisa menjalar ke Eropa dan bahkan ke pasar global. Investor asing yang memegang obligasi dan saham Inggris dalam jumlah besar bisa mulai melepas aset-aset tersebut dan memindahkan dana ke safe haven seperti dolar AS, emas, atau obligasi AS.

Salah satu efek domino yang patut diwaspadai adalah pelemahan Euro. Meskipun Inggris telah keluar dari Uni Eropa, ekonomi kawasan ini masih saling terkait. Melemahnya Pound bisa memperkuat tekanan deflasi di kawasan Euro, yang juga tengah menghadapi pertumbuhan ekonomi stagnan. Jika ketegangan geopolitik atau sentimen risk-off meningkat, aset-aset berisiko di Asia dan Amerika Latin pun bisa ikut tertekan.


Bagaimana Trader Forex dan Saham Harus Menyikapi?

Bagi trader forex, volatilitas yang tinggi seperti ini bisa menjadi peluang maupun ancaman. Melemahnya Pound bisa memberikan peluang short sell di pair seperti GBP/USD, GBP/JPY atau bahkan EUR/GBP tergantung dinamika Eropa. Namun, volatilitas juga berarti risiko lonjakan harga yang tiba-tiba akibat data atau pernyataan dari BoE.

Di sisi lain, trader saham yang beroperasi di pasar Inggris harus lebih selektif. Saham-saham dengan eksposur global tinggi mungkin bisa bertahan, namun sektor domestik seperti retail, properti, dan perbankan bisa menghadapi tekanan berkelanjutan. Strategi defensif seperti investasi di sektor utilitas atau dividen tinggi mungkin bisa memberikan perlindungan sementara.

Untuk trader yang lebih konservatif, kombinasi antara analisa teknikal dan fundamental sangat dibutuhkan untuk membaca peluang jangka pendek sekaligus menjaga manajemen risiko.


Analisa Teknikal GBP/USD dan FTSE 100

Secara teknikal, GBP/USD saat ini berada di bawah garis support penting di kisaran 1.2700, membuka peluang penurunan menuju 1.2550 apabila tekanan seller berlanjut. Indikator RSI dan MACD menunjukkan sinyal bearish yang cukup kuat, meskipun oversold bisa memicu koreksi jangka pendek.

FTSE 100 juga membentuk pola double top di grafik harian dengan support kritis di 8000 poin. Jika level ini tembus, target berikutnya berada di 7800 dan 7650. Volume perdagangan yang tinggi selama penurunan menunjukkan adanya tekanan distribusi besar dari investor institusi.


Outlook Minggu Ini: Fokus pada Data Ekonomi dan BoE

Pekan ini, data utama yang akan menjadi sorotan antara lain: angka pengangguran Inggris, penjualan ritel, serta pidato dari Gubernur BoE Andrew Bailey. Jika data tenaga kerja masih kuat namun inflasi tetap tinggi, pasar bisa menilai BoE akan terus mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama—sebuah skenario yang bisa memperpanjang pelemahan Pound.

Investor dan trader juga akan mencermati pergerakan indeks Dolar AS, karena pelemahan global Pound bisa memperkuat reli dolar, yang pada akhirnya juga akan menambah tekanan di pasar komoditas dan negara berkembang.


Ketika Pound dan FTSE melemah secara bersamaan, artinya ekonomi Inggris sedang berada di fase penuh tantangan. Ketidakpastian ini bisa menjadi ladang emas bagi trader yang mampu menganalisis dengan cepat dan bertindak tepat. Namun, untuk bisa memanfaatkan peluang tersebut, diperlukan pengetahuan yang solid, strategi yang tepat, dan tentu saja bimbingan dari pihak yang kompeten.

Untuk itu, jika Anda ingin meningkatkan kemampuan dalam membaca pasar, memahami sinyal trading, dan menerapkan strategi dengan risiko terukur, bergabunglah dalam program edukasi trading di www.didimax.co.id. Didimax menawarkan bimbingan trading forex secara gratis, langsung dari mentor profesional yang berpengalaman di pasar global.

Dengan pendekatan personal dan materi yang disesuaikan dengan level pemahaman Anda, Didimax siap mendampingi Anda untuk menjadi trader yang cerdas, disiplin, dan berorientasi pada hasil. Jangan hanya menjadi penonton gejolak pasar—ambil kendali, tingkatkan skill Anda sekarang bersama Didimax!