Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Riset Morgan Stanley tentang Volatilitas Forex Global: Dinamika, Pemicu, dan Prospeknya

Riset Morgan Stanley tentang Volatilitas Forex Global: Dinamika, Pemicu, dan Prospeknya

by Rizka

Riset Morgan Stanley tentang Volatilitas Forex Global: Dinamika, Pemicu, dan Prospeknya

Volatilitas di pasar forex selalu menjadi pusat perhatian para pelaku pasar, mulai dari trader ritel hingga institusi besar. Di antara lembaga keuangan global, Morgan Stanley termasuk yang paling rutin meneliti, memantau, dan merilis analisis komprehensif terkait tingkat volatilitas mata uang dunia. Riset mereka menjadi acuan karena bersifat multidimensional—menggabungkan analisis makro, kebijakan moneter, sentimen pasar, hingga perilaku investor institusional. Tahun 2025, tren volatilitas global menunjukkan dinamika yang semakin kompleks, dipengaruhi oleh perubahan kebijakan bank sentral, geopolitik yang memanas, dan pergeseran aliran modal secara drastis.

Artikel ini membahas secara panjang mengenai riset Morgan Stanley tentang volatilitas forex global: apa penyebab utamanya, bagaimana proyeksi ke depan, dan apa implikasinya bagi trader. Semua dirangkum dengan bahasa yang mudah dicerna, tanpa mengurangi ketajaman analisis dari sudut pandang profesional.


1. Pemahaman Dasar: Apa Itu Volatilitas Menurut Morgan Stanley?

Morgan Stanley mendefinisikan volatilitas forex sebagai tingkat perubahan harga yang terjadi dalam rentang waktu tertentu, dipengaruhi oleh kondisi fundamental, sentimen, dan faktor likuiditas. Dalam laporan riset mereka, volatilitas bukan sekadar angka fluktuasi, tetapi refleksi dari ketidakpastian global.

Menurut analis mereka, volatilitas pasar forex 2024–2025 berada pada fase transisi setelah periode “low volatility anomaly,” yaitu kondisi ketika pasar terlihat tenang meskipun fundamental dunia menunjukkan risiko besar. Tahun 2025, ketenangan semu tersebut mulai memudar dan digantikan oleh pergerakan agresif pada mayor pairs seperti EUR/USD, USD/JPY, dan GBP/USD.


2. Faktor Pemicu Volatilitas Menurut Riset Morgan Stanley

a. Kebijakan Moneter Bank Sentral Global

Federal Reserve (Fed) tetap menjadi penyumbang volatilitas terbesar. Setiap perubahan panduan suku bunga atau sikap hawkish/dovish mampu memicu lonjakan pergerakan dolar AS. Morgan Stanley mencatat bahwa proyeksi ekonomi AS yang berfluktuasi memperbesar ketidakpastian kebijakan Fed.

Selain Fed, bank sentral lain seperti European Central Bank (ECB), Bank of Japan (BoJ), dan Bank of England (BoE) ikut memperbesar fluktuasi. Misalnya, BoJ yang masih mempertahankan kebijakan ultra longgar membuat yen sering mengalami pelemahan ekstrem, tetapi sensitif terhadap setiap spekulasi perubahan kebijakan.

b. Geopolitik dan Ketegangan Regional

Dalam risetnya, Morgan Stanley menekankan bahwa gesekan geopolitik adalah salah satu pemicu volatilitas paling sulit diprediksi, mulai dari konflik di Timur Tengah, ketegangan AS–China, hingga instabilitas di pasar Eropa Timur. Isu geopolitik biasanya menyebabkan aliran modal berpindah ke aset safe haven seperti USD, CHF, atau JPY.

c. Pergeseran Arus Modal Global

Institusi besar seperti sovereign wealth funds dan hedge funds adalah motor utama volatilitas ketika mereka memindahkan posisi secara besar-besaran. Morgan Stanley menyoroti bahwa perubahan likuiditas global akibat pengetatan bank sentral memaksa investor institusional melakukan rebalancing portofolio yang berdampak langsung pada pasar forex.

d. Data Ekonomi Tinggi Volatil

Beberapa rilis data menjadi fokus riset Morgan Stanley karena paling sering memicu lonjakan volatilitas, seperti:

  • Non-Farm Payroll (NFP)

  • CPI (inflasi)

  • GDP kuartalan

  • PMI global

  • Neraca perdagangan AS, Jepang, dan Tiongkok

Ketika data tidak sesuai ekspektasi pasar, volatilitas meningkat drastis.


3. Mata Uang Paling Volatil Menurut Riset Morgan Stanley

a. Yen Jepang (JPY)

Yen semakin volatil karena ketidakpastian sikap BoJ. Intervensi pemerintah Jepang membuat USD/JPY menjadi salah satu pasangan paling bergejolak.

b. Poundsterling (GBP)

Pengaruh kondisi ekonomi Inggris yang rapuh serta kebijakan suku bunga agresif BoE menjadikan GBP/USD salah satu pair paling dinamis.

c. Euro (EUR)

Meskipun relatif stabil dibanding GBP dan JPY, euro terkena dampak kuat dari isu geopolitik di kawasan Eropa serta perlambatan ekonomi Eurozone.

d. Mata Uang Komoditas (AUD, NZD, CAD)

Morgan Stanley menilai mata uang komoditas 2025 masih sangat dipengaruhi harga minyak dan logam, sehingga volatilitasnya tinggi mengikuti fluktuasi energi global.


4. Dampak Volatilitas Terhadap Strategi Trading

Morgan Stanley memberikan penekanan pada tiga dampak besar volatilitas terhadap aktivitas trading:

a. Spread Melebar

Saat volatilitas meningkat, broker dan lembaga likuiditas memperlebar spread untuk mengantisipasi risiko harga ekstrem. Trader harus siap dengan biaya transaksi yang lebih tinggi.

b. Risiko Stop-Loss Tersentuh

Volatilitas ekstrem sering menyebabkan harga menyentuh level stop-loss dengan cepat. Riset Morgan Stanley menyarankan trader menyesuaikan ukuran stop-loss dan lot sesuai kondisi pasar.

c. Peluang Profit Lebih Besar

Volatilitas tidak selalu buruk — justru membuka peluang profit besar asalkan trader bisa membaca sentimen dan tren dengan benar. Morgan Stanley menilai volatilitas sehat dapat meningkatkan volume transaksi dan potensi keuntungan.


5. Proyeksi Volatilitas Forex 2025–2026 Menurut Morgan Stanley

Berdasarkan riset terbaru, Morgan Stanley memperkirakan bahwa:

  • Volatilitas akan tetap tinggi hingga 2026 karena perbedaan kebijakan moneter global.

  • USD berpotensi mempertahankan dominasinya selama ketidakpastian ekonomi dunia masih tinggi.

  • Yen berpeluang mengalami pergerakan besar jika BoJ mulai melakukan normalisasi kebijakan.

  • Euro akan tetap sensitif terhadap data ekonomi Eurozone dan sentimen geopolitik regional.

  • Mata uang komoditas akan mengikuti tren harga minyak, emas, dan permintaan global terhadap bahan baku.


6. Strategi Menghadapi Volatilitas Menurut Rekomendasi Morgan Stanley

a. Fokus pada Pair dengan Likuiditas Tinggi

Seperti EUR/USD, USD/JPY, atau XAU/USD untuk mengurangi risiko slippage.

b. Gunakan Manajemen Risiko Ketat

Risk per trade 1–2% disarankan dalam kondisi volatilitas tinggi.

c. Hindari Overtrading

Pergerakan agresif dapat memancing trader masuk terlalu banyak posisi tanpa perhitungan matang.

d. Manfaatkan Data Ekonomi

Morgan Stanley menekankan pentingnya mengikuti kalender ekonomi sebagai alat navigasi volatilitas.

e. Kuasai Analisis Multidimensi

Menggabungkan analisis fundamental, teknikal, dan sentimen menjadi kunci menghadapi pasar forex modern.


Akhir Kata

Volatilitas di pasar forex adalah fenomena alami yang tidak bisa dihindari. Riset Morgan Stanley menunjukkan bahwa dinamika global — mulai dari kebijakan moneter, geopolitik, hingga perubahan arus modal — akan terus mempengaruhi pasar valuta asing dalam jangka panjang. Namun, volatilitas bukanlah musuh; ia adalah peluang bagi trader yang mampu memahaminya dan menyusun strategi dengan benar.

Jika Anda ingin lebih memahami cara membaca volatilitas, belajar strategi trading yang sesuai dengan kondisi pasar, serta mendapatkan bimbingan langsung seputar forex, Anda bisa mengikuti program edukasi trading bersama Didimax. Edukasinya lengkap, mulai dari kelas dasar hingga lanjutan, dilengkapi analisa harian, sinyal, dan bimbingan intensif.

Bagi Anda yang ingin naik level menjadi trader yang mampu beradaptasi dengan volatilitas global seperti yang dipetakan Morgan Stanley, segera bergabung dan daftar program pembelajaran trading forex dari Didimax melalui website resmi di www.didimax.co.id. Edukasi gratis, fasilitas lengkap, dan mentor berpengalaman siap membantu perkembangan trading Anda.