Saat Bank Holiday, Trader Sebaiknya Hentikan Aktivitas
Bagi banyak trader — terutama yang sudah aktif di pasar forex — hari-hari libur bank mungkin terlihat seperti kesempatan emas untuk tetap “berburu” peluang. Grafik tetap bergerak, platform masih bisa dibuka, dan pair masih diperdagangkan. Sekilas, tidak ada yang terlihat salah. Namun, di balik pergerakan harga yang tampak biasa saja, bank holiday sering menyimpan risiko tersembunyi yang kerap diabaikan.
Bank holiday adalah hari di mana bank-bank besar di suatu negara tutup karena perayaan nasional, festival, atau kebijakan pemerintah. Meski terdengar sederhana, dampaknya sangat besar. Bank merupakan penyedia likuiditas utama. Saat bank tutup, arus dana melemah, volume transaksi turun, spread melebar, dan volatilitas menjadi tidak stabil.
Inilah alasan mengapa banyak trader profesional memilih untuk berhenti trading sementara — bukan karena takut, tetapi karena mereka paham: tidak semua hari layak untuk dipaksa trading.
Mengapa Bank Holiday Berbahaya untuk Trader?
1. Likuiditas Menurun Drastis
Saat bank-bank besar tutup, jumlah pelaku pasar berkurang. Tanpa likuiditas yang memadai, order menjadi lebih sulit dieksekusi pada harga terbaik. Slippage menjadi lebih sering, terutama pada market order.
Trader yang terbiasa scalping atau memanfaatkan pergerakan kecil sangat dirugikan. Spread yang biasanya 1–2 pips bisa melebar jadi 5–10 pips, bahkan lebih. Keuntungan kecil yang diincar langsung “dimakan” biaya transaksi.
2. Volatilitas Tidak “Sehat”
Di hari normal, pergerakan harga umumnya terjadi karena aliran dana besar, reaksi terhadap berita ekonomi, atau keputusan bank sentral. Namun saat bank holiday, pergerakan harga lebih banyak didorong oleh spekulasi dan aktivitas pelaku pasar kecil.
Akibatnya:
-
Harga cenderung bergerak tidak jelas
-
Breakout palsu sering terjadi
-
Support–resistance mudah ditembus, lalu harga kembali berbalik tajam
Trader yang mengandalkan analisis teknikal sering tertipu, karena sinyal kehilangan keakuratannya.
3. Data Ekonomi Bisa Tetap Rilis
Yang sering dilupakan: meskipun bank tutup, kalender ekonomi tidak selalu ikut libur.
Jika ada rilis data penting saat likuiditas rendah, maka reaksi pasar bisa tidak wajar:
-
Candle tiba-tiba loncat jauh
-
Stop loss tersentuh dalam hitungan detik
-
Harga kembali ke posisi semula dan meninggalkan kerugian
Ini bukan soal kemampuan analisis — tetapi kondisi pasar yang memang tidak wajar.
Mengapa Trader Tetap Memaksa Trading?
Ada beberapa alasan umum:
-
FOMO (takut ketinggalan peluang)
Melihat chart bergerak sedikit, trader merasa “sayang kalau dilewatkan”.
-
Kebiasaan overtrading
Beberapa trader merasa harus selalu berada di pasar. Mereka menganggap, kalau tidak trading berarti “tidak produktif”.
-
Kurang memahami mekanisme market
Banyak yang hanya fokus pada sinyal entry, tanpa memahami dari mana pergerakan harga berasal.
Padahal, berhenti trading pada waktu-waktu tertentu bukan kelemahan — justru bentuk kedewasaan sebagai trader.
Saat Bank Holiday, Apa yang Sebaiknya Dilakukan?
Berhenti trading bukan berarti berhenti belajar. Justru ini kesempatan emas untuk memperbaiki diri.
1. Evaluasi Trading Journal
Lihat kembali:
-
Kesalahan paling sering terjadi di bagian mana?
-
Setup apa yang paling sering gagal?
-
Apakah risk management sudah konsisten?
Tanpa evaluasi, trader hanya mengulang kesalahan yang sama.
2. Backtest Strategi
Gunakan data historis untuk menguji:
-
Apakah sistem masih relevan?
-
Bagaimana kinerjanya di kondisi trend dan sideways?
-
Berapa win rate & risk–reward yang realistis?
Backtest memberi gambaran lebih objektif, bukan hanya perasaan.
3. Perbaiki Psikologi Trading
Bank holiday adalah waktu terbaik untuk latihan:
Trader yang matang tahu kapan harus agresif, kapan harus menepi.
4. Update Pengetahuan
Baca artikel, ikut webinar, atau belajar dari mentor. Pasar terus berkembang, dan pengetahuan yang stagnan akan tertinggal.
Kesimpulan: Menepi Bukan Berarti Kalah
Trading bukan soal siapa yang paling sering masuk pasar, tapi siapa yang paling disiplin. Bank holiday sering kali penuh jebakan: likuiditas rendah, volatilitas tidak sehat, dan biaya transaksi meningkat. Karena alasan itu, berhenti trading sementara seringkali menjadi pilihan paling rasional.
Ingat, pasar tidak ke mana-mana. Peluang akan selalu ada — tapi modal yang hilang sulit untuk kembali.
Di saat-saat seperti inilah, trader bijak memilih untuk belajar, memperkuat strategi, dan menyiapkan diri ketika kondisi pasar sudah kembali normal.
Jika kamu ingin memaksimalkan waktu saat bank holiday dengan cara yang lebih produktif, mengikuti program edukasi trading bisa menjadi langkah yang tepat. Di sana kamu bisa belajar dari mentor berpengalaman, memahami risiko secara lebih matang, serta mempelajari strategi yang realistis dan teruji. Materinya dibuat sistematis, sehingga cocok untuk pemula maupun trader yang ingin naik level.
Kunjungi www.didimax.co.id dan mulai bangun pondasi trading yang lebih kuat. Dengan edukasi yang tepat, kamu tidak hanya mengandalkan keberuntungan, tetapi membangun keputusan trading berdasarkan pengetahuan, disiplin, dan manajemen risiko yang benar.