Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Studi Kasus: Keuntungan Besar dari Carry Trade di Masa Lalu

Studi Kasus: Keuntungan Besar dari Carry Trade di Masa Lalu

by Rizka

Studi Kasus: Keuntungan Besar dari Carry Trade di Masa Lalu

Carry trade adalah strategi dalam dunia trading yang mengandalkan selisih suku bunga antara dua mata uang. Strategi ini telah digunakan selama beberapa dekade oleh institusi keuangan besar, hedge fund, hingga trader individu untuk meraih keuntungan yang signifikan. Konsep dasarnya cukup sederhana: pinjam dana dalam mata uang dengan suku bunga rendah, lalu investasikan dalam mata uang dengan suku bunga tinggi. Selisih suku bunga inilah yang menjadi keuntungan utama, ditambah dengan potensi capital gain jika arah pergerakan mata uang juga menguntungkan.

Dalam sejarahnya, carry trade telah menjadi senjata rahasia banyak investor besar, khususnya pada era sebelum krisis keuangan global 2008. Salah satu pasangan mata uang yang paling sering dimanfaatkan dalam strategi ini adalah JPY (Yen Jepang) sebagai mata uang pinjaman dan AUD (Dolar Australia) atau NZD (Dolar Selandia Baru) sebagai mata uang target. Jepang telah lama mempertahankan kebijakan suku bunga sangat rendah bahkan mendekati nol, sementara Australia dan Selandia Baru menawarkan suku bunga tinggi untuk menarik investasi asing.

Era Keemasan Carry Trade: Tahun 2000–2007

Antara tahun 2000 hingga 2007, strategi carry trade mengalami masa keemasan. Saat itu, suku bunga Jepang berada di kisaran 0.25% hingga 0.5%, sementara suku bunga Australia mencapai 6% hingga 7%. Artinya, seorang trader yang meminjam dalam Yen dan menginvestasikannya dalam Dolar Australia bisa memperoleh selisih bunga sekitar 6% per tahun. Jika dilakukan dalam jumlah besar dengan leverage, keuntungan yang didapat bisa sangat signifikan.

Contohnya, jika seorang trader meminjam 1 juta Yen dan menukarnya ke Dolar Australia, ia bisa mendapatkan sekitar AUD 13.000 (dengan kurs saat itu sekitar 77). Jika AUD disimpan di rekening dengan bunga 6% per tahun, dalam waktu satu tahun, trader tersebut akan mendapatkan sekitar AUD 780 dari bunga. Jika tidak ada perubahan nilai tukar, ini sudah menjadi profit yang cukup menarik. Namun, pada kenyataannya, AUD justru menguat terhadap Yen selama periode tersebut, sehingga trader tidak hanya mendapatkan bunga, tapi juga capital gain dari apresiasi nilai mata uang.

Studi Kasus Nyata: Hedge Fund dan Peran Carry Trade

Salah satu studi kasus paling terkenal tentang keuntungan besar dari carry trade berasal dari aktivitas hedge fund global seperti Goldman Sachs dan Bridgewater Associates. Laporan tahunan mereka pada awal 2000-an menunjukkan bahwa carry trade menyumbang sebagian besar profit pada beberapa portofolio mereka. Mereka menggunakan leverage tinggi, kadang hingga 10 kali lipat, untuk memaksimalkan keuntungan dari selisih bunga tersebut. Bahkan, Bank of International Settlements (BIS) pada tahun 2006 memperkirakan bahwa total transaksi carry trade global bisa mencapai ratusan miliar dolar AS, sebagian besar melibatkan Yen Jepang.

Salah satu keuntungan utama dari strategi ini adalah kestabilan. Selama periode 2000-2007, nilai tukar antara JPY dan AUD cenderung naik stabil. Banyak trader memanfaatkan hal ini untuk membuka posisi jangka panjang (long position) dalam AUD/JPY dan meraih profit yang konsisten tiap bulan dari rollover (bunga harian yang dibayarkan broker berdasarkan selisih suku bunga).

Risiko dan Keruntuhan: Krisis 2008

Namun, seperti semua strategi dalam dunia trading, carry trade tidak luput dari risiko. Krisis keuangan global 2008 menjadi turning point yang menimbulkan kerugian besar bagi banyak trader carry trade. Ketika pasar mengalami panic sell, investor menarik modal besar-besaran dari aset berisiko tinggi dan kembali ke mata uang safe haven seperti Yen. Akibatnya, Yen menguat drastis, dan banyak posisi carry trade jangka panjang dipaksa tutup karena kerugian nilai tukar yang sangat besar.

Pasangan AUD/JPY misalnya, jatuh lebih dari 30% dalam waktu singkat. Bagi trader yang menggunakan leverage tinggi, ini berarti kerugian bisa melampaui modal awal. Banyak hedge fund mencatatkan kerugian miliaran dolar akibat runtuhnya strategi carry trade. Ini menjadi pelajaran penting bahwa meskipun strategi ini menguntungkan, manajemen risiko tetap harus menjadi prioritas utama.

Kembalinya Carry Trade di Era Modern

Setelah krisis 2008, minat terhadap carry trade sempat meredup karena suku bunga global turun mendekati nol. Namun, seiring normalisasi kebijakan moneter oleh beberapa bank sentral pasca-2015, strategi ini kembali dilirik. Terutama setelah pandemi COVID-19, ketika suku bunga mulai naik di beberapa negara untuk melawan inflasi, perbedaan suku bunga antarnegara kembali menciptakan peluang carry trade.

Contoh terbaru adalah strategi menggunakan USD (yang suku bunganya meningkat drastis setelah The Fed menaikkan suku bunga) terhadap Yen yang masih mempertahankan suku bunga ultra-rendah. Banyak analis memperkirakan bahwa strategi carry trade akan tetap relevan di masa depan, selama terdapat disparitas suku bunga global dan stabilitas pasar yang mendukung.


Ingin memahami lebih dalam bagaimana strategi carry trade bekerja dan bagaimana Anda bisa memanfaatkannya dalam trading nyata? Yuk, pelajari langsung dari para mentor dan analis profesional di Didimax! Di sana, Anda tidak hanya akan mendapatkan teori, tapi juga praktik langsung dan analisis terkini yang bisa membantu Anda memahami strategi carry trade dari A sampai Z.

Jangan lewatkan kesempatan untuk mengikuti program edukasi trading gratis yang disediakan oleh www.didimax.co.id. Baik Anda pemula maupun trader berpengalaman, program ini akan memberikan insight, strategi, serta tools yang bisa langsung digunakan dalam aktivitas trading Anda. Yuk gabung sekarang dan maksimalkan potensi keuntungan Anda di pasar forex bersama Didimax!