Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Tekanan Inflasi AS yang Mereda Menahan Kenaikan Emas

Tekanan Inflasi AS yang Mereda Menahan Kenaikan Emas

by Iqbal

Tekanan Inflasi AS yang Mereda Menahan Kenaikan Emas

Harga emas dunia mengalami stagnasi dalam beberapa pekan terakhir meskipun ketidakpastian global masih membayangi pasar keuangan. Salah satu faktor utama yang berperan dalam menahan laju kenaikan harga logam mulia ini adalah data inflasi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan pelonggaran tekanan. Investor yang sebelumnya mengantisipasi pergerakan emas yang signifikan kini harus bersikap lebih hati-hati karena pasar menilai arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) dalam konteks inflasi yang mulai mereda.

Inflasi AS Mulai Terkendali

Pada bulan Juli 2025, Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) naik 3,1% secara tahunan, turun dari angka 3,3% pada bulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi inti yang tidak memasukkan harga makanan dan energi juga melambat ke 3,4% dari 3,6%. Angka-angka ini menunjukkan bahwa tekanan harga mulai mengendur, meskipun masih berada di atas target inflasi The Fed sebesar 2%.

Tren penurunan inflasi ini memberikan sinyal positif bagi perekonomian AS, tetapi secara bersamaan menurunkan urgensi bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang. Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga bisa terjadi lebih cepat dari yang diprediksi sebelumnya jika tren inflasi terus menurun.

Namun, pelonggaran inflasi ini justru menjadi penahan bagi reli harga emas. Biasanya, emas mendapat dukungan saat inflasi tinggi karena dianggap sebagai lindung nilai terhadap penurunan daya beli uang fiat. Saat inflasi melambat, daya tarik emas sebagai aset lindung nilai turut menurun.

Respons Pasar Terhadap Data Ekonomi

Investor global yang sebelumnya bertaruh pada skenario "hard landing" atau perlambatan ekonomi yang tajam kini mulai mengkalkulasi skenario yang lebih lunak. Hal ini tercermin dalam pergerakan imbal hasil obligasi AS yang tetap stabil di kisaran 4,15% untuk tenor 10 tahun, serta penguatan terbatas pada indeks dolar AS. Sentimen pasar yang lebih seimbang menyebabkan emas bergerak dalam pola konsolidasi, cenderung sideways daripada mencetak rekor baru.

Di pasar komoditas, harga emas spot berada di kisaran USD 2.320 per troy ounce pada awal Agustus 2025, sedikit lebih tinggi dibanding pekan sebelumnya namun belum mampu menembus level resistance kuat di USD 2.350. Investor masih menanti katalis kuat selanjutnya yang dapat mendorong harga emas keluar dari zona konsolidasi ini.

Data inflasi yang mulai mereda membuat investor kembali melirik aset berisiko seperti saham dan kripto, sehingga permintaan terhadap aset safe haven seperti emas sedikit berkurang. Namun demikian, emas tetap mempertahankan sebagian kekuatannya karena faktor geopolitik dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global masih membayangi.

Dolar AS dan Suku Bunga sebagai Penentu Utama

Pergerakan emas sangat dipengaruhi oleh dinamika dolar AS dan tingkat suku bunga. Ketika inflasi menurun, potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed meningkat, yang bisa melemahkan dolar AS. Dolar yang lebih lemah biasanya menjadi katalis positif bagi emas karena harga emas menjadi lebih murah bagi pembeli dengan mata uang selain dolar.

Namun, The Fed masih bersikap hati-hati. Dalam pidatonya baru-baru ini, Ketua The Fed Jerome Powell menekankan bahwa pihaknya masih menunggu bukti yang lebih kuat bahwa inflasi benar-benar menuju ke target 2% secara berkelanjutan sebelum melakukan pelonggaran kebijakan. Sikap ini memberi sinyal bahwa suku bunga kemungkinan masih akan bertahan tinggi setidaknya hingga akhir 2025.

Selama suku bunga tetap tinggi, biaya peluang untuk memegang emas — yang tidak memberikan imbal hasil — menjadi lebih besar. Ini menjadi salah satu alasan mengapa reli harga emas dalam beberapa waktu terakhir tampak tertahan meskipun ada banyak ketidakpastian ekonomi.

Faktor Geopolitik Masih Dukung Emas

Meski tekanan inflasi AS mulai reda, emas tetap didukung oleh ketegangan geopolitik global yang belum mereda. Konflik yang terus berlangsung di kawasan Timur Tengah, ketegangan antara AS dan Tiongkok terkait isu perdagangan dan teknologi, serta ketidakpastian politik menjelang pemilu presiden AS pada November 2025 menjadi faktor-faktor yang menambah daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Investor institusi dan bank sentral dari negara-negara berkembang juga terus menambah cadangan emas sebagai bentuk diversifikasi dari dolar AS. Menurut data World Gold Council (WGC), pembelian emas oleh bank sentral tetap tinggi selama paruh pertama 2025, meskipun harga emas telah mencapai rekor tertinggi pada kuartal pertama tahun ini.

Ini menunjukkan bahwa meskipun tekanan inflasi menurun, permintaan jangka panjang terhadap emas tetap kuat, terutama dari sektor non-investor ritel. Kombinasi antara ketidakpastian geopolitik dan strategi diversifikasi aset tetap memberikan fondasi yang kokoh bagi harga emas.

Prediksi dan Prospek Harga Emas

Para analis pasar memperkirakan harga emas akan tetap dalam fase konsolidasi selama beberapa minggu ke depan. Level support kuat berada di USD 2.280 sementara resistance utama berada di kisaran USD 2.350. Jika inflasi terus melandai dan The Fed mulai menunjukkan sinyal pelonggaran kebijakan, harga emas diperkirakan akan kembali menguat dan berpotensi menembus USD 2.400.

Namun, jika data ekonomi AS menunjukkan pemulihan yang lebih kuat dan inflasi tidak turun secepat yang diharapkan, maka ekspektasi pemangkasan suku bunga akan tertunda, yang berpotensi menekan harga emas ke bawah USD 2.300.

Secara teknikal, indikator RSI dan MACD untuk grafik harian emas masih menunjukkan sinyal netral. Volume perdagangan juga cenderung menurun, menandakan pasar sedang menunggu pemicu berikutnya. Untuk jangka menengah hingga panjang, tren harga emas tetap positif seiring dengan meningkatnya permintaan global dan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi AS.

Strategi Investor dalam Situasi Saat Ini

Dalam kondisi pasar yang cenderung sideways seperti saat ini, investor emas perlu bersikap selektif dan tidak terburu-buru. Strategi terbaik adalah dengan mengadopsi pendekatan akumulatif, membeli emas secara bertahap saat harga mendekati level support, dan mengambil keuntungan saat harga mendekati resistance.

Diversifikasi portofolio juga menjadi kunci untuk menghadapi volatilitas pasar yang tinggi. Selain emas fisik dan ETF, investor bisa mempertimbangkan instrumen turunan seperti kontrak berjangka dan opsi emas untuk memaksimalkan peluang profit, tentunya dengan pemahaman risiko yang matang.

Pemanfaatan analisis teknikal dan fundamental secara bersamaan sangat disarankan agar keputusan investasi tidak hanya berdasarkan emosi atau spekulasi. Edukasi dan pemahaman mendalam tentang dinamika pasar emas akan sangat membantu dalam mengambil keputusan yang lebih tepat.


Ingin memahami lebih dalam tentang pergerakan harga emas, analisis teknikal, dan strategi trading yang tepat di tengah ketidakpastian ekonomi global? Bergabunglah dalam program edukasi trading gratis yang diselenggarakan oleh Didimax. Dengan pembelajaran interaktif dari mentor berpengalaman, Anda dapat memperluas wawasan investasi dan meningkatkan keterampilan dalam membaca pasar secara profesional.

Didimax sebagai broker forex dan komoditas terpercaya di Indonesia menyediakan fasilitas edukasi lengkap, baik secara online maupun offline. Segera kunjungi www.didimax.co.id untuk mendaftar dan raih peluang emas Anda bersama komunitas trader yang solid dan suportif. Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi trader yang lebih cerdas dan siap menghadapi dinamika pasar global!