Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis USD Lesu Saat Libur Bank AS, Apa Penyebabnya?

USD Lesu Saat Libur Bank AS, Apa Penyebabnya?

by Lia Nurullita

USD Lesu Saat Libur Bank AS, Apa Penyebabnya?

Mata uang dolar Amerika Serikat (USD) mengalami pelemahan pada saat yang cukup tak terduga, yaitu ketika sebagian besar bank di AS sedang libur nasional. Fenomena ini menarik perhatian para pelaku pasar dan analis karena biasanya volatilitas pasar menurun saat libur bank, tetapi kali ini USD justru mengalami pelemahan. Apa yang sebenarnya terjadi? Artikel ini akan membedah faktor-faktor fundamental dan teknikal yang mempengaruhi pergerakan USD, serta memberikan wawasan kepada para trader tentang bagaimana menyikapi kondisi pasar seperti ini.

Libur Bank Bukan Berarti Pasar Sepi

Hari libur bank di Amerika Serikat biasanya bertepatan dengan perayaan nasional seperti Memorial Day, Labor Day, atau Independence Day. Pada hari-hari tersebut, pasar saham tutup, sebagian besar institusi keuangan libur, dan volume perdagangan di pasar valas (forex) cenderung menurun. Namun, penting untuk diingat bahwa pasar forex merupakan pasar global yang berjalan 24 jam dan melibatkan berbagai negara. Dengan demikian, pergerakan harga tetap bisa terjadi, terutama jika ada katalis dari luar Amerika Serikat.

Pada momen libur bank terakhir di AS, justru terjadi pelemahan nilai tukar USD terhadap beberapa mata uang utama seperti euro (EUR), poundsterling (GBP), dan yen Jepang (JPY). Ini menimbulkan pertanyaan: mengapa USD justru melemah ketika AS sedang “beristirahat”?

Faktor Global yang Mempengaruhi USD

1. Data Ekonomi Zona Euro dan Asia

Salah satu faktor utama penyebab pelemahan USD saat libur bank AS adalah rilis data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan dari kawasan lain. Sebagai contoh, Zona Euro melaporkan peningkatan indeks aktivitas manufaktur dan jasa yang melampaui ekspektasi pasar. Hal ini memberikan angin segar bagi EUR dan mendorong investor untuk beralih dari USD ke aset-aset Eropa.

Sementara itu, dari kawasan Asia, data inflasi dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok menunjukkan pemulihan yang lebih stabil. Ini membuat investor global lebih berani mengambil risiko (risk-on sentiment) dan menjual USD, yang selama ini menjadi safe haven atau aset lindung nilai.

2. Sikap Dovish dari Federal Reserve

Faktor lainnya adalah sikap dovish yang ditunjukkan oleh pejabat Federal Reserve dalam beberapa pekan terakhir. Pernyataan-pernyataan yang mengindikasikan potensi penurunan suku bunga atau jeda dalam pengetatan kebijakan moneter membuat pasar mulai meragukan kekuatan USD dalam jangka pendek.

Meskipun tidak ada rilis kebijakan baru pada hari libur, pasar tetap mencermati pernyataan-pernyataan sebelumnya dan memperkirakan arah kebijakan Fed. Ketika ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga menurun, maka daya tarik USD sebagai aset berbunga tinggi juga ikut meredup.

3. Kinerja Pasar Komoditas

Komoditas seperti emas dan minyak mentah juga memberikan pengaruh terhadap pergerakan USD. Ketika harga emas naik, biasanya hal itu mengindikasikan bahwa investor sedang menghindari dolar dan mencari aset lindung nilai lainnya. Hal serupa terjadi pada harga minyak mentah, yang mengalami kenaikan karena adanya kekhawatiran terhadap pasokan global akibat ketegangan geopolitik.

Ketika harga komoditas melonjak, negara-negara pengekspor komoditas seperti Kanada (CAD) dan Australia (AUD) mendapatkan keuntungan, dan ini membuat permintaan terhadap USD menurun sebagai imbal balik dari penguatan mata uang mereka.

Faktor Teknikal: Breakout dan Volume Tipis

Di luar faktor fundamental, analisis teknikal juga menunjukkan bahwa USD sedang berada dalam fase konsolidasi yang cukup panjang. Saat volume perdagangan menurun karena libur bank, harga menjadi lebih rentan terhadap pergerakan besar karena kurangnya likuiditas. Ini menciptakan situasi di mana breakout harga dari pola konsolidasi dapat terjadi lebih mudah, meskipun tanpa dukungan fundamental yang kuat.

Dalam hal ini, USD mengalami penurunan karena adanya aksi jual teknikal yang mendorong harga menembus level support penting. Banyak trader institusional yang mengambil posisi sell jangka pendek dengan memanfaatkan kondisi volume tipis tersebut, menciptakan efek bola salju (snowball effect) terhadap pelemahan dolar.

Sentimen Pasar: Risk-On Menggeser Dolar

Saat pasar menunjukkan sentimen “risk-on”, artinya investor cenderung beralih ke aset yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti saham, obligasi negara berkembang, dan mata uang dengan yield tinggi. USD, yang dianggap sebagai aset safe haven, seringkali ditinggalkan dalam kondisi ini.

Libur bank AS menciptakan celah waktu yang ideal bagi investor global untuk “mencuri start” dan mengatur ulang portofolio mereka sebelum pasar AS buka kembali. Ketika sentimen pasar global membaik, maka eksodus modal dari USD ke aset lain menjadi lebih mungkin terjadi.

Efek terhadap Pasar Negara Berkembang

Pelemahan USD biasanya berdampak positif bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah (IDR). Saat USD melemah, tekanan terhadap mata uang lokal berkurang, dan ini seringkali memberikan ruang bagi bank sentral untuk menjaga stabilitas tanpa intervensi besar-besaran.

Namun, hal ini juga perlu dicermati lebih lanjut karena perubahan arah USD bisa berlangsung cepat. Trader dan investor perlu memahami bahwa pelemahan ini bisa bersifat sementara, tergantung pada bagaimana arah kebijakan Federal Reserve dan kondisi geopolitik global dalam beberapa pekan ke depan.

Apa yang Harus Dilakukan Trader?

Bagi trader, fenomena pelemahan USD saat libur bank AS merupakan peluang sekaligus tantangan. Peluang muncul karena volatilitas yang lebih tinggi bisa dimanfaatkan untuk trading jangka pendek, terutama menggunakan strategi breakout. Namun, tantangannya adalah ketidakpastian yang lebih tinggi karena volume pasar tidak mencerminkan kondisi normal.

Strategi yang bisa diterapkan meliputi:

  • Menggunakan pending order pada level support dan resistance penting untuk mengantisipasi breakout.

  • Menghindari over-leverage karena pergerakan harga bisa tidak terduga.

  • Memperhatikan rilis data ekonomi global, bukan hanya dari AS.

  • Menggunakan analisis teknikal sebagai penunjang ketika data fundamental tidak tersedia.

Selalu penting untuk melakukan manajemen risiko yang baik dan tidak terburu-buru mengambil keputusan hanya berdasarkan satu katalis.


Ingin memahami lebih dalam bagaimana membaca kondisi pasar seperti ini? Didimax menyediakan program edukasi trading GRATIS untuk semua kalangan, mulai dari pemula hingga trader berpengalaman. Di sana, Anda bisa belajar langsung dari mentor profesional, memahami strategi trading yang sesuai dengan kondisi pasar, serta mendapatkan panduan teknikal dan fundamental secara real-time.

Kunjungi situs resmi kami di www.didimax.co.id dan daftarkan diri Anda sekarang juga! Jangan lewatkan kesempatan untuk berkembang menjadi trader yang lebih cerdas, disiplin, dan siap menghadapi dinamika pasar global. Didimax, tempat terbaik belajar trading bersama mentor berpengalaman dan komunitas aktif!