Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis USD vs CNY Pasca Pengurangan Tarif: Analisis Peluang Trading

USD vs CNY Pasca Pengurangan Tarif: Analisis Peluang Trading

by Lia Nurullita

USD vs CNY Pasca Pengurangan Tarif: Analisis Peluang Trading

Hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah menjadi salah satu faktor penentu utama dalam pergerakan mata uang global selama dekade terakhir. Perang dagang yang dimulai pada tahun 2018 menciptakan ketidakpastian besar di pasar keuangan global, terutama dalam pasangan mata uang USD/CNY. Namun, dinamika tersebut mulai mengalami perubahan signifikan setelah kedua negara menyepakati serangkaian pengurangan tarif secara bertahap sejak 2023. Dampaknya terhadap nilai tukar Dolar AS (USD) dan Yuan Tiongkok (CNY) menjadi topik penting dalam dunia trading, terutama bagi para pelaku pasar yang aktif dalam forex.

Artikel ini akan mengupas secara mendalam bagaimana pengurangan tarif antara dua ekonomi terbesar dunia ini memengaruhi nilai tukar USD/CNY, serta memberikan analisis peluang trading yang muncul pasca kebijakan tersebut. Dengan menyoroti faktor fundamental, teknikal, dan sentimen pasar, trader dapat memperoleh wawasan strategis untuk mengoptimalkan peluang di pasar yang terus berkembang ini.

Latar Belakang Pengurangan Tarif

Pada pertengahan 2023, Amerika Serikat dan Tiongkok menyepakati pengurangan tarif secara bertahap terhadap barang-barang impor senilai ratusan miliar dolar. Kesepakatan ini merupakan hasil dari perundingan panjang yang bertujuan menstabilkan perdagangan internasional dan meredam tekanan inflasi global.

Pengurangan tarif ini tidak hanya berdampak pada sektor perdagangan, tetapi juga pada aliran modal, neraca pembayaran, dan nilai tukar mata uang kedua negara. Sebagai contoh, dengan biaya impor yang lebih rendah, permintaan atas produk Tiongkok di AS meningkat, yang berpotensi memperkuat Yuan terhadap Dolar. Sebaliknya, eksportir AS juga mendapat akses lebih baik ke pasar Tiongkok, menciptakan keseimbangan baru dalam dinamika ekonomi bilateral.

Dampak Fundamental terhadap USD/CNY

Pengurangan tarif berdampak langsung pada nilai tukar melalui beberapa mekanisme fundamental. Pertama, perubahan dalam neraca perdagangan memengaruhi permintaan terhadap mata uang masing-masing negara. Ketika ekspor Tiongkok meningkat akibat tarif yang lebih rendah, permintaan global terhadap Yuan juga naik, mendorong apresiasi mata uang tersebut.

Kedua, pengurangan ketegangan geopolitik meningkatkan kepercayaan investor global. Ini mendorong aliran modal asing masuk ke Tiongkok, terutama dalam bentuk investasi portofolio di pasar saham dan obligasi. Dalam konteks ini, permintaan terhadap Yuan meningkat, memperkuat nilai tukarnya terhadap USD.

Namun, dari sisi AS, peningkatan konsumsi domestik terhadap barang impor Tiongkok dapat memperlebar defisit perdagangan, yang secara teoritis dapat melemahkan Dolar. Namun, ini juga tergantung pada respons kebijakan moneter dari Federal Reserve serta kondisi ekonomi makro AS secara keseluruhan.

Analisis Teknikal USD/CNY

Dari perspektif teknikal, pergerakan pasangan USD/CNY menunjukkan pola konsolidasi dengan tekanan menurun sejak pengumuman pengurangan tarif. Pada grafik harian, USD/CNY menunjukkan breakdown dari support penting di kisaran 7.10, menandai potensi tren bearish jangka menengah.

Indikator Moving Average (MA) 50 dan MA 200 memperlihatkan pola death cross pada akhir 2024, yang mengindikasikan momentum penurunan masih berlanjut. RSI (Relative Strength Index) juga berada di bawah level 50, mengindikasikan dominasi sentimen bearish.

Namun demikian, support kuat berada di area 6.80–6.85 yang berfungsi sebagai zona kritikal untuk potensi rebound. Trader yang menerapkan strategi swing trading dapat mempertimbangkan area ini sebagai titik masuk beli (buy entry) dengan target pada level psikologis 7.00, sambil tetap memperhatikan risk management secara ketat.

Sentimen Pasar dan Perspektif Global

Pasar global menyambut baik langkah pengurangan tarif karena dianggap sebagai sinyal positif menuju stabilitas jangka panjang. Investor institusional mulai menunjukkan minat terhadap aset-aset Tiongkok yang sebelumnya dihindari karena risiko geopolitik. Ini termasuk saham-saham blue-chip di bursa Shanghai dan Shenzhen, serta obligasi pemerintah Tiongkok.

Namun, sentimen pasar tetap dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti inflasi AS, suku bunga acuan Federal Reserve, serta pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Jika The Fed melanjutkan kebijakan hawkish akibat tekanan inflasi domestik, maka Dolar bisa kembali menguat dan menekan Yuan. Oleh karena itu, trader harus terus memperbarui informasi ekonomi global dan tetap adaptif terhadap perubahan sentimen.

Peluang Trading: Strategi yang Bisa Diterapkan

Berdasarkan dinamika yang telah dibahas, ada beberapa strategi trading yang dapat dipertimbangkan:

1. Trading Breakout dan Rebound

Trader dapat memanfaatkan breakout dari level-level teknikal penting seperti 7.00 atau 6.85. Jika USD/CNY menembus support 6.85 dengan volume besar, potensi penurunan lebih lanjut bisa terjadi hingga ke area 6.75. Sebaliknya, jika terjadi rebound, posisi beli jangka pendek bisa diambil dengan target moderat di kisaran 7.00–7.05.

2. Strategi News-Based Trading

Rilis data ekonomi seperti PDB Tiongkok, data perdagangan, atau keputusan The Fed dapat menjadi pemicu volatilitas. Trader dapat menerapkan strategi news-based trading dengan menunggu momen rilis data dan mengambil posisi setelah konfirmasi arah pasar.

3. Carry Trade (jika gap suku bunga kembali terbuka)

Jika suku bunga Tiongkok dan AS kembali menunjukkan divergensi signifikan, carry trade dapat menjadi strategi menarik. Sebagai contoh, jika suku bunga Tiongkok tetap rendah sementara suku bunga AS naik, trader dapat menjual CNY untuk membeli USD dan mendapatkan keuntungan dari selisih bunga.

Risiko dan Mitigasinya

Seperti semua pasangan mata uang, trading USD/CNY memiliki risiko tersendiri. Intervensi pemerintah Tiongkok melalui bank sentral (PBoC) dapat secara tiba-tiba mempengaruhi nilai tukar. Selain itu, faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik atau krisis global juga dapat menciptakan volatilitas tinggi yang sulit diprediksi.

Untuk mengelola risiko, trader disarankan untuk menggunakan stop loss yang ketat, memperhatikan rasio risk-reward, dan tidak overleverage. Disiplin dalam menerapkan strategi trading sangat penting dalam menghadapi pasangan mata uang yang dikontrol ketat oleh otoritas moneter seperti CNY.

Kesimpulan

Pengurangan tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok membuka babak baru dalam hubungan ekonomi dua negara tersebut. Bagi trader forex, kondisi ini menciptakan peluang yang signifikan dalam pasangan mata uang USD/CNY. Dengan memahami faktor fundamental, teknikal, dan sentimen pasar yang mempengaruhi nilai tukar, trader dapat merancang strategi yang lebih efektif dan adaptif.

Meskipun pasar masih dibayangi oleh ketidakpastian global, pengurangan ketegangan dagang memberikan sinyal positif untuk jangka menengah. Namun, tetap diperlukan kehati-hatian dan pembaruan informasi secara berkala untuk menghindari jebakan volatilitas dan intervensi kebijakan yang dapat memutar balik arah pasar secara tiba-tiba.

Jika Anda ingin lebih memahami bagaimana membaca peluang trading seperti di atas, kini saatnya bergabung dalam program edukasi trading dari www.didimax.co.id. Didimax menyediakan pelatihan eksklusif dengan mentor berpengalaman, yang akan membimbing Anda dari dasar hingga strategi tingkat lanjut, termasuk cara membaca analisis fundamental dan teknikal dengan benar dalam kondisi pasar terkini.

Jangan lewatkan kesempatan ini untuk meningkatkan kemampuan Anda dalam dunia trading forex bersama Didimax. Belajar trading bukan hanya soal cuan, tapi juga soal memahami risiko dan membentuk mentalitas trader yang tangguh. Daftarkan diri Anda hari ini di www.didimax.co.id dan jadilah bagian dari komunitas trader profesional Indonesia!