Yuan di Pasar Dunia: Potensi Besar, Peminat Sedikit

Dalam beberapa dekade terakhir, Republik Rakyat Tiongkok telah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Negara yang dulunya dikenal dengan basis ekonomi agraris kini telah menjadi kekuatan industri dan teknologi global. Di tengah transformasi tersebut, Tiongkok juga memiliki ambisi besar di sektor keuangan global: menjadikan yuan (renminbi) sebagai mata uang internasional yang bersaing dengan dolar Amerika Serikat dan euro. Namun, meskipun potensinya besar dan dukungan dari pemerintah sangat kuat, yuan masih menghadapi kendala besar dalam menarik minat di pasar dunia. Potensi ada, tetapi peminat masih sedikit.
Ambisi Internasionalisasi Yuan
Internasionalisasi yuan bukanlah wacana baru. Pemerintah Tiongkok secara aktif mendorong penggunaan mata uang ini dalam perdagangan internasional, investasi lintas negara, dan cadangan devisa global. Sejak 2009, China telah memulai berbagai inisiatif seperti penggunaan yuan dalam perdagangan bilateral, swap mata uang dengan negara mitra, dan pembentukan pusat kliring yuan di berbagai kota global, termasuk London, Frankfurt, dan Singapura.
Pada tahun 2016, yuan bahkan dimasukkan ke dalam keranjang mata uang cadangan Dana Moneter Internasional (IMF), dikenal sebagai Special Drawing Rights (SDR), bersama dengan dolar AS, euro, yen Jepang, dan pound sterling Inggris. Langkah ini menjadi pengakuan resmi atas peran yuan dalam ekonomi global, namun kenyataan di lapangan tidak seindah harapan.
Realitas Penggunaan Yuan di Dunia
Meskipun menjadi mata uang SDR, peran yuan di pasar dunia masih terbatas. Menurut data SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), yuan hanya menyumbang sekitar 2–3% dari total transaksi global per bulan. Angka ini jauh di bawah dolar AS yang mendominasi sekitar 40–45%, diikuti oleh euro, pound, dan yen.
Padahal, China adalah negara eksportir terbesar di dunia dan memiliki hubungan dagang dengan hampir seluruh negara. Seharusnya logis jika mata uang mereka ikut mendominasi transaksi perdagangan. Namun kenyataannya, sebagian besar transaksi perdagangan China masih menggunakan dolar AS.
Beberapa alasan yang mendasari rendahnya minat terhadap yuan adalah:
-
Kontrol Modal Ketat
Pemerintah China masih mempertahankan kontrol yang ketat atas aliran modal masuk dan keluar. Ini berarti investor asing memiliki keterbatasan dalam mengakses pasar keuangan China dan sebaliknya. Hal ini membuat yuan kurang likuid dibandingkan mata uang global lainnya.
-
Kurangnya Kepercayaan Pasar
Transparansi kebijakan, intervensi pasar oleh otoritas moneter, serta kekhawatiran akan stabilitas hukum dan politik membuat investor internasional masih enggan menyimpan aset dalam yuan.
-
Dominasi Dolar AS
Dolar AS sudah memiliki ekosistem keuangan yang mapan, dari pasar obligasi, instrumen derivatif, hingga perbankan internasional. Sulit bagi mata uang lain untuk menyaingi posisi ini tanpa reformasi besar-besaran.
Potensi Besar yang Masih Tersembunyi
Meski minat pasar dunia terhadap yuan masih rendah, tak bisa dipungkiri bahwa mata uang ini memiliki potensi besar untuk tumbuh. Ekonomi China adalah yang terbesar kedua di dunia berdasarkan nominal PDB, dan terbesar pertama berdasarkan paritas daya beli (PPP). Cadangan devisa China juga menjadi yang tertinggi di dunia, memberikan kekuatan moneter besar bagi negara tersebut.
Selain itu, proyek ambisius seperti Belt and Road Initiative (BRI) membuka peluang bagi penggunaan yuan di negara-negara mitra yang menerima pembiayaan infrastruktur dari China. Dengan memperluas ekosistem keuangan yuan, China berharap bisa meningkatkan penggunaan mata uang domestiknya dalam transaksi lintas negara.
Langkah-langkah digitalisasi yuan juga menunjukkan keseriusan pemerintah China dalam memperkuat mata uang ini. Pengenalan e-CNY (yuan digital) oleh Bank Sentral Tiongkok menjadi salah satu inovasi besar yang belum dilakukan oleh negara-negara besar lainnya. Dengan teknologi blockchain dan pengawasan penuh oleh bank sentral, yuan digital diyakini bisa menjadi alat pembayaran lintas negara yang efisien dan aman di masa depan.
Reaksi dan Strategi Negara Lain
Ambisi China menjadikan yuan sebagai mata uang global tentu mengundang reaksi dari negara-negara lain, terutama Amerika Serikat. Ketergantungan global terhadap dolar AS telah lama menjadi keunggulan geopolitik Washington. Dolar memungkinkan AS untuk menerapkan sanksi finansial, mengontrol arus modal global, dan menjaga dominasi institusi keuangannya seperti Wall Street dan SWIFT.
Beberapa negara berkembang mulai melirik yuan sebagai alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar. Rusia, misalnya, sejak terkena sanksi ekonomi oleh Barat, mulai meningkatkan penggunaan yuan dalam cadangan devisanya. Demikian pula Iran, Turki, dan sejumlah negara Afrika yang menjadi mitra BRI juga mulai menerima pembiayaan dalam yuan.
Namun, langkah ini masih sangat terbatas. Untuk benar-benar menjadi alternatif global, yuan harus memenangkan kepercayaan pasar dan menyediakan infrastruktur keuangan yang terbuka dan kompetitif. Tanpa itu, meskipun ada dorongan dari negara dan mitra politik, yuan hanya akan digunakan secara terbatas di lingkup regional.
Masa Depan Yuan: Perlahan Tapi Pasti?
Jika melihat tren jangka panjang, yuan memang menunjukkan pertumbuhan. Seiring dengan liberalisasi bertahap pasar keuangan China, pembukaan akses untuk investor asing, dan digitalisasi mata uang, yuan bisa menjadi salah satu mata uang penting dalam 10 hingga 20 tahun ke depan.
Namun, pertumbuhan ini tidak akan instan. Butuh reformasi struktural di dalam negeri China untuk menciptakan sistem yang kredibel dan transparan. Selain itu, dibutuhkan stabilitas politik, kepercayaan investor global, serta adopsi yang luas dari negara-negara lain.
Fakta bahwa yuan menjadi mata uang ke-5 paling banyak digunakan di dunia adalah pencapaian besar dalam waktu singkat. Tapi untuk naik ke peringkat tiga besar, China harus melakukan lompatan kepercayaan. Tanpa kepercayaan dan keterbukaan, yuan akan terus berada di posisi serba tanggung: penting tetapi tidak dominan, besar tetapi tidak dipercaya.
Yuan dan Dunia Trading
Bagi para pelaku pasar dan trader, yuan merupakan instrumen yang menarik namun penuh tantangan. Volatilitas yuan sering kali dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, dan bukan murni oleh kekuatan pasar. Ini membuat prediksi pergerakannya menjadi sulit, namun justru di situlah peluang terbuka bagi trader berpengalaman.
Selain itu, banyak broker besar kini mulai menyediakan pasangan mata uang yuan (USD/CNH dan USD/CNY) di platform mereka, memperluas peluang bagi para trader yang ingin mencoba pasar baru. Namun perlu diingat, trading yuan membutuhkan pemahaman terhadap dinamika geopolitik dan kebijakan moneter China, yang jauh berbeda dari negara-negara Barat.
Apakah Anda ingin memahami lebih dalam bagaimana yuan dan mata uang lainnya bekerja di pasar global? Apakah Anda ingin memiliki keahlian dalam membaca peluang trading dari fenomena global seperti internasionalisasi yuan?
Bergabunglah bersama program edukasi trading di www.didimax.co.id, tempat para trader pemula hingga profesional belajar strategi, manajemen risiko, dan analisis pasar secara langsung dari mentor berpengalaman. Dengan pendekatan yang terstruktur dan komunitas yang suportif, Anda akan dibimbing untuk memahami pasar global dan memanfaatkan peluangnya, termasuk dalam dinamika yuan di kancah dunia.
Jangan biarkan informasi dan peluang lewat begitu saja. Mulailah perjalanan trading Anda bersama Didimax dan jadilah bagian dari komunitas yang terus tumbuh dan beradaptasi dengan perubahan dunia finansial. Daftar sekarang dan raih kendali atas masa depan finansial Anda!